Sabtu, 16 Februari 2008

MAAFKAN AKU, BU .....

by JampanG


"...yang kutahu ibu adalah surga bagi anaknya, restunya adalah ridho Allah. InsyaAllah...jika bunda tersenyum dengan berita pernikahan anaknya, berkah dan berkah rumah tangga itu."

Kata-kata itu saya dapatkan dari sebuah email yang dikirimkan seseorang kepada saya beberapa hari yang lalu. Lalu saya mencoba mengaitkannya sebuah bentuk bakti salah seorang paman saya yang yang diceritakan ibu saya kepada saya tentang salah seorang paman saya pada suatu malam.

Bakti paman saya kepada sang ibu yang tak mampu berjalan lagi karena terserang stroke mungkin sulit untuk ditiru oleh semua orang. Bila sang ibu ingin pergi ke rumah anak-anaknya, beliau sering mengantarkannya di atas kursi roda. Terkadang jarak yang di tempuh cukup jauh. Beberapa kali saya melihat beliau mendukung sang ibu karena tak memungkinkan untuk menggunakan kursi roda sebagai alat bantu.

Di akhir cerita, kalimat yang dilontarkan ibu saya terdengar bergetar. Air matanya hampir menetes keluar. Lalu ibu bertanya kepada saya, "Kalo mama dan ayah udah tue, Kiki bise enggak nyontoh ape yang dikerjain Cing Otib?"

Pada waktu itu saya menjawab, "Enggak tahu."

Mungkin ibu saya kecewa mendengar jawaban saya tersebut. Lalu saya segera menambahkan, "Mintenye seh semuanye sehat sampe tue." Saya tidak tahu apakah kalimat itu akan mengurangi kekecewaannya atau malah sebaliknya.

---ooo0ooo---

maafkan diri ini, bu
yang sudah melupakan sesuatu di masa lalu
yang mungkin ibu juga sudah tidak mengingatnya karena telah termakan waktu
ketika aku berada di rahimmu
ketika aku tidak menyukai makanan yang kau berikan kepadaku
dan aku tidak suka dengan makanan itu
aku memaksamu untuk memuntahkannya lewat mulutmu
kesusahan di atas kesusahan adalah yang kau rasakan kala itu

bu, maafkan diri ini
ketika Allah telah memberikan aku kepala dengan lengkap, tubuh dengan tangan dan kaki
aku selalu menendang-nendang perutmu berulang kali
sakit yang kau rasakan tak pernah kau peduli
malah kau mengelusku dengan penuh kelembutan hati

bu, maafkan diri ini yang belum bisa berbakti
yang telah melupakan masa-masa sulit yang telah engkau lewati
ketika tiba hari yang dinanti
masanya aku lahir ke dunia fana ini
kau berjuang antara hidup dan mati
namun semuanya hilang tak kau rasakan lagi
di saat melihatku lahir dalam keadaan sehat namun tak tahu apa yang terjadi
peluh yang keluar dari tubuhmu seakan tak berarti
semuanya menguap bersama senyummu yang kala itu belum kumengerti

bu, maafkan bila diri ini telah melupakan suatu masa
tat kala malam dengan gemintang dan sabit atau purnama
aku menangis karena ketidaknyamanan yang kurasa
aku pipis tanpa bisa memberi aba-aba
membangunkanmu yang kala itu tertidur lelap hingga terjaga
dengan mata yang belum sempurna terbuka
kau mengganti kain popokku tanpa mengeluh dengan kata-kata

bu, maafkan diri ini yang sering tidak tahu diri
karena sering buang air besar dan kencing ketika kau susui
bajumu yang semula wangi kini aromanya berganti
namun kau tak pernah merasa jijik sama sekali
bila saja itu terjadi pada orang lain mungkin ia akan lari
dengan sabar, bajuku dan pakaianmu kau ganti
dan bila masanya aku tertidur pulas dalama buaian mimpi yang belum juga kufahami
kau pergi mencuci
agar esok atau lusa bajuku dan pakaianmu bisa dikenakan lagi

bu, diri ini memohon untuk dimaafkan
karena sering kali perintahmu tak kukerjakan
walaupun perintah itu sesuatu yang ringan
dan dengan mudah bisa aku kerjakan

bu, diri ini memohon untuk dimaafkan
karena sering kali kekecewaan yang kaudapatkan
dan belum ada kebahagiaan yang kuberikan
entah hari ini, esok, atau kapan
.....

Tidak ada komentar: