Sabtu, 16 Februari 2008

NEGERI YANG DIJANJIKAN

Oleh : M Fuad Nasar

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW berkata kepada 'Adiy bin Hatim at Thaiy, ''Wahai Adiy, jika umurmu panjang, kamu akan menyaksikan kaum wanita berangkat seorang diri berkendaraan dari Hirah (Iran) menuju Ka'bah (Makkah) dengan aman, tidak suatu yang ditakutinya, kecuali Allah semata. Dan sesungguhnya kalau umurmu panjang, kamu akan ikut membuka perbendaharaan harta kekayaan Maharaja Persia (dengan membawa keadilan). Dan sesungguhnya jika umurmu panjang, kamu akan melihat orang yang membawa uang emas atau perak sepenuh-penuh tangannya mencari orang-orang miskin yang akan menerimanya, tetapi tidak seorang pun fakir miskin dijumpainya yang berhak menerimanya (karena seluruh rakyat sudah hidup makmur).'' (HR Bukhari).

Dalam hadis di atas Rasulullah mengajak pemuda Adiy membayangkan, dalam waktu yang tidak lama umat Islam akan hidup dalam sebuah negara yang aman, adil, dan makmur di bawah naungan ridho Ilahi. Dr Yusuf Qardhawi dalam bukunya Musykilatul Faqri Wa Kaifa 'Alajahal Islam menceritakan, segala nubuwat itu sudah disaksikan Adiy di masa hidupnya. Kekuasaan Raja Persia sudah dihabiskan dengan jatuhnya Ktesiphon dalam perang Qadisiyah. Adiy ikut memasuki kota itu dan menyaksikan langsung mahkota kebanggaan Maharaja Persia diboyong ke Madinah. Begitu pula tentang jaminan keamanan, Adiy menyaksikan wanita-wanita dari Iran berkendaraan lancar ke Makkah dalam perjalanan menempuh jarak ribuan kilometer tanpa suatu gangguan.

Negeri yang dijanjikan itu terwujud secara paripurna di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H). Menurut riwayat Baihaqi, Khalifah Umar memerintah hanya 30 bulan. Tapi, setiap rakyatnya tidaklah meninggal dunia melainkan meninggalkan uang yang banyak, dan mereka meninggalkan wasiat supaya hartanya dibagikan kepada fakir miskin. Tetapi, tidak seorang pun di dalam negara itu ada orang yang hidup miskin. Khalifah Umar betul-betul sudah memakmurkan rakyat secara merata.

Negeri yang dijanjikan itu pasti akan terjadi di setiap zaman, jika syarat-syaratnya dipenuhi. Menurut Alquran, tidak dibutuhkan syarat yang banyak, melainkan tersimpul dalam ungkapan kata iman dan takwa. ''Kalau sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, maka pastilah Kami membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi. Tetapi, (bila) mereka durhaka, maka Kami siksa mereka disebabkan usaha mereka sendiri.'' (Al-A'raf: 96).

Pada ayat lain Allah berfirman, ''Dan Tuhan memberikan contoh perbandingan adanya negara yang aman tenteram, yang rezekinya berlimpah dari tiap-tiap tempat, kemudian penduduk negeri itu kufur akan nikmat Allah, maka Allah merasakan kelaparan dan ketakutan disebabkan perbuatan mereka sendiri.'' (An-Nahl: 112)

Dalam surat Saba ayat 15-20, diceritakan sebuah negara bernama Saba'. Mulanya rakyat di negeri itu hidup senang dan makmur menikmati karunia Allah. Tapi, karena mereka mendurhakai Tuhan dan berbuat aniaya di antara sesamanya, maka dalam sekejap kemakmuran itu berganti dengan kesengsaraan. Tragedi negeri Saba' hendaknya menjadi pelajaran bagi kita semua.




republika

Tidak ada komentar: