Rabu, 05 November 2008

Indahnya Dermawan

Indahnya Dermawan


Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : seorang laki-laki datang kepada Rasulullah seraya berkata "Sesungguhnya aku sangat letih". Mendengar ucapan itu Rasulullah pun bertanya "Siapa yang mau menjamu dia malam ini". Seorang laki-laki dari Anshor bangkit dan berkata "Saya wahai Rasulullah". Ia lalu mengajak orang itu ke rumahnya. Sesampainya di rumah ia langsung bertanya kepada istrinya "Apakah kamu memiliki sesuatu untuk menjamu tamu". Istrinya menjawab "Hanya ada makanan untuk anak-anak kita". Suaminya kembali berkata "Sibukkan anak-anak dengan sesuatu, dan bila waktu makan malam tiba tidurkan saja mereka dan jika tamu kita masuk untuk makan matikan lampunya dan kesankan bahwa kita juga makan". Demikianlah hingga malam itu mereka sekeluarga tidur dengan perut kosong.

Pagi harinya suami istri itu bertemu Rasullullah, lalu Rasulullah memuji keduanya dengan ucapan beliau "Allah benar-benar takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan kepada tamu kalian." (HR Muslim)

Kebaikan lebih cepat datang ke rumah yang menjadi tempat jamuan makan ketimbang mata pisau ke punuk unta. (HR Ibnu Majah)

Hendaklah kalian saling memberi hadiah niscaya akan saling mencintai (HR Imam Muslim)

Tidak ada sesuatu yang dapat menghapuskan keislamanan seperti halnya kekikiran (HR Thabrani)

Sesuatu yang sangat jelek dalam diri seseorang adalah kekikiran yang gelisah dan sifat pengecut. (HR Abu Dawud)

Kekikiran dan keimanan tidak akan pernah menyatu didalam hati seseorang selamanya. (HR Nasa'i)

Dua sifat yang tidak akan pernah menyatu dalam diri seseorang Mukmin, bakhil, dan akhlak tercela (HR Tirmidzi)

Orang yang dermawan dekat dengan Allah dan dekat dengan surga, dekat dengan manusia dan jauh dari api neraka. Sedang orang yang bakhil jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka. Orang yang jahil tapi dermawan lebih dicintai Allah daripada orang yang banyak ibadahnya tapi bakhil. (HR Tirmidzi)

Dermawan adalah akhlaq Allah yang teragung. (HR Ibnu Hibban)

Sesungguhnya Allah memurnikan agama ini untuk diriNya maka tidak ada yang dapat memperbaiki agama kalian kecuali kedermawan dan akhlaq yang baik. Hiasilah agama kalian dengan keduanya. (HR Thabrani dan Al Ashbahani)

Berinfaqlah hai Bilal dan jangan takut pengurangan dari Dzat Yang Memiliki Arasy (HR Thabrani & Al Bazzar)

Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, tidak menzholiminya dan tidak membiarkannya. Barangsiapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya, barangsiapaa yang mengeluarkan seorang Muslim dari kesusahan (di dunia) maka Allah akan mengeluarkannya dari kesusahan hari kiamat dan barang siapa menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat (HR Bukhori, Muslim dan Abu Dawud)

Jika salah seorang di antara kalian berjalan bersama saudaranya sesama Muslim (saat itu Rasulullah menginsyaratkan dua jarinya) untuk memenuhi kebutuhannya, maka hal itu lebih baik baginya daripada I'tikaf di masjidku ini (HR Hakim)

Allah tidak henti-hentinya memenuhi kebutuhan seseorang selama orang itu memenuhi kebutuhan saudaranya. (HR Thabrani)

Orang yang membantu janda dan orang-orang miskin, bagaikan mujahid fii sabilillah dan juga bagaikan orang yang shalat malam dan puasa pada siang harinya. (HR Bukhori)

Siapa yang menjadi penghubung bagi saudaranya kepada orang yang memiliki kewenangan untuk menyampaikan suatu kebajikan atau memasukan kebahagiaan maka Allah mengangkatnya pada derajat yang tinggi di surga. (HR Thabrani)

Siapa yang bertemu saudaranya sesama Muslim dengan sesuatu yang menyenangkannya maka Allah akan menyenangkannnya pada hari kiamat. (HR Thabrani)

Barangsiapa yang berjalan untuk memenuhi kebutuhan saudaranya hingga sampai tujuan maka Allah akan menaunginya dengan 570 malaikat yang senantiasa berdoa untuknya. Jika ia berjalan pagi hari maka malaikat itu akan terus berdoa hingga sore hari dan jika sore hari maka malaikat itu akan terus berdoa hingga pagi hari. Dan dengan setiap satu langkahnya Allah menghapuskan satu kesalahannya dan dengan setiap langkah itu juga Allah meninggikan beberapa derahat. (HR Ibnu Hibban)

Sesungguhnya diantara hal yang bisa memberikan pengampunan adalah menyenangkan hati seorang Muslim. (HR Thabrani)

Amalan yang paling utama adalah menyenangkan seorang Mukmin, dengan cara memberi pakaian makanan dan memenuhi kebutuhannya. (HR Thabrani)

Siapa yang memasukkan kebahagiaan ke dalam penghuni rumah kaum Muslim maka Allah tidak rela memberinya pahala selain surga. (HR Thabrani)

Orang yang paling cintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Amalan paling dicintai Allah adalah kebahagian yang kamu masukan ke dalam diri seseorang Muslim, membebaskan dari suatu kesusahan atau melunasi hutangnya atau membebaskannya dari kelaparan. Sungguh seseorang berjalan bersama saudaranya dalam suatu keperluan lebih aku sukai ketimbang I'tikaf di masjid ini selama sebulan. Siapa yang menahan kemarahannya sedangkan kalau mau ia bisa melampiaskannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan keridhoan pada hari kiamat. Siapa yang berjalan bersama saudaranya untuk suatu keperluan hingga menunaikannya maka Allah akan meneguhkan kedua kakinya pada hari semua kaki tergelincir (HR Ashbahani)

Cuplikan Buku "Isti'ab - by Fathi Yakan, penerbit Robbani Press - 2005



Milis daarut-tauhiid : Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar

Selasa, 04 November 2008

Istri Kasar dan Sering ke Luar Rumah Tanpa Pamit

Istri Kasar dan Sering ke Luar Rumah Tanpa Pamit

Assalammu'alaikum wr.wb

Kami baru berumah tangga 5 bulan. Sebelumnya saya dan istri tinggal di rumah orangtua saya. Yang tinggal di rumah orangtua saya adalah ibu dan dua adik saya, sedangkan ayah saya sudah almarhum. Kedua adik saya laki-laki. Kakak-kakak saya sudah berkeluarga dan mempunyai rumah masing-masing. Saya bersaudara sembilan laki-laki dan satu perempuan. Tapi istri saya tidak betah tinggal di rumah orangtua saya dengan alasan tidak bisa menyesuaikan diri ke orangtua saya. Saya tidak tega untuk keluar dari rumah meninggalkan ibu saya.

Rumah orangtua saya lumayan besar dan banyak kamar yang kosong. Ibu saya menyarankan, dari pada pindah rumah atau kontrak rumah akan banyak mengeluarkan biaya. Tapi, istri saya tetap bersikeras untuk minta pindah, dengan alasan kalau kita bertengkar bisa lebih bebas (alasan yang tidak masuk akal). Akhirnya saya minta izin ke ibu saya, bahwa saya akan pindah dari rumah ini, dan akan mencari rumah kontrakan dengan alasan saya mau belajar mandiri.

Selama istri tinggal di rumah orang tua saya, saya dan istri selalu bertengkar, ada saja masalah yang dicari-carinya. Setelah tinggal bersama orangtua selama 3 bulan, akhirnya saya pindah dari rumah orang tua. Saya sangat sedih sekali meninggalkan ibu saya. Tapi, setiap minggu kakak-kakak saya dan keluarganya datang berkunjung ke rumah.

Selama saya tinggal dikontrakan, saya jarang bersilaturahmi ke rumah orang tua saya, karena istri selalu menolak. Saya sudah bilang ke istri saya bahwa keluaraga saya adalah keluarganya juga. Karena istri saya di kota ini tidak ada saudaranya sama sekali. Saya juga pernah bilang ke istri saya "seandainya saya tinggal di kota kamu saya mau tidak mau harus bisa menyesuaikan ke keluarga kamu."

Selama saya tinggal di rumah kontrakan, saya selalu selalu bertengkar dengan istri. Istri saya tidak akan segan-segan membanting barang-barang yang ada di sekitarnya, dan berani menunjuk-nunjuk jari telunjuknya ke muka saya dengan berkata "anjing luh...Ceraiin gue!" Saya sampai bergetar dan sambil beristifar. Waktu saya kenal sebelum menikah dengan dia, dia sama sekali tidak ada sifat kasar seperti itu.

Perkataan seperti itu, sering diucapkan kalau dia sudah emosional sekali. Padahal setiap bertengkar masalahnya sepele. Sekarang istri saya sering pergi tanpa seizin saya dan tidak pulang. Saya coba hubungi ke hp-nya dan menanyakan posisinya di mana? Tapi, dia bilang saya tidak perlu tahu ia berada di mana, saya khawatir sekali dengan dia, takut terjadi kenapa-kenapa dengan istri saya. Istri saya tidak bekerja. Apa yang harus saya lakukan?

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Ari

Jawaban :

Assalammu'alaikum wr.wb.

Bapak Ari yang penyabar, sedih benar ya pak, baru 5 bulan menikah sudah ditinggalkan istri dan yang mengkhawatirkan bapak tidak tahu keberadaannya saat ini, padahal istri tidak punya sanak saudara di kota ini.

Berdasarkan cerita bapak, nampaknya bapak memang belum cukup mengenali istri, sehingga merasa kaget saat mendapatkan sifat-sifatnya yang berbeda dari yang bapak ketahui. Sebagian kita kadang memang terkejut, saat mendapatkan kenyataan bahwa pasangan memiliki sifat yang tidak kita sukai, di mana hal itu tidak terungkap sebelum kita menikahinya.

Namun, pernikahan merupakan sebuah komitmen ketika mau menerima kelebihannya, maka siap juga menerima kekurangannya. Memang tidak mudah menerima kenyataan pasangan tidak seideal yang kita bayangkan. Mengingat usia pernikahan yang masih sangat muda,maka memang akan dibutuhkan banyak kesabaran untuk dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan karakternya.

Saya memang menyayangkan sikap istri bapak yang kasar dan "minggat" dari rumah ketika bertengkar. Ini jelas salah dan menjadi PR bapak sebagai kepala rumah tangga agar dapat membimbing istri agar bisa menyelesaikan perselisihan dengan cara yang lebih baik. Jadi jika terjadi pertengkaran dalam proses memahami dan mengenali pasangan sebenarnya hal yang wajar. Selain itu perselisihan juga menyadarkan kita bahwa masih ada yang belum pas dengan cara kita menyelesaikan masalah.

Apalagi pertengkaran tersebut sampai membuat istri lari dari rumah, berarti bapak memang belum mengenalinya, dan perlu mencari jalan yang lebih efektif dalam bicara dan selesaikan masalah. Saran saya saat ini, adalah temukan dulu istri bapak dengan berusaha tetap menjaga kontak telpon atau sms dengan istri, meskipun istri saat ini nampak menolak, tapi setelah emosinya turun semoga ia mau kembali.

Setelah istri kembali, bersabarlah dan berbicara dengan baik kepadanya, dengarkan keluh kesahnya, sehingga bapak dapat lebih memahami dan mengenali istri. Semoga dengan pendekatan yang baik dan selalu melakukan intropeksi dalam perjalanan rumahtangga, maka hubungan dengan istri akan semakin baik. Saya turut berdoa agar bapak dapat segera menemukan istri, dan kembali membangun rumah tangga yang lebih baik dan harmonis. Amin.

Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh.



www.eramuslim.com

19 Perkara Merusakkan Amal

19 Perkara Merusakkan Amal
Oleh : Salim Al-Hilaly


1. Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.

Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah! Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan kafir atau musyrik atau murtad, maka segala amal yang baik tidak ada manfaatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shadaqah, silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga dan lain-lainnya. Sebab di antara syarat taqarrub adalah mengetahui siapa yang didekati. Sementara itu orang kafir tidak begitu. Maka secara spontan amalnya menjadi rusak dan sia-sia.

Allah berfirman: "Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" [Al-Baqarah: 217].

"Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia pada akhirat termasuk orang-orang yang merugi." [Al-Maidah: 5].

"Dan sesunggunya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." [Az-Zumar: 65].

Allah juga berfirman, mengabarkan tentang keadaan semua rasul: "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya leyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am: 88].

Dan juga sabda Rasulullah saw: "Apabila orang-orang mengumpulan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian untuk satu hari dan tiada keraguan di dalamnya, maka ada penyeru yang berseru: 'Barangsiapa telah menyekutukan seseorang dalam suatu amalan yang mestinya dikerjakan karena Allah, lalu dia minta pahala di sisi-Nya, maka sesungguhnya Allah adalah yang paling tidak membutuhkan untuk dipersekutukan'." [HR. At-Tirmidzi 3154, Ibnu Majah 4203, Ahmad 4/215, Ibnu Hibban 7301, hasan].

2. Riya'.

Celaan terhadap riya' telah disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Firman Allah: "... seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu sperti batu yang licin dan diatasnya ada tanah, kemudian batu itu mejadilah bersih (tidak bertanah). Mereka itu tidak menguasai sesuatu sesuatu apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." [ Al-Baqarah: 264].

Rasullullah saw bersabda: "Sesungguhnya yang aku paling takutkan atas kamu sekalian ialah syirik kecil, yaitu riya'. Allah berfirman pada hari kiamat, tatkala memberikan balasan terhadap amal-amal manusia, 'Pergilah kepada orang-orang yang dulu kamu berbuat riya' di dunia, lalu lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan bagi mereka?" [HR. Ahmad 5/428, 429, shahih].

Maka dari itu jauhilah riya', karena ia merupakan bencana amat jahat, yang bisa menggugurkan amal dan menjadikannya sia-sia. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang riya' adalah pertama kali menjadi santapan neraka, karena mereka telah menikmati hasil perbuatannya di dunia, sehingga tidak ada yang menyisa di akhirat.

Ya Allah, sucikanlah hati kami dari nifaq dan amal kami yang riya' teguhkanlah kami pada jalan-Mu yang lurus, agar datang keyakinan kepada kami.

3. Menyebut-Nyebut Shadaqah dan Menyakiti Orang Yang Diberi.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." [Al-Baqarah: 264].

Ketahuilah wahai hamba Allah! Jika engkau menshadaqahkan harta karena mengharap balasa dari orang yang engkau beri, maka engkau tidak adakn mendapatkan keridhaan Allah. Begitu pula jika engkau menshadaqahkannya karena terpaksa dan menyebut-nyebut pemberianmu kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir." [HR. Ibnu Abi Ashim 323, Ath-Thabrany 7547, hasan].

Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Kebaikan yang paling baik, pada setiap waktu adalah perbuatan yang tidak dilanjuti dengan menyebut-nyebutnya."

Allah berfirman: "Perkataan baik dan pemberian maaf lebih baik dari shadaqah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." [Al-Baqarah: 263].

4. Mendustakan Takdir.

Ketahuilah wahai orang Mukmin, iman seorang hamba tidak dianggap sah kecuali dia beriman kepada takdir Allah, baik maupun buruk. Dia juga harus tahu bahwa bencana yang menimpanya bukan unutk menyalahkannya, dan apa yang membuatnya salah bukan untuk menimpakan bencana kepadanya. Semua ketentuan sudah ditetapkan dan ditulis di Mushhaf yang hanya dikethaui Allah semata, sebelum suatu peristiwa benar-benar terjadi dan sebelum Dia menciptakan alam.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir."

Dan sabda beliau yang lain: "Andaikata Allah mengadzab semua penhuni langit dan bumi-Nya, maka Dia tidak zhalim terhadap mereka. Dan, andaikata Allah merahmati mereka, maka rahmat-Nya itu lebih baik bagi mereka dari amal-amal mereka. Andaikata engkau membelanjakan emas seperti gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerima amalmu sehingga engkau beriman kepada takdir, dan engkau tahu bahwa bencana yang menimpamu, dan apa yang membuatmu salah bukan untuk menimpakan bencana kepadamu. Andaikata engkau mati tidak seperti ini, maka engkau akan masuk neraka." [HR. Abu Daud 4699, Ibnu Majah 77, Ahmad 5/183, 185, 189, shahih].

5. Meninggalkan Shalat Ashar.

Allah memperingatkan manusia agar tidak meninggalkan shalatul-wustha (shalat ashar) karena dilalaikan harta, keluarga atau keduniaan. Allah mengkhususkan bagi pelakunya dengan ancaman keras, khususnya shalat ashar. Firman-Nya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dari shalatnya." [Al-Ma'un: 4-5].

Rasulullah saw bersabda: "Orang tidak mengerjakan shalat ashar, seakan-akan dia ditinggalkan sendirian oleh keluarga dan hartanya." [HR. Al-Bukhari 2/30, Muslim 626]

Dari Abu Al-Malih, atau Amir bin Usamah bin Umair Al-Hadzaly, dia berkata, "Kami bersama Buraidah dalam suatu perperangan pada suatu hari yang mendung. Lalu ia berkata, 'Segeralah melaksanakan shalat ashar, karena Nabi saw pernah berkata: "Barangsiapa meninggalkan shalat ashar, maka amalnya telah lenyap." [HR. Al-Bukhari 2/31, 66].

6. Bersumpah Bahwa Allah Tidak Mengampuni Seseorang

Dari Jundab ra sesungguhnya Rasulullah saw mengisahkan tentang seorang laki-laki yang berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni Fulan. Padahal Allah telah berfirman, 'Siapa yang bersumpah kepada-Ku, bahwa aku tidak mengampuni Fulan, maka aku mengampuni Fulan itu dan menyia-nyiakan amalnya (orang yang bersumpah)." [HR. Muslim 16/174].

Ketahuilah, bahwa memutuskan manusia dari rahmat Allah merupakan sebab bertambahnya kedurhakaan orang yang durhaka. Karena dia merasa yakin, pintu rahmat Ilahi sudah ditutup di hadapannya, sehingga dia semakin menyimpang jauh dan durhaka, hanya karena dia hendak memuaskan nafsunya. Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak diberikan kepada orang lain.

Bukanlah sudah selayaknya jika Allah menghapus pahala amal orang yang menutup pintu kebaikan dan membuka pintu keburukan, sebagai balasan yang setimpal baginya?

7. Mempersulit Rasulullah, dengan Perkataan maupun Perbuatan.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lainm supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu, sedang kamu tidak menyadarinya." [Al-Hujurat: 2].

Dari Anas bin Malik ra, tatkala ayat ini turun maka Tsabit bin Qais di rumahnya, seraya berkata, "Pahala amalku telah terhapus, dan aku termasuk penghuni neraka." Dia juga menghidari Nabi saw. Lalu beliau bertanya kepada Sa'd bin Mu'adz, "Wahai Abu Amr, mengapa Tsabit mengeluh?"

Sa'd menjawab, "Dia sedang menyendiri dan saya tidak tahu kalau dia sedang mengeluh."

Lalu Sa'd mendatangi Tsabit dan mengabarkan apa yang dikatakan Rasulullah. Maka Tsabit berkata, "Ayat ini telah turun, sedang engkau sekalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling keras suaranya di hadapan Rasulullah. Berarti aku termasuk penghuni neraka."

Sa'd menyampaikan hal ini kepada beliau, lalu beliau berkata, "Bahwa dia termauk penghuni surga." [HR. Al-Bukhari 6/260, Muslim 2/133-134].

Dengan hadits ini jelaslah bahwa mengeraskan suara yang dapat menghapus pahala amal adalah suara yang menggangu Rasulullah, menentang perintah beliau, tidak taat dan tidak mengikuti beliau, baik perkataan maupun perbuatan.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu." [Muhammad: 33].

8. Melakukan Bid'ah Dalam Agama.

Melakukan bid'ah akan mengugurkan amal dan menghapus pahala. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menciptakan sesuatu yang baru dalam agama kami ini yang tidak termasuk bagian darinya, maka ia tertolak."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak termasuk agama kami, maka ia tertolak." [HR. Al-Bukhari 5/301, Muslim 12/16].

9. Melanggar Hal-Hal Yang Diharamkan Allah Secara Sembunyi-Sembunyi.

Dari Tsauban ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: "Benar-benar akan kuberitahukan tentang orang-orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa beberapa kebaikan seperti gunung Tihamah yang berwarna putih, lalu Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai debu yang berhamburan". Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami dan jelaskan kepada kami, agar kami tidak termasuk diantara mereka, sedang kami tidak mengetahuinya". Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka itu juga saudara dan dari jenismu. Mereka shalat malam seperti yang kamu kerjakan. Hanya saja mereka adalah orang-orang yang apabila berada sendirian dengan hal-hal yang diharamkan Allah maka, mereka melanggarnya." [HR. Ibnu Majah 4245, shahih].

10. Merasa Gembira Jika Ada Orang Mukmin Terbunuh.

Darah orang Muslim itu dilindungi. Maka seseorang tidak boleh menumpahkan darahnya menurut hak Islam.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa membunuh seorang Mukmin lalu ia merasa senag terhadap pembunuhannya itu, maka Allah tidak akan menerima ibadah yang wajib dan yang sunat darinya." [HR. Abu Daud 4270, shahih].

11. Menetap Bersama Orang-Orang Musyrik Di Wilayah Perperangan.

Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata: "Aku berkata, 'wahai Nabi Allah, aku tidak pernah mendatangimu sehingga aku menjalin persahabatan lebih banyak dari jumlah jari-jari tangan? Apakah sekarang aku tidak boleh mendatangimu dan mendatangi agamamu? Sesungguhnya aku dulu adalah orang yang tidak pernah melalaikan sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepadaku, dan sesungguhnya aku ingin bertanya atas ridha Allah, dengan apa Rabb-mu mengutusmu kepada kami?"

Beliau menjawab, "Dengan Islam."

"Apakah tanda-tanda Islam itu?", Dia bertanya.

Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mengucapkan: 'Aku berserah diri kepada Allah', hendaklah engkau bergantung kepada-Nya, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Setiap orang Muslim atas orang Muslim lainnya adalah haram (menyakiti), keduanya adalah saudara dan saling menolong. Allah tidak akan menerima suatu amalan dari orang Muslim setelah dia masuk Islam, sehingga dia meninggalkan orang-orang kafir untuk bergabung dengan orang-orang Muslim." [HR. An-Nasa'i 5/82-83, Ibnu Majah 2536, Ahmad 5/4-5, hasan].

12. Mendatangi Dukun dan Peramal.

Beliau saw mengancam orang-orang yang mendatangi dukun dan sejenisnya, lalu meminta sesuatu kepadanya, bahwa shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari." [HR. Muslim 14/227].

Ancaman ini diperuntukkan bagi orang yang mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu kepadanya. Sedangkan orang yang membenarkannya, maka dia dianggap sebagai orang yang mengingkari apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw." [HR. Muslim 135, Abu Daud 3904, Ahmad 2/408-476].

13. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua.

Allah telah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu bapak dan berbakti kepada keduanya. Dia memperingatkan, mendurhakai keduanya dan mengingkari kelebihan keduanya dalam pendidikan merupakan dosa besar dan melenyapkan pahala amal. Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir."

14. Meminum Khamr.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa meminum khamr, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Dan, jika mengulanginya keempat kalinya, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat maka Allah tidak mengampuninya dan Dia mengguyurnya dengan air sungai al-khabal." Ada yang bertanya, "Wahai Abu Abdurrahman (Nabi), apakah sungai al-khabal itu?" Beliau menjawab, "Air sungai dari nanah para penghuni neraka." [HR. At-Tirmidzi 1862, shahih].

15. Perkataan Dusta dan Palsu.Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pelaksaannya, maka Allah tidak mempunyai kebutuhan untuk meninggalkan makanan dan minumannya." [HR. Al-Bukhari 4/16, 10/473]. Di dalam hadits ini terkandung dalil perkataan palsu dan pengamalannya dapat meleyapkan pahala puasa. 16. Memelihara Anjing, Kecuali Anjing Pelacak, Penunggu Tanaman atau Berburu.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa memelihara seekor anjing, maka pahala amalnya dikurangi setiap hari satu qirath (dalam riwayat lain: dua qirath) kecuali anjing untuk menjaga tanaman atau pun anjing pelacak." [HR. Al-Bukhari 6/360, Muslim 10, 240].

17. Wanita Yang Nusyuz, Hingga Kembali Menaati Suaminya.

Rasulullah saw bersabda: "Dua orang yang shalatnya tidak melebihi kepalanya, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya hingga kembali lagi kepadanya dan wanita yang mendurhakai suaminya hingga kembali lagi."

18. Orang Yang Menjadi Imam Suatu Kaum dan Mereka Benci Kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang yang shalatnya tidak melebihi telinga mereka, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali, wanita yang semalaman suaminya dalam keadaan marah kepadanya, dan imam suatu kaum, sedang mereka benci kepadanya." [HR. At-Tirmidzi 360, shahih].

Ada kisah yang dinukil dari Manshur, dia berkata: "Kami pernah bertanya tentang masalah imam. Maka ada yang menjawab, "Yang dimaksud hadits ini adalah imam yang zhalim. Sedangkan imam yang menegakkan Sunnah, maka dosanya kembali kepada orang-orang yang membencinya."

19. Orang Muslim Mejauhi Saudaranya Sesama Muslim Tanpa Alasan Yang Dibenarkan Syariat.

Dari Abu Hurairah ra, seungguhnya Rasulullah saw bersabda: "Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah akan diampuni, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu dikatakan: 'Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai." [HR. Muslim 16/122, 123].

o00 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar 00o



Milis daarut-tauhiid@yahoogroups.com

Bahagiakan Suami Dan Anak Kita

Bahagiakan Suami Dan Anak Kita
Oleh : Indah Prihanande


Seorang bapak menghubungi pengisi acara konsultasi keagamaan, yang diselenggarakan oleh stasiun radio kegemaran saya. Suaranya tenang. Nyaris tak tersirat bahwa dia sedang diterpa masalah cukup pelik. Menurut bapak penelepon itu, beliau baru saja bercerai dari sang istri. Sebab, sang istri tak bisa menerima keterbatasannya dalam memenuhi nafkah materi secara sempurna. “Sekarang isteri saya sudah menikah lagi.” ujarnya disela-sela pembicaraan. Waktu pengisi acara bertanya bagaimana perasaannya, secara manusiawi beliau tentu merasa sakit hati. Namun kemudian bapak itu menambahkan, bahwa sekarang dia tak mau berlarut-larut dalam kekecewaan yang terlampau lama.

Ternyata anak perempuan kecilnya yang semata wayang, memilih untuk tinggal bersama sang bapak. Dia enggan jika harus tinggal dalam pengasuhan ibu atau bapak tirinya. Maka itulah, bapak penelepon itu begitu bersemangat untuk menempuh masa depan kehidupannya, dengan meminta saran dari pengisi acara konsultasi agama. Ia bertekad sekuat tenaga mengasuh anak semata wayangnya dengan baik. “Bagi saya kehilangan isteri tidaklah seberapa, jika dibandingkan kehilangan buah hati saya.” begitu dipaparkannya.

Penulis terenyuh dan terharu mendengar penuturan bapak itu. Maka penulis mulai merenung dalam : gerangan apa yang membuat hubungan anak dan bapaknya menjadi sedemikian erat, hingga menyanggah mitos bahwa anak kecil cenderung lebih membutuhkan kehadiran sang ibu? Apakah jalinan yang telah mengeratkan hati sang ayah dengan anaknya, hingga sang anak mampu menentukan pilihannya diluar kebiasaan umum?

Banyak kemungkinan yang menyebabkan seorang bapak bisa lebih dekat dengan sang anak, ketimbang sang anak terhadap ibunya. Mungkin sebab ibunya lebih cerewet, sementara sang bapak justru tak pernah mengomeli anaknya sama sekali. Atau, bisa saja sebab sang bapak memiliki tutur kata halus, sedang sang ibu justru malahan kerap berbicara kasar terhadap sang anak. Namun kesimpulan penulis, tampaknya sang bapak jauh lebih bisa memberikan perhatian dan senantiasa bersabar menghadapi anaknya yang masih balita. Padahal, pada usia tersebut sang anak biasanya kerap menyusahkan dan berbuat ulah. Sang ayah lebih mengerti bagaimana memperlakukan sang anak, ketimbang ibu yang telah mengandung dan melahirkannya.

Setelah menyimak penuturan bapak penelepon acara konsultasi agama pada frekwensi favorit, juga merenungkan hikmah dibalik semangat dan kedekatannya dengan sang buah hati, penulis berpikir, inilah saatnya untuk kembali menata sekaligus berbenah diri. Mencoba mengevaluasi kembali hari- hari terakhir yang penulis lewati dengan sang buah hati. Adakah sebagai seorang ibu, penulis masih istiqamah memupuk rasa cinta terhadap suami dan anak tercinta melalui pengabdian yang tulus dan ikhlas? Adakah pada hari-hari terakhir ini penulis kerap bersikap kurang sabar atau malah kerap mengomeli anak atau mengacuhkan suami? Lantas, adakah hanya karena kejenuhan saja, penulis suka melarang anak bebas beraktifitas atau bereksplorasi sesuai jiwa kanak-kanaknya?

Ya. Mungkin penulis, atau barangkali pembaca pernah merasa khawatir, kalau-kalau lantai yang sudah dipel atau ruangan yang baru dibenahi bisa berantakan, sehingga menghalangi anak-anak kita memenuhi kebutuhan pokok masa kecilnya, yaitu : bermain. Tampaknya, kita kaum ibu jangan sampai lalai menyemangati diri, untuk berlaku baik terhadap anak dan suami. Mari charge ulang jiwa dan raga kita, sehingga siap menghadapi hari-hari berumahtangga dengan penuh kesabaran, kelembutan, dan istiqamah mencari ridla-Nya. Bukankah kaum ibupun bisa menjadi mujahid yang kokoh, kuat, produktif dan berakhlak terpuji, melalui pengabdian tulusnya dalam berumahtangga. Untuk itu, mari kita bahagiakan anak dan suami kita.

Menjelang Pagi, Jakarta, 27-07-2005

Goresan di Mobil

Goresan di Mobil


Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu. Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh rasa bangga dan prestise.

Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu. Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu.

Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.

"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.

"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya, dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.

"Apa yang telah kau lakukan? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku! Lihat goresan itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya."Ujarnya lagi dengan kesal dan geram, tampak ingin memukul anak itu.

Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf. "Maaf Pak, Maaf. Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang pun yang mau berhenti...."

Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di dekat mobil-mobil parkir tadi.

"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.." Kini, ia mulai terisak.

Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu. "Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak sanggup mengangkatnya."

Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan. Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.

Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, dan semoga Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."

Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang menatap kepergian mereka. Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan menuju rumah mereka.

Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan kejadian yang baru saja di lewatinya.

Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata terlihat: "Janganlah melaju terlalu cepat dalam hidupmu, karena, seseorang akan melemparkan batu untuk menarik perhatianmu."

--oo0oo--

Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun, adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada waktu buat kita untuk menyelaraskannya untuk melihat sekitar?

Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada banyak hal yang melintas.

Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa berhenti sejenak.

Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita, agar kita tersadar dan berhenti sejenak?



http://groups.yahoo.com/group/kisah_kehidupan

Adab Bertetangga

Adab Bertetangga
Publikasi : 3 Juni 2005
Oleh : Nasril Zainun


Islam mengatur adab bertetangga, agar hubungan sesama tetangga menyenangkan dan membahagiakan. Menurut hadis Rasulullah SAW riwayat At-Thabrani, setiap orang mempunyai hak dari tetangganya. Pertama, mendapat pelayatan (bezuk) bila dia sakit. Kedua, bila dia mati diselenggarakan jenazahnya. Ketiga, kemiskinannya dirahasiakan. Keempat, menerima ucapan menyenangkan (rasa sukacita) bila mendapat keberuntungan. Kelima, mendapat perhatian dan ditakziahi bila dia ditimpa musibah. Keenam, tetangganya tidak boleh meninggikan bangunan di samping bangunannya yang membuat terhalangnya angin. Ketujuh, menerima pemberian masakan lezat yang baunya menusuk hidung.

Berdasarkan sejumlah hadis lain, adab bertetangga seperti itu dikaitkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada Hari Akhir. Bahkan, dalam sebuah hadis riwayat Al-Baihaqi, dikaitkan dengan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut sebuah hadis riwayat Ahmad, sikap seseorang terhadap tetangga menentukan penempatan seseorang di akhirat kelak. Seseorang yang disebutkan terkenal banyak shalat, sedekah, dan puasa, namun menyakiti tetangganya, dinyatakan Rasulullah sebagai penghuni neraka. Sebaliknya, seseorang yang sedikit shalat dan puasa, tetapi senang memberi kepada tetangga tanpa menyakitinya, dinyatakan Rasulullah SAW sebagai orang yang bakal masuk surga.

Menyusul aturan adab bertetangga di atas, berdasarkan sejumlah hadis lain lagi, setiap mukmin dilarang melakukan pekerjaan yang mengganggu apalagi menyakitkan tetangganya. Bahkan, dalam sebuah hadis riwayat Ahmad, setelah Rasulullah SAW menyimpulkan dialog dengan sahabat tentang haramnya zina dan mencuri, beliau menegaskan bahwa kalau ada seorang laki-laki menzinai seorang perempuan tetangganya lebih dahsyat dosanya dibanding daripada menzinai sepuluh orang perempuan lainnya, dan seseorang yang mencuri milik seorang tetangganya melebihi dosa mencuri milik sepuluh orang lainnya.

Begitulah Islam memberikan tuntunan bertetangga kepada pemeluknya sehingga kehidupan bertetangga menyenangkan, tidak justru sebaliknya. Hal itu merupakan bagian terpenting dari maksud firman Allah SWT, ''Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh pada nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.'' (Ali Imran 112).

Apalagi kalau tetangga itu sesama mukmin. Firman-Nya, ''Sesungguhnya manusia mukmin itu bersaudara ....'' (Al-Hujrat 10).

Ketentuan di atas perlu menjadi perhatian dalam menjalani hidup bertetangga, baik antara pribadi dan pribadi, keluarga dan keluarga, maupun antarkampung, desa, dan kota, bahkan antarnegara sekalipun. Wallahu a'lam bis-shawab.




republika

Khutbah Nikah Yang Luar Biasa

Ass' Wr' Wb'

Sekadar forward, kisah ini untuk renungan kita bersama.
Teman2 semoga dari hikmah kisah ini bermanfaat untuk mewujudkan keluarga
sakinah mawaddah warohmah.
Amiin.

Wassalam,

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk kedua
mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr. Mamduh Hasan
Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan Dikrektur Rumah
Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di Timur Tengah, yang
tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada Professor dipersilahkan.
.."

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan resepsi
pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi sungai
Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan
disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti
mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan
kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di
televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih melangkah
menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan wibawa.
Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia memang seorang ilmuan
berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat, mengisyaratkan pribadi yang
tegas. Begitu sampai di podium, kamera video dan lampu sorot langsung
shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara, seperti biasa, ia sentuh gagang
kacamatanya, lalu...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma ba'du.
Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat lazimnya
para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita...
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya,
yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya,
mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa mengambil
hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan buanglah
lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras,
melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan
kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.
Tiga puluh tahun yang lalu ...
Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah ke
atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang terhormat
di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady dari keluarga
aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi, ekonom jebolan
Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat dihormati kalangan elit
politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam
suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup
sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga
besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau
kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang didewa-dewakan
keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya cari. Saya lebih
merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman dari kalangan bawah
yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan perjuangan. Hal ini
ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka menganggap saya ceroboh dan
tidak bisa menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang
yang selalu basah keringat dalam mencari pengganjal perut dianggap
memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu mampu
mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah dengan
selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar negri,
ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika berlibur di
dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah
hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang berdekatan dengan
istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah. Berkali-kali
saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil biasa saja, agar
lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen. Tetapi beliau
menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas ayah.

Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah
habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati,
saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan
kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung
hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan
kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi,
sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa telah
menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta
ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu ikatan pernikahan.
Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di fakultas. Maka
datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami
ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati pada
keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan
saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan
kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian
serta tutur bahasanya yang halus.
Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya
beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting gelas
yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini tidak
boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan
dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya
nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak
terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang
cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan dengan
bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati.
Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik
kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak banyak
dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan tiga dokter,
seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama sekali tidak
mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri
sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa
pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu
langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500
ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil
seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak
direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina,
bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke
berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha besar?
Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup dari
strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan pacar
adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Ganzouri."
Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah
saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat
sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang
jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup
saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan
bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya. Dengan
penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan harapan
beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala quwwata
illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui
penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah untuk mengawinkan
putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan reaksi lebih
keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad menikah
dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak pernikahan
ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga dia menolak
karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya
kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?

Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri
penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke kantor
ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat karibku.
Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk melaksanakan akad
nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam Hanafi.
Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya terima
nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar yang kita
sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu Hanifah."

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3
sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu.
Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata
Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan
kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan
segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa
apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang
sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis membayar
ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis
lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2 pound,
tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu di
jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada
puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan sengsara
campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca
bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih sayang , rasa
berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini.
Maafkan Kanda!"
"Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah
berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa
menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil.
Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka salah.
Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.
Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda
tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada
mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu
ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita
berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.
Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita kita
saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.

Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa
optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi
teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan
sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima penghargaan
dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di
emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin
kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan sisa
uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24 jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak 50
pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya yang
murah.

Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali
bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengarunginya
berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan
perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil
menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi
kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya adalah
untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang kesayangan
mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika
seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai
mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang
membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan
uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk
3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami
pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari sebuah
kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua kursi dan
satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari tanah, itu
saja... tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap
bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia
adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia
merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.
Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya persetubuhan
cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah untuk memberikan
gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di surga. Jika
percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih nikmat dari
semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan. Yang paling
nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada penghuni surga , saat
Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua penghuni surga berhak
menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan
Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak
memperoleh segala cinta di surga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus
mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada
putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah
yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia adalah
dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang
berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua tanpa
bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang pandai
mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa setelah
membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan kamipun
mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita
hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada yang
bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya semua,
ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan isterinya."
Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa
kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar
menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang dokter
yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang membantu
membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan- pertolongan
mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang kami
terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil
sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih menyakitkan
mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami digedor
dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak segala
perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan, begitu
juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka
robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar. Lalu
mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena berani
menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu
pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami berdua
berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu
kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi kapas-kapas yang
berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami jahit kasur yang
sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku yang berantakan. Meja
dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki. Lalu kami tertidur
kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah eratnya genggaman inilah
sumber rasa aman dan kebahagiaan yang meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup
tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah merancang
skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan wanita tuna
susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di negeri ini.
Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di telapak
kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak mengurungkan
niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku berhasil
memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya agar
menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak
menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan
saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta
beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku.
Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah turun
marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa mempersiapkan
segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu tahun
penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya takutkan, tidak
ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap bulan.
Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai.
Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena memikirkan keselamatan
isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia
mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah kami.
Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah
SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu kepada
kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan keindahan. Malam
itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia
tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat puisi seorang
penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan pendamping setia &
lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku... besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung

Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari nestapa
dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun dia
ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk program
Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah saat
paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan sebagai
dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang tidak
berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar
Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran
dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus sabar
sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam kebahagiaan.
Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita rengguk
sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis kita, dan kita
wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun
luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan
kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki
hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara kebutuhan
kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll. Nyaris kami
hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air. Hari-hari yang
kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam hari
kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia kami adalah air keran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam
suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati
dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk
beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu,
terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah menyesal
atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya mengeluh,
menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun dia menangis,
itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah lebih kasihan kepada
saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah,
tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya
hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah kontrakan
yang kumuh dan makan ala kadarnya.

Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar
biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa
sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya adalah
wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam.
Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia akan
mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta dengan
senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan semua.
Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra sambil
tersenyum.

Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar
Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami
belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih
hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak
dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami
berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk
pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal
hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah, merasakan kembali
tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di
Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah
memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali
mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor
Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak:

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui,
dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di
London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya
kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di
negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London.
Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar
Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis
jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja baru
di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat sebagai
direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga mengajar
di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia
dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan
duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya
menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan
permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup
bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup
menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt
dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin
sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan cintanya
dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini,
di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru yang menunduk
di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis berjilbab Huda
Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan bahwa penderitaan
bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti Abdul Aziz..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok
perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan
itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda
Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan
segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.

Jumat, 18 Juli 2008

MENJUAL ARISAN,APA HUKUMNYA?

Menjual Arisan, Apa Hukumnya?




Karena arisan yang diharapkan belum keluar, seorang tetangga yang sangat membutuhkan uang ingin menjual arisannya kepada saya. Arisan tersebut masih 12 bulan lagi yang jika dapat sebesar Rp. 5.200.000. Tapi karena butuh uang Arisan tersebut mau dijual seharga Rp. 4.000.000. Tentunya kewajiban yang masih 12 kali atau 12 bulan masih menjadi tanggungannya. Bagaimana Hukumnya?

Reffdy - Halim Perdanakusuma


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.

Bentuk transaksi yang anda ceritakan itu sangat erat kaitannya dengan pinjam uang antara anda sebagai pemberi pinjaman dengan tetangga anda sebagai pihak yang meminjam uang. Maka istilah menjual arisan adalah istilah yang salah kaprah, karena uang tidak bisa dijual.

Kalau mau menjual seharusnya bukan uang tetapi barang. Misalnya bila seseorang menang arisan, hadiahnya adalah seekor sapi. Maka seseorang bisa menjual sapi itu kepada orang lain meski barangnya belum ada sekarang ini. Namanya bai’us salam. Dan ada bab tersendiri dalam fiqih tentang akad seperti ini.

Sebenarnya materi akad dari transaksi yang anda ceritakan tidak lain adalah bahwa tetangga anda meminjam uang kepada anda sebesar Rp. 4.000.000,- dan akan dikembalikan dalam jangka waktu 12 bulan atau setahun. Besar uang yang akan dikembalikan adalah Rp. 5.200.000,- atau lebih besar Rp. 1.200.000,-.

Dari rincian ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa akad ini adalah akad pinjam uang dengan kewajiban untuk mengembalikannya dengan tambahan uang. Ini adalah akad riba yang telah diharamkan Allah SWT. Sebab pinjaman uang itu tidak pernah dibenarkan untuk dikembalikan dengan kelebihannya.

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa .(QS. Al-Baqarah : 276)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Al-Baqarah : 278)

Maka sebaiknya demi mendapat pahala dari Allah SWT, silahkan anda pinjamkan uang sebesar Rp. 4.000.000 itu kepada tetangga anda. Dan nanti 12 bulan kemudian, mintalah dia untuk mengembalikan uang anda sebesar Rp. 4.000.000,- juga. Tidak kurang dan tidak lebih.

Jangan anda bertanya bahwa kalau begitu anda tidak dapat untung, dong ?. Ya, kelihatannya anda tidak dapat untung, tetapi di mata Allah SWT anda akan mendapat pahala yang teramat besar. Pertama karena anda telah menolong tetangga anda yang kesusahan. Kedua karena anda berhasil menjaga diri dari memakan harta yang haram.

Bahwa misalnya tiba-tiba nanti tanpa sepengetahuan anda, tetangga anda itu merasa berterima kasih dan merelakan untuk memberikan hadiah kepada anda uang sebesar apapun, tentu anda boleh saja menerimanya. Tapi harus dipastikan bahwa anda sama sekali tidak pernah mengharapannya meski pun di dalam hati kecil sekalipun. Dan tidak ada jenis kesepakatan dalam bentuk apapun termasuk misalnya urusan 'tahu sama tahu’ yang sering dijadikan samaran.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.




syariah online

MARK UP HARGA

Mark Up Harga


Saya penjaga toko obat, sering saya melayani konsumen dengan menaikkan harga yang ditentukan pemilik toko. Tapi tidak untuk pembeli yang grosiran (langganan). Setoran saya ke pemilik TETAP (tdk berkurang) tanpa memberitahukan transaksi ini. Bagaimana hukumnya laba yang saya peroleh dari jual beli seperti ini. Terima kasih atas bantuannya sehingga hati kami menjadi tenang setelah ini.

Wassalam.

Suparno - Tangerang


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.

Anda sebenarnya adalah wakil dari penjual, bukan sebagai penjualnya sendiri. Tugas Anda adalah membantu melayani pembeli dan melakukan transaksi dengan mereka sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh majikan Anda.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS.An-Nisa : 58)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS.Al-Anfal : 27)

Maka pada prinsipnya, apa-apa yang boleh dan tidak boleh Anda kerjakan, sangat tergantung pada syarat-syarat yang disepakati ketika Anda diangkat menjadi karyawan pemilik toko itu. Termasuk tentang masalah apakah Anda berhak untuk menaikkan harga barang (mark-up) atau tidak.

Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Orang-orang Islam itu terikat pada syarat yang telah disepakatinya.

Boleh Bila Memang Diizinkan

Bila secara kesepakatan memang ada kebolehan dalam mark up harga selama tidak merugikan pembeli, atau selama tidak membuat toko itu ditinggalkan pelanggan, maka Anda berhak melakukannya. Tetapi bila hal itu tidak diperkenankan oleh toko, maka tentu saja Anda tidak berhak melakukannya.

Salah Satu Penyebab Dilarangnya

Sebab meski kelihatan sepele, tetapi masalah persaingan harga antara satu toko dengan toko lainnya sangat besar pengaruhnya dalam dunia perdagangan. Walaupun mungkin selisihnya tidak seberapa, namun secara makro, akan sangat besar dampaknya bagi kenyamanan para pelanggan.

Karena itu sebelum berpikir untuk melakukan mark-up, paling tidak Anda harus mendapatkan lampu hijau terlebih dahulu dari pemilik toko. Jangan sampai Anda melakukan hal yang kelihatan sepele, tetapi besar dampaknya buat pemasukan toko itu sendiri. Dan juga jangan sampai Anda mengambil harta dari sumber yang jelas kedudukan halal haramnya.

Pengecualian

Akan lain halnya bila toko itu milik Anda sendiri atau Anda menjual sendiri secara langsung kepada pelanggan. Maka bila kemahalan, yang rugi Anda sendiri dan bila kemurahan, yang merasakan dampaknya adalah Anda sendiri.

Maka memark-up harga dagangan yang Anda miliki sendiri malah tidak ada batasnya. Sebab memang demikianlah syaiat Islam mengatur bahwa setiap orang berhak menjual barang dengan harga yang dia inginkan.

Asal jangan sampai barang yang Anda jual itu menjadi hajat hidup orang banyak dan sulit mendapatkannya, lalu dengan seenaknya Anda menaikkan harga setinggi-tingginya yang membuat orang yang kehidupannya sangat tergantung dengan barang yang Anda jual mati tercekik.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.




syariah online

HUKUM MEMINTA KOMISI

Hukum Meminta Komisi




Apakah hukumnya meminta-minta komisi pada suplier, tanpa sepengetahuan perusahaan tempat ia bekerja. Secara tidak langsung ia telah merugikan perusahaanya, bagaimana tinjauannya secara sara? haram, halal atau subhat. terimakasih

wassalamualaikum wr wb.

Wildan - Bekasi


Jawaban:

Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba’d.

Komisi yang diminta dari suplier tanpa sepengetahuan perusahan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan, jelas perbuatan yang merugikan orang lain dan tentu saja haram hukumnya.

Sebab praktek ini secara hukum Islam adalah bentuk mendapatkan harta dengan cara yang batil. Pada dasarnya bukanlah orang berhak atas harta bahkan sebaliknya menyalahgunakan jabatan dan wewenang untuk kepentingan pribadi.

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188 )

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS.An-Nisa : 29 )

Umumnya perusahaan punya aturan main yang sudah jelas dan ketat agar tindak seperti ini tidak terjadi. Karena bila praktek seperti ini yang berjalan, maka jelas merugikan perusahaan. Dan seorang mu’min itu terikat dengan perjanjian dan peraturan yang telah disetujuinya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

Orang-orang muslim itu terikat dengan perjanjian yang telah dibuatnya.

Pengertian Sogok (Risywah)

Secara bahasa, makna sogok atau risywah adalah pemberian untuk meluluskan hajat.

Al-Fayumi berkata bahwa Risywah adalah uang yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memutuskan hukum yang menguntungkannya atau sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Ibnul Atsir berkata bahwa risywah adalah apa yang meluluskan dari hajat. Asalnya dari kata risya’ yang maknanya adalah sesuatu yang menyampaikan kepada air.

Para ulama sering mengidentikkan sogokan atau risywah ini dengan istilah As-Suhtu. Di dalam Al-Quran Al-Karim ada disebutkan istilah ini dengan pengertian sogok ketika menjelaskan para pendeta yang menjual ayat Allah SWT dengan harga yang sedikit dan mengganti hukum Allah SWT dengan bayaran/sogokan.

Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram (as-Suhtu : sogok). Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al-Maidha : 62)

Al-Hasan dan Said bin Jubair mengatakan bahwa As-Suhtu yang dimaksud di dalam ayat ini maksudnya adalah sogokan. Dan untuk itu Allah SWT pun telah melarang memakan harta haram dari bentuk ini.

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 188 )

Jadi intinya sogokan itu adalah upeti atau pembayaran yang diberikan kepada hakim atau penguasa yang dengan itu dia bisa mempengaruhi keputusan menjadi tidak adil.

Larangan Menyogok dan Minta Disogok

Praktek sogok menyogok adalah dosa besar yang diharamkan Allah SWT. Pelakunya dan orang yang minta disogok sama-sama akan mendapat laknat.

"Allah melaknat penyuap, yang disuap dan perantara keduanya.” (HR. At-Tabrani).

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.




syariah online

HUKUM MENJUAL BANGKAI AYAM UNTUK PAKAN LELE

Hukum Menjual Bangkai Ayam untuk Pakan Lele


Assalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Saya adalah peternak ayam pedaging. Jika terdapat ayam yang mati karena penyakit atau tidak disembelih, kemudian dibeli oleh seorang peternak ikan lele, untuk makanan ikan, apakah uang hasil penjualan bangkai ayam tersebut halal ataukah haram?

Wassalaamu 'alaikum Wr. Wb.

Aryo


Jawaban:

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihih wa sallam, wa ba'du.

Ayam yang mati tidak dengan cara disembelih secara syar'i, hukumnya adalah hukum bangkai yang najis dan haram dimakan manusia. Tapi kalau yang memakan bangkai itu bukan manusia, melainkan ikan lele, tentu saja hukumnya halal. Sebab ikan lele itu tidak terikat dengan hukum syariat yang berlaku buat manusia. Lalu bolehkah bangkai ayam yang sudah mati itu dijual kepada peternak lele untuk diberikan sebagai ransum hewan peliharaannya? Dan halalkah jual beli barang najis itu?

Dalam hubungannya dengan hukum memperjual-belikan bangkai atau benda najis lainnya, apakah dibolehkan atau diharamkan, para ulama berbeda pendapat.

Jumhur ulama sepakat menetapkan bahwa memperjual-belikan bangkai itu haram, meski pun bukan untuk dimakan tapi untuk dimanfaatkan hal lain. Bila ada akad atau transaksi atas barang seperti itu, maka akadnya batil. Namun ada juga sebagian ulama yang membolehkannya, selama tidak untuk dimakan. Pendapat jumhur ulama ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jamaah yang juga sangat termasyhur dalam masalah ini yaitu :

Dari Jabir bin Abdillah r.a dari Rasulullah SAW : "Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jual beli bangkai, khamar, babi dan berhala". Seorang bertanya,"Ya Rasuluillah, bagaimana dengan lemak yang terdapat pada bangkai? Lemak itu bisa dimanfaatkan untuk mengecat perahu, mengolesi kulit dan bahan bakar lampu". Beliau menjawab, "Tidak, itu haram. Semoga Allah memerangi yahudi ketika Allah mengharamkan lemaknya, mereka melarutkannya, kemudian menjualnya dan memakan untung penjualannya" (HR. Jamaah).

Hadits ini tegas menyatakan bahwa lemak yang ada pada bangkai hukumnya najis dan karena itu tidak boleh diperjual-belikan. Demikian juga hukum yang berlaku pada barang najis lainnya. Bahkan meski untuk kepentingan yang tidak ada kaitannya dengan memakannya. Ini adalah pendapat jumhur ulama berdasarkan hadits di atas.

Namun segolongan ulama di kalangan Al-Hanafiyah mengatakan bahwa bila pemanfaatannya tidak terkait dengan memakannya, maka hukumnya tidak apa-apa alias halal. Sebab yang diharamkan adalah memakannya, bukan pemanfaatan untuk yang lainnya. Dan pendapat mereka ini bukan asal beda, tetapi juga didasari oleh hadits shahih juga.

Dari Ibni Umar r.a bahwa beliau ditanya tentang hukum minyak yang kejatuhan tikus mati, beliau menjawab, "Gunakan minyak itu untuk menghidupkan lampu dan gunakan untuk mengolesi barang yang terbuat dari kulit". (HR. Al-Baihaqi)

Selain itu juga ada riwayat dari Rasulullah SAW tentang kebolehan memanfaatkan bangkai yang mati.

Rasulullah SAW melewati seekor bangkai kambing yang mati milik Maimunah ra yang dibuang, belaiu bertanya, "Mengapa kalian tidak manfaatkan kulitnya dengan cara disamak?". Mereka menjawab, "Ya Rasulallah, itukan bangkai". Beliau SAW menjawab, "Yang diharamkan itu memakannya". (HR. Jamaah kecuali Ibnu Majah).

Pendapat ini juga didukung oleh mazhab Zhahiri dan juga Ibnu Umar ra tentunya sebagai perawi hadits ini. Pendapat ini mengatakan : Dibolehkan untuk memperjual-belikan kotoran ternak dan sampah yang najis yang dimanfaatkan untuk pupuk pertanian dan juga bahan bakar. Demikian juga minyak yang mengandung najis dan juga celupan yang menganjung najis, selama digunakan untuk selain dimakan. Argumentasinya adalah selama memanfaatkannya halal, maka hukum memperjual-belikannya pun halal juga.

Sedangkan terhadap hadits pertama di atas, mereka mengatakan bahwa hadits itu diucapkan oleh Rasulullah SAW ketika orang-orang baru saja diharamkan untuk memakan najis bangkai. Namun ketika mereka sudah lebih kuat dalam menjalankan syariat, dibolehkan bagi mereka memanfaatkannya untuk selain dimakan.

Pendapat kedua ini nampaknya bisa menjadi jawaban bagi pertanyaan anda tentang hukum menjual ayam bangkai yang digunakan untuk memberi pakan lele.

Wallahu A'lam Bish-shawab
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc.




www.eramuslim.com

HUKUM MENGKREDITKAN BARANG DENGAN HARGA LEBIH TINGGI

Hukum Mengkreditkan Barang dengan Harga Lebih Tinggi




Assalamu 'alaikum wr. wb.

Pak Ustadz, apabila saya berjualan barang secara kredit selama sepuluh bulan namun barang tersebut saya hargai jauh lebih tinggi (hingga 2x lipat) dari harga aslinya namun orang tersebut setuju-setuju saja dengan harga tersebut. Apakah haram hukumnya?

Oldy Akbar Tanjung


Jawaban:

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulilahi Rabbil 'alamin, wash-shalatu was-salamu 'alaa Sayyidina Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shahbihih wa sallam, wa ba'du.

Dalam syariat Islam, menjual barang dengan sistem kredit hukumnya dibolehkan. Kredit adalah membeli barang dengan harga yang berbeda antara pembayaran dalam bentuk tunai tunai dengan bila dengan tenggang waktu. Ini dikenal dengan istilah : bai` bit taqshid atau bai` bits-tsaman `ajil.

Gambaran umumnya adalah penjual dan pembeli sepakat bertransaksi atas suatu barang (x) dengan harga yang sudah dipastikan nilainya (y) dengan masa pembayaran (z) bulan.

Namun sebagai syarat harus dipenuhi ketentuan berikut :

Harga harus disepakati di awal transaksi meskipun pelunasannya dilakukan kemudian. Misalnya : harga rumah 100 juta bila dibayar tunai dan 150 juta bila dibayar dalam tempo 5 tahun.

Tidak boleh diterapkan sistem perhitungan bunga apabila pelunasannya mengalami keterlambatan sebagaimana yang sering berlaku.

Pembayaran cicilan disepakati kedua belah pihak dan tempo pembayaran dibatasi sehingga terhindar dari praktek bai` gharar (penipuan).

Untuk lebih jelasnya agar bisa dibedakan antara sistem kredit yang dibolehkan dan yang tidak, kami contohkan dua kasus sebagai berikut :

Contoh 1 :

Ahmad menawarkan sepeda motor pada Budi dengan harga Rp. 12 juta. Karena Budi tidak punya uang tunai Rp.12 juta, maka dia minta pembayaran dicicil (kredit).

Untuk itu Ahmad minta harganya menjadi Rp. 18 juta yang harus dilunasi dalam waktu 3 tahun. Harga Rp. 18 juta tidak berdasarkan bunga yang ditetapkan sekian persen, tetapi merupakan kesepakatan harga sejak awal.

Transaksi seperti ini dibolehkan dalam Islam.

Contoh 2 :

Ali menawarkan sepeda motor kepada Iwan dengan harga Rp. 12 juta. Iwan membayar dengan cicilan dengan ketentuan bahwa setiap bulan dia terkena bunga 2 % dari Rp. 12 juta atau dari sisa uang yang belum dibayarkan.

Transaksi seperti ini adalah riba, karena kedua belah pihak tidak menyepakati harga dengan pasti, tetapi harganya tergantung dengan besar bunga dan masa cicilan. Yang seperti ini jelas haram.

Dr. Yusuf Al-Qaradawi dalam bukunya, Al-Halalu Wal Haramu fil Islam, mengatakan bahwa menjual kredit dengan menaikkan harga diperkenankan. Rasulullah s.a.w. sendiri pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo untuk nafkah keluarganya.

Memang ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa bila si penjual itu menaikkan harga karena temponya, sebagaimana yang kini biasa dilakukan oleh para pedagang yang menjual dengan kredit, maka haram hukumnya dengan dasar bahwa tambahan harga itu berhubung masalah waktu dan itu sama dengan riba.

Tetapi jumhur (mayoritas) ulama membolehkan jual beli kretdit ini, karena pada asalnya boleh dan nash yang mengharamkannya tidak ada. Jual beli kredit tidak bisa dipersamakan dengan riba dari segi manapun. Oleh karena itu seorang pedagang boleh menaikkan harga menurut yang pantas, selama tidak sampai kepada batas pemerkosaan dan kezaliman. Kalau sampai terjadi demikian, maka jelas hukumnya haram.

Imam Syaukani berkata: "Ulama Syafi'iyah, Hanafiyah, Zaid bin Ali, al-Muayyid billah dan Jumhur berpendapat boleh berdasar umumnya dalil yang menetapkan boleh. Dan inilah yang kiranya lebih tepat."

Wallahu A'lam Bish-shawab
Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ahmad Sarwat, Lc.

PERSAUDARAAN UMAT

Persaudaraan Umat
Oleh : Mulyana




Salah satu pelajaran terpenting yang sejatinya diteladani dan dilaksanakan oleh umat Islam saat ini dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dan para sahabat dari Makkah ke Madinah adalah kuatnya persaudaraan antara kaum muslimin Anshar dan Muhajirin. Kaum Anshar tanpa rasa ragu menerima kedatangan saudaranya kaum Muhajirin untuk bersama-sama hidup membangun kejayaan Islam bersama Rasulullah yang mereka cintai.

Kuatnya persaudaraan ini Allah lukiskan dalam firman-Nya,

''Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman sebelum mereka, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka; dan mereka mengutamakan, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang'.'' (QS 59: 9-10).

Dalam konteks seluruh umat Islam, Rasulullah pun telah memberikan petunjuk bahwa umat Islam yang beriman adalah bersaudara. Bahkan, persaudaraannya lebih kuat dibandingkan persaudaraan karena keturunan. Rasulullah bersabda, ''Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling mencintai adalah seperti sebatang tubuh. Apabila salah satu anggotanya kesakitan, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut merasa sakit.'' (HR Muslim).

Firman Allah dan sabda Rasulullah di atas jelas menunjukkan bahwa umat Islam harus bersaudara dan bersatu. Janganlah kita mudah diadu domba oleh kepentingan kelompok-kelompok tertentu, berpecah belah dan bahkan tidak mempedulikan nasib sesama umat Islam.

Allah memerintahkan dalam firman-Nya, ''Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.'' (QS 3: 103).

Karenanya, dengan semangat tahun baru 1426 H, mari kita eratkan kembali persaudaraan dan persatuan umat agar kita dapat meraih kembali kejayaan, kehormatan, dan dapat berbuat lebih banyak bagi kebaikan, kemaslahatan, dan kemajuan umat. Mari kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah agar umat ini mendapatkan rahmat dan pertolongan-Nya. Semoga. Wallahu a'lam bishawab.




republika

ESENSI MUSYAWARAH

Esensi Musyawarah
Oleh : H Muhammad Irfan Helmy




Musyawarah berasal dari kata syaawara-yusyaawiru yang berarti saling memberi dan meminta nasihat atau saran. Dari kata kerja itu juga muncul arti mengambil madu dari sarang lebah. Dengan demikian, esensi musyawarah adalah proses pengambilan keputusan yang terbaik tentang suatu masalah.

Musyawarah sangat dibutuhkan ketika menghadapi masalah rumit. Keputusan yang merupakan hasil musyawarah akan memberikan keuntungan bagi banyak pihak karena telah melewati proses tukar pendapat dan saran antarperserta musyawarah. Musyawarah hendaknya dijadikan kebiasaan sebelum menetapkan keputusan. Hal ini agar setiap keputusan tidak berakhir dengan penyesalan dan semaksimal mungkin dapat memenuhi keinginan orang banyak.

Rasulullah SAW menjadikan musyawarah sebagai awal dari setiap proses pengambilan keputusan. Beliau tidak pernah malu meminta nasihat atau saran kepada sahabatnya tentang suatu masalah. Bahkan, musyawarah merupakan salah satu kunci sukses kepemimpinan beliau. Allah SWT berfirman,

''Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berlaku kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.'' (QS 2: 159)

Dalam bermusyawarah, setiap orang harus menjunjung etika, menghargai pendapat orang lain, mengakui kelemahan diri sendiri, dan mengakui kelebihan orang lain. Orang yang bermusyawarah harus mampu menahan diri dari sikap ingin menang sendiri. Pertukaran pendapat dan argumentasi dalam musyawarah hanya dimaksudkan untuk meraih kebaikan. Karenanya, tidak ada kelompok yang kalah atau menang. Kemenangan adalah ketika keputusan terbaik telah dihasilkan oleh musyawarah. Di sinilah pentingnya pemahaman setiap peserta terhadap fungsi dan esensi musyawarah yang lebih mengedepankan sikap saling pengertian daripada perdebatan yang berkepanjangan.

Tidak setiap orang mampu bermusyawarah dengan orang lain. Hanya orang yang di dalam jiwanya telah tumbuh nilai mawaddah dan mahabbah-lah yang mampu menyimpan egonya untuk mendengarkan saran dan nasihat orang lain. Orang yang selalu membiasakan musyawarah tidak akan pernah menyesal atas setiap keputusan yang diambilnya, karena ia merupakan saripati dari pemikiran dan pertimbangan yang matang. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menegaskan bahwa orang yang membiasakan musyawarah itu terjaga (dari kesalahan dan kekeliruan). (HR Abu Dawud)

Bagi seorang Muslim, musyawarah hendaknya menjadi forum untuk memperjuangkan nilai-nilai agama demi kemaslahatan bersama. Rasulullah SAW bersabda, ''Agama adalah nasihat.'' Para sahabat bertanya, ''Untuk siapa nasihat itu?'' Rasulullah menjawab, ''Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin dan rakyatnya.'' (HR Muslim). Wallahu a'lam.




republika

BUMI PUN BICARA

Bila tiba masanya
bumi pun akan bicara

Di punggungku engkau berlari
ke dalam perutku engkau kembali

Di atasku engkau berjalan dalam kesenangan
di perutku engkau jatuh dalam kesusahan

Di punggungku engkau tertawa
di perutku engkau berduka

Di atasku engkau makan yang diharamkan
di perutku engkau menjadi santapan

Bila tiba waktunya
bumi pun akan bicara

Di punggungku engkau berjalan dalam kesombongan
di perutku engkau dihinakan

Di atasku engkau dalam kebersamaan
di perutku engkau dalam kesendirian

Di punggungku engkau bermandikan cahaya
di perutku engkau dalam gulita

Di atasku engkau durhaka
di dalam perutku engkau tersiksa





PujanggA

BILA TIBA WAKTU BERPISAH

Di bawah naungan langit biru dengan segala hiasannya yang indah tiada tara
Di atas hamparan bumi dengan segala lukisannya yang panjang terbentang
Masih kudapatkan dan kurasakan
Curahan rahmat dan berbagai ni'mat
Yang kerap Kau berikan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Pantaskah kumemohon diri
Tanpa setetes syukur di samudera rahmat-Mu

Di siang hari kulangkahkan kaki bersama ayunan langkah sahabatku
Di malah hari kupejamkan mata bersama orang-orang yang kucintai
Masih kudapatkan dan kurasakan
Keramaian suasana dan ketenangan jiwa
Tapi bila tiba waktu berpisah
Akankah kupergi seorang diri
Tanpa bayang-bayang mereka yang akan menemani

Ketika kulalui jalan-jalan yang berdebu yang selalu mengotori tubuhku
Ketika kuisi masa-masa yang ada dengan segala sesuatu yang tiada arti
Masih bisa kumenghibur diri
Tubuhku kan bersih dan esok kan lebih baik
Tanpa sebersit keraguan
Tapi bila tiba waktu berpisah
Masih adakah kesempatan bagiku
Tuk membersihkan jiwa dan hatiku

Setiap kegagalan yang membawa kekecewaan
Setiap kenyataan yang menghadirkan penyesalan
Masih kudengar dan kurasakan
Suara-suara yang menghibur
Tuk menghapus setiap kecewa dan sesal
Tapi bila tiba waktu berpisah
Adakah yang akan menghiburku
Akankah aku pergi tanpa kekecewaan dan penyesalan





PujanggA

ISTINJA'

Istinja' menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, sedangkan menutur Istilah adalah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil.

Beristinja' hukumnya wajib bagi setiap orang yang baru buang air kecil maupun air besar, baik dengan air ataupun benda kesat selain air (seperti batu, kertas).

Cara beristinja' dapat dilakukan dengan salah satu dari cara berikut :

1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan oleh keyakinan masing-masing.

2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.

3. Membersihkan tempat keluar kotoran dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih. Membersihkan tempat keluar kotoran sekurang-kurangnya dengan tiga buah batu atau sebuah batu yang memiliki tiga permukaan sampai bersih.

Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Nabi SAW melalui dua buah kuburan, kemudian beliau bersabda : Sesungguhnya kedua orang yang berada dalam kubur itu sedang disiksa. Adapun salah seorang dari keduanya sedang disiksa karena mengadu domba orang, sedangkan yang satunya sedang disiksa karena tidak menyucikan kencingnya." (HR. Bukhor dan Muslim).

Syarat-syarat istinja' dengan menggunakan batu atau benda keras/kesat terdiri dari enam macam :

Batu atau benda itu kesat dan harus suci serta dapat dipakai untuk membersihkan najis.

Batu atau benda itu tidak termasuk yang dihormati seperti bahan makanan atau batu masjid.

Sekurang-kurangnya dengan tiga kali usapan sampai bersih.
Najis yang dibersihkan belum sampai kering.
Najis itu tidak pindah dari tempatnya.
Najis itu tidak bercampur dengan benda lain, meskipun benda itu suci dan tidak terpercik oleh air.

Adab Buang Air
Mendahulukan kaki kiri pada waktu masuk tempat buang air (WC).
Membaca doa masuk WC.
Bismillahi Allahumma innii 'a-udzubika minal khubutsi wal khoba-its (Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah aku berlindung kepadaMu daripada kotoran dan dari segala yang kotor).

Mendahulukan kaki kanan ketika keluar dari WC.
Membaca doa ketika keluar dari WC.
Ghufroonakal hamdu lillaahil ladzii adzhaba 'annil hadzaa wa 'aafaanii (Aku mengharap ampunanMu. Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kotoran yang menyakitkan diri saya, dan Engkau telah menyehatkan saya."

Pada waktu buang air hendaklah memakai alas kaki.
Istinja' hendaklah dilakukan dengan tangan kiri. Dalam sebuah hadits dinyatakan sebagai berikut :
Dari Salman ra. ia berkata : "Sungguh Rasulullah SAW telah melarang kami mengahadap kiblat ketika sedang buang air besar/kecil dan melarang kami beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, dan melarang kami beristinja' dengan kotoran binatang atau dengan tulang." (HR. Muslim).


Hal-hal yang Dilarang Ketika Buang Air
Buang air di tempat terbuka. Dari Aisyah ra ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Siapa saja yang datang ke tempat buang air hendaknya ia berlindung (di tempat tertutup)." (HR. Abu Daud).

Buang air di air yang tenang.
Buang air di lubang-lubang karena kemungkinan ada binatang yang terganggu di dalam lubang itu.

Buang air di tempat yang dapat mengganggu orang lain.
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Jauhilah dua macam perbuatan yang dilaknat." Para sahabat bertanya : "Apa saja ya Rasul?". Rasul bersabda : "yaitu orang yang suka buang air di jalan orang banyak atau di tempat untuk berteduh". (HR. Ahmad, Muslim dan Abu daud).

Buang air di bawah pohon yang sedang berbuah.
Bercakap-cakap kecuali sanat terpaksa.
Dari Jabir ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : "Apabila dua orang buang air besar hendaklah masing-masing bersembunyi dari yang lainnya dan jangan berbicara, karena Allah SWT mengutuk perbuatan yang demikian itu."

Menghadap kiblat atau membelakinya.
Membawa ayat-ayat Al-Qur'an.