Kamis, 19 Juni 2008

BAHAYA LIDAH

BAHAYA LIDAH

Pendahuluan
Lidah memiliki urgensi yang tinggi, karena lidah dapat membawa seseorang ke surga Allah bila digunakan untuk taat kepada-Nya. Sebaliknya lidah dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka jika digunakan untuk maksiat kepada Allah.
Sahl bin Sa’id berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Siapa yang menjamin untukka apa yang ada diantara dua jenggutnya dan dua kakinya maka aku menjamin untuknya surga.” (HR Bukhari).
DariBarro’ bin ‘Azib, ia berkata, seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkan diriku ke dalam surga.”
Nabi saw bersabda, “Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang haus, perintahkan yang ma’ruf dan cegahlah yang munkar. Jika kamu tidak sanggup maka tahanlah lidahmu kecuali dari kebaikan.” (HR Ibnu Abid Dunya dengan sanad jayyid).
Allah swt berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa’ :114).
Sesungguhnya perkataan terbagi dalam empat bagian, perkataan yang berbahaya sepenuhnya, perkataan yang mengnadung manfaat dan bahaya (kedua perkataan ini harus ditinggalkan), dan perkataan yang tidak mengandung bahaya dan tidak mengandung manfaat (menyibukkan diri dengannya berarti menyia-nyiakan waktu dan berakibat beratnya hisab), serta perkataan yang bermanfaat sepenuhnya.
Berikut ini adalah penyakit-penyakit lidah yang harus dihindari:
1. Pembicaraan yang tidak berguna
Berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak diperlukan meskipun tidak berdosa (mubah) akan berakibat beratnya hisab di hari kiamat kelak. Karena menyibukkan diri dengan pembicaraan semacam itu berarti menyia-nyiakan waktu, dan telah menggantikan ucapan-ucapan yang baik dengan ucapan yang lebih rendah. Rasulullah saw bersabda,
“Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR Ibnu Majah dan Turmudzi).

2. Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil
Yaitu berbicara tentang berbagai kemaksiatan, seperti memceritakan ihwal perempuan, kesenangan orang fasik dan lain sebagainya. Nabi bersabda,
“Orang yang paling besar dosanya pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil.” (HR Ibnu Abid Dunya secara mursal dan para perawinya terpercaya). Ibnu Sirrin berkata, seorang Anshar melewati suatu majlis, lalu berkata kepada majlis tersebut, “Berwudhulah kalian, karena sebagian yang kalian ucapkan lebih buruk dari hadats.”
3. Perbantahan dan perdebatan
Nabi saw bersabda,
“Janganlah kamu mendebat saudaramu, dan janganlah kamu bersenda gurau dan janganlah kamu membuat janji dengannya lalu tidak kamu tepati.” (HR Turmudzi).
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah menunjuki mereka kecuali karena mereka melakukan perdebatan.” (HR Turmudzi)
Motivasi yang menggerakkan penyakit ini adalah rasa superioritas dengan menampakkan keunggulan diri disertai serangan terhadap orang lain dengan merendahkannya dan menampakkan kelemahannya.
4. Memaksakan bersajak dan membuat-buat kefasikan dan mengatakan dengan membuat perumpamaan di luar batas kewajaran.
Semua itu termasuk perkataan yang tercela karena menyebabkan bertele-telenya pembicaraan, bahkan menimbulkan kesalahfahaman.
Nabi bersabda,
“Akan datang suatu masa kepada manusia, mereka mengunyah pembicaraan dengan lidah seperti sapi mengunyah makanan dengan lidahnya.” (HR Ahmad).
5. Berkata keji, jorok dan cacian.
Ia tercela dan dilarang karena menjadi sumber keburukan dan kehinaan, Nabi bersabda,
“Mencaci-maki mukmin adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya adalah kekafiran.” (HR Bukhari Muslim)
“Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka melukai, melaknat, berkata keji dan bukan pula orang yang suka berkata kotor.” (HR Turmudzi)
“Kamu harus bertaqwa kepada Allah, jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang diketahuinya ada pada diri maka janganlah kamu membalas mencelanya dengan sesuatu yang ada pada dirinya, niscaya dosanya kembali kepadanya dan pahalanya untuk kamu, dan janganlah kamu mencela sesuatu.” (HR Ahmad dan Thabrani)
6. Melaknati
Baik melaknati binatang, benda mati atau manusia, semua itu adalah tercela. Rasulullah Saw bersabda,
“Orang mukmin itu bukan orang yang suka melaknat.” (HR Turmudzi).
Sifat-sifat yang menyebabkan pelaknatan : kafir, bid’ah dan kefasikan.
Dilihat dari sasarannya maka pelaknatan itu ada 3 tingkatan :
a. Pelaknatan terhadap sikap-sikap yang lebih umum (misal : laknat Allah bagi orang yang kafir) hal ini dibolehkan.
b. Pelaknatan terhadap terhadap sifat yang lebih khusus (misal : laknat Allah kepada orang Yahudi, Nasrani dan para pezina dll), hal ini dibolehkan.
c. Pelaknatan terhadap perorangan (laknat Allah terhadap Zaid), hal ini mengandung “bahaya” kecuali terhadap orang-orang tertentu yang telah nyata dilaknat oleh Allah.
5. Nyanyian dan syair
Perkataan syair yang baik –yang tidak mengandung kata-kata yang dibenci adalah baik, tetapi yang isinya buruk haruslah ditinggalkan. Tetapi berkonsentrasi penuh untuk syair adalah tercela, khususnya untuk jenis syair yang batil. Nabi saw bersabda,
“Bahwasanya bagian dalam salah seorang diantara kalian terisi penuh dengan nanah sampai mamatahkannya, sungguh itu lebih baik daripada ia penuh dengan syair.” (HR Muslim)
6. Senda gurau
Awalnya tercela dan dilarang kecuali dalam kadar yang sedikit. Rasulullah saw bersabda,
“Janganlah berbantah-bantahan dengan saudaramu, dan janganlah bersenda gurau.” (HR Turmudzi)
Senda gurau yang dibolehkan adalah yang isinya tidak menyakiti, tidak dusta dan tidak berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi.
7. Ejekan dan cemoohan
Allah berfirman dalam Surat 49 : 11.
Nabi saw bersabda,
“Barangsiapa yang menjelek-jelekkan saudaranya dengan suatu dosa yang ia telah bertaubat darinya, maka orang itu tidak akan mati sebelum melakukan dosa itu.” (HR Turmudzi)
Olok-olokan tersebut haram, jika yang diolok-olak merasa sakit hati. Jika yang diolok-olok merasa senang atau bahkan membuat dirinya menjadi olok-olokan maka hal ini termasuk senda gurau.
8. Menyebarkan rahasia
Nabi bersabda,
“Apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan kemudian berpaling dari isi pembicaraan tersebut adalah amanah.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
9. Janji palsu dan berdusta
Anas RA berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Sambutlah aku dengan enam hal, niscaya aku akan menyambut kalian dengan surga. Para shahabat bertanya, “Apa saja?”. Nabi bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu berbicara, maka janganlah berdusta, apabila berjanji janganlah mengingkari, apabila dipercaya janganlah berkhianat, tundukkanlah pandangan jangalah kemaluanmu, dan tahanlah tangan kalian.” (HR Al Hakim)
“Sesungguhnya dusta membawa kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan menyeret ia kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Bukhari Muslim)
Adapun dusta yang dibolehkan adalah dusta yang terpaksa dilakukan demi tercapainya tujuan yang benar. Sebagaimana sabda Nabi,
“Bukan seorang pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bersengketa) yang kemudian menimbulkan kebaikan atau berkata baik.” (HR Bukhari Muslim)
10. Menggunjing (Ghibah)
Ghibah adalah menyebut saudaranya dengan hal yang tidak disukainya seandainya ia mendengarnya (baik penyebutannya dengan lisan, tertulis, isyarat atau dengan cara “menyemangati” seseorang untuk menggunjing saudaranya).
Nabi saw bersabda,
“Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.”
Adapun penyebab ghibah antara lain : melampiaskan marah, berbasa-basi kepada kawan, membanggakan diri, dengki, bersenda gurau, ingin cuci tangan dari perbuatan yang dituduhkan kepadanya, merendahkan teman, mendahului menjelek-jelekkan di sisi orang yang disegani.
Beberapa alasan yang memberikan rukhshah dalam ghibah antara lain :
- mengadukan kedzaliman.
- Menjadi sarana untuk mengubah kemunkaran, dan mengembalikan orang bermaksiat ke jalan yang benar.
- Meminta fatwa.
- Memperingatkan orang muslim dari keburukan.
- Jika orang yang disebutkan sudah terkenal cacatnya.
- Jika orang yang disebutkan malakukan kefasikan secara terang-terangan.
Kafarat ghibah :
Orang terlanjur menggunjing harus berbuat dan menyesali perbuatannya serta meminta pembebasan dari orang yang digunjing agar terbebas dari tuntutan balasan kedzalimannya, meskipun dalam hal ini ulama berbeda pendapat (At-Tahrim : 10)
11. Perkataan yang berlidah dua
Yaitu perkataan orang yang bolak-balik antara dua orang berselisih dan kepada masing-masing ia mengatakan apa yang disetujuinya. Nabi bersabda,
“Kalian mendapati di antara hamba Allah yang paling buruk pada hari kiamat adalah orang yang memiliki dua wajah. Yang datang kepada dua pihak dengan suatu pembicaraan dan datang kepada pihak (lain) dengan pembicaraan yang (lain pula).”
12. Sanjungan
Sanjungan dapat tersusupi oleh enam penyakit : empat diantaranya terdapat pada orang yang menyanjung, sedangkan dua diantaranya terdapat pada orang disanjung.
Penyakit yang terdapat pada orang yang menyanjung adalah :
a. Berlebih-lebihan sehingga sampai kebohongan.
b. Dapat tersusupinya.
c. Kadang-kadang mengatakan hal yang tidak sebenarnya.
Nabi bersabda,
“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu seandainya dia mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”
d. Bila jadi sanjungan tersebut membuat senang orang yang disanjung padahalia orang dzalim atau fasiq.
Penyakit yang terdapat pada orang yang disanjung adalah:
a. Kesombongan dan ujub.
b. Menyenangi sanjungan dan puas terhadap dirinya.
Sedangkan orang yang disanjung –agar tidak terjerumus ke dalam penyakit kesombongan, ujub dan future- maka ia harus berupaya :
- mengenal dirinya secara baik.
- merencanakan bahaya riya’.
- menunjukkan ketidaksukaan terhadap sanjungan.
Nabi bersabda,
“Taburkan pasir di wajah orang-orang yang menyanjung.” (HR Muslim).
13. Kurang cermat dalam berbicara
Banyak bicara adalah ancaman yang berbahaya bagi seseorang kecuali jika lidahnya “fasih”, didukung ilmu yang luas, sifat waro’, hati-hati dan pengawasan yang ketat. Sabda Nabi saw,
“Barangsiapa diam maka pasti selamat.” (HR Turmudzi)
14. Melibatkan diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan.
Nabi saw bersabda,
“Biarkan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya, dn menentang Nabi mereka. Apa yang aku larang untuk kalian maka hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka hendaklah kalian mengerjakannya sedapat mungkin.” (HR Bukhari Muslim)
15. Namimah (menghasut)
Nabi bersabda,
“Tidak masuk surga orang yang suka menghasut.” (HR Bukhari Muslim).
Namimah adalah membeberkan apa saja yang tidak disukai pembebernya –baik oleh yang dilaporkan, atau yang dilapori atau pihak ketiga- baik pembeberan tersebut dilakukan dengan lidah, tulisan, isyarat dan lain sebagainya. (lihat QS. Al Qalam : 11 ; At Tahrim : 10)

Maraji’:
1. Sa’id Hawa, Menyucikan Jiwa
2. Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin.

Tidak ada komentar: