Jumat, 04 April 2008

Radang Otak Bisa Berakibat Fatal

Radang Otak Bisa Berakibat Fatal

Tergolong penyakit berat karena menyerang jaringan otak. Bagaimana mengatasinya?

Ibu Syam panik ketika putri semata wayangnya mengalami panas tubuh tinggi. Tak mau ambil risiko, ia segera membawa permata hatinya ke rumah sakit. Di perjalanan, si kecil mengalami kejang-kejang. Bahkan juga mengalami penurunan kesadaran. Hal tersebut tentu saja membuat nyali Ibu Syam makin menciut. Apalagi ketika putrinya langsung dirawat di ICU dan dokter yang menangani mengatakan si kecil terkena ensefalitis. Penyakit apa ini?

"Ensefalitis atau radang otak adalah infeksi pada jaringan otak," terang Dr. Dwi Putro Widodo, Sp.A(K), MMed, dari Sub Bagian Neurologi Anak Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. Sebetulnya diagnosis ensefalitis, terang Dwi Putro, ditegakkan hanya melalui pemeriksaan mikroskopis jaringan otak. Tapi, pada prakteknya diagnosis dibuat berdasarkan gejala neurologis, seperti kejang demam dan penurunan kesadaran seperti yang dialami putri Ibu Syam.

MENYERANG JARINGAN OTAK

Bagaimana proses terjadinya peradangan otak tersebut? Yang penting terlebih dulu diketahui, penyebab ensefalitis bisa berbagai macam mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, cacing, protozoa, dan sebagainya. "Yang terpenting dan tersering adalah virus. Berbagai jenis virus dapat menyebabkan ensefalitis dengan gejala klinis sama," ujar Dwi Putro.

Anak yang terkena infeksi lain, seperti cacar, gondongan, campak, atau TB, kemungkinan akan pula terkena ensefalitis. "Setelah masuk ke dalam tubuh, virus atau kuman akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh. Jika akhirnya virus menyerang jaringan otak, maka akan terjadi kerusakan otak." Sementara sel-sel syaraf termasuk sel otak sangat sulit beregenerasi. Akibatnya daya kemampuan otak pun berkurang.

Nah, karena merusak jaringan otak, tingkat keparahan penyakit tergantung bagian otak mana yang terkena. "Ensefalitis termasuk penyakit gawat dan mengenai susunan syaraf pusat, sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Kalaupun sembuh, angka kecacatannya juga cukup tinggi," ujar Dwi. Angka kematian penderita ensefalitis 30-50 persen. "Sisanya bisa selamat. Tapi dari yang selamat, 20 sampai 40 persen diantaranya akan mengalami kecacatan." Cacatnya bisa macam-macam, dari gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kelumpuhan, anak jadi kurang cerdas, gangguan emosi, gangguan tingkah laku, dan sebagainya. Ini sangat tergantung pada bagian yang mengalami kerusakan. Artinya jika bagian pusat pendengaran yang terkena, kemungkinan akan mengalami gangguan pendengaran. Seberapa besar parahnya pun tergantung pada kerusakannya.

TIGA GEJALA UMUM

Ensefalitis memang paling sering menyerang anak usia 2 bulan sampai 2 tahun. Tapi, bukan tidak mungkin menyerang anak yang lebih besar. Terbukti, di beberapa rumah sakit besar, seperti RSCM cukup sering menangani kasus ensefalitis pada anak di atas usia balita.

Yang penting diketahui, Bu-Pak, gejala ensefalitis yang umum ada tiga (trias), antara lain infeksi, baik akut maupun sub akut, kejang-kejang, dan kesadaran menurun.

Memang tidak ada waktu tertentu kapan anak akan mengalami gejala trias tadi. Pada beberapa anak mungkin mula-mula hanya mengalami gangguan ringan, tapi kemudian mengalami koma. Pada anak lain mungkin diawali dengan demam tinggi, kejang-kejang hebat diselingi gerakan-gerakan aneh. "Kadang-kadang ada anak yang langsung panas tinggi, tetapi ada yang baru pada hari kedua mengalami panas tinggi," ujar Dwi. Umumnya gejala-gejala awal penyakit ini, seperti diutarakan Dwi menyerupai penyakit sistemis akut yang sukar dibedakan. Selain panas tinggi, biasanya anak cenderung rewel, enggak mau menyusu atau makan, kadang-kadang dibarengi mual dan muntah. Pada anak yang lebih besar kadang-kadang timbul sakit kepala.

Yang sulit diketahui adalah saat masuknya virus ke dalam jaringan otak tersebut. Sesungguhnya, terang Dwi, begitu masuk ke dalam tubuh, virus akan berantem dulu dengan tubuh. "Kalau tubuh kalah, maka virus akan berkembang biak dengan cepat, termasuk ke jaringan otak. Nggak sampai satu hari bisa timbul panas tinggi dan kejang-kejang, dan dalam beberapa jam sudah bisa terjadi penurunan kesadaran."

Jadi, memang sebaiknya Bapak dan Ibu selalu waspada jika putra-putrinya mengalami panas tinggi. Apalagi jika gejala trias muncul; panas tinggi, kejang-kejang dan penurunan kesadaran. Jangan ambil risiko, segeralah bawa anak ke rumah sakit untuk dirawat. "Tak bisa ditawar. Bahkan, sebaiknya anak dirawat di ICU," tegas Dwi. Tapi, ingat ya Bu-Pak, tindakan tersebut tidak berarti sama sekali bisa mencegah serangan penyakit ensefalitis. Hanya saja, mengingat gejala ensefalitis yang berlangsung demikian cepat, tentu akan memudahkan penanganan sehingga bisa meminimalkan keparahan yang akan terjadi.

"Umumnya yang datang ke rumah sakit sudah berstadium berat karena pasien datang terlambat. Mungkin saat ada keluhan demam dan kejang, anak belum dibawa ke dokter. Baru ketika mengalami penurunan kesadaran, anak dibawa ke dokter." Sementara penanganan penderita ensefalitis memang sangat tergantung stadiumnya. "Jika masih ringan dan kondisi fisik anak bagus, mungkin bisa sembuh."

Jadi, tegas Dwi, jika ketiga gejala ini muncul, sebaiknya harus dipikirkan kemungkinan ensefalitis. Barangkali bila anak hanya demam dan kejang, orang tua masih boleh menduga anak hanya kejang demam saja; mungkin belum perlu memikirkan ke arah proses di serebral (otak). "Tapi jika sudah sampai terjadi penurunan kesadaran, kita harus memikirkan kemungkinan radang otak maupun radang selaput otak."

Memang gejala trias tadi tidak mutlak berarti ensefalitis. Penyakit lain yang memiliki gejala sama adalah meningitis (radang selaput otak). "Karena itu anak harus segera dirawat, diperiksa, dan diobservasi apakah ia terserang radang, radang selaput otak atau penyakit lain."

RANGKAIAN PEMERIKSAAN

Selama dirawat, baik saat di ICU atau rawat inap biasa, anak akan menjalani berbagai pemeriksaan antara lain dengan lumbalfungsi (mengambil cairan dari sumsum tulang belakang). Kemudian dilakukan pemeriksaan darah. "Darah diambil dan dilakukan biak atau kultur darah untuk melihat penyebabnya. Sayangnya, virus di dalam darah tersebut cepat hilang, sehingga sulit mendapatkan virus atau kumannya."

Padahal dengan mengetahui penyebabnya akan sangat memudahkan penanganan selanjutnya. "Sayangnya kebanyakan virus sulit diidentifikasi, bahkan lebih dari 50 persen kasus ensefalitis tak diketahui penyebabnya. Karena itu secara umum pengobatan ensefalitis dilakukan secara symptomatic," lanjut Dwi. Artinya, jika penyebabnya kuman TB, kita obati TB-nya. Kalau penyebabnya virus yang lain, penanganannya lain lagi.

Kecuali itu, anak pun akan mengalami pemeriksaan dengan elektroensefalografi (EEG); dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gangguan fungsi neuron. Biasanya perlu juga dilakukan CT Scan untuk mengetahui kerusakan di otak. Bahkan pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut akan terus dilakukan tergantung pada gangguan yang kemudian ditimbulkan. Semisal, dari hasil CT Scan menunjukkan adanya gangguan pada pusat pendengaran. Nah, untuk mengetahui seberapa jauh gangguannya dilakukan pemeriksaan Brain Evoked Response Audiometry (BERA).

MEMINIMALKAN GEJALA SISA

Mengingat gejala sisa yang tidak kecil dari ensefalitis, pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin. Salah satunya dengan imunisasi, seperti MMR atau HiB. "Selain itu bisa dicegah dengan menjaga kondisi tubuh. Status gizi harus baik, sehingga daya tahan tubuh akan bisa mengantisipasi kemungkinan ensefalitis."

Tapi, tentu saja tingkat keberhasilannya tidaklah 100 persen karena serangan virus bisa berulang. "Penyebabnya mungkin saja jenis virus yang menyerang berbeda dari sebelumnya, atau virusnya lebih ganas. Bisa juga saat virus menyerang, daya tahan tubuh sedang lemah."

Tapi, justru jangan diartikan orang tua lantas menyerah begitu saja bila anak terkena ensefalitis. Berbagai terapi "penyembuhan" berikutnya justru harus diupayakan. Caranya, lanjut Dwi, dengan mengidentifikasi kemungkinan cacat yang akan ditimbulkan. Angka kecacatannya kan cukup tinggi. "Penanganannya dengan rehabilitasi. Karena yang diserang otak, maka prinsipnya tergantung bagian otak mana yang rusak." Bila bagian pendengaran yang terkena, mungkin proses pendengarannya yang terganggu; bisa salah satu atau kedua telinga; bisa rendah atau parah. Bila bagian motorik yang kena, mungkin saja anak jadi lumpuh.

"Bisa juga mengenai pendengaran, motorik, dan penglihatan sekaligus, misalnya." Dengan adanya kemungkinan gangguan pertumbuhan fisik maupun mental, orang tua kiranya perlu bersabar menghadapinya. Karena, Bu-Pak, kunci keberhasilan justru di tangan Bapak dan Ibu dalam merawat anak yang memiliki kelainan tersebut.

TERAPI ANAK "ISTIMEWA"

Ada beberapa terapi yang harus dijalani anak-anak yang terkena ensefalitis. Tapi, pelaksanaan terapi tergantung pada gejala sisa yang timbul. Yang jelas, terang dr. Dwi Putro, Sp.A(K), MMed., semua usaha diarahkan untuk mengarahkan dan melatih kemampuan otaknya supaya bisa mendekati kemampuan anak normal yang sebaya.

Bisa jadi semuanya harus dijalani, bisa jadi hanya sebagian. Sebaiknya orang tua mengkonsultasikan hal ini dengan dokter yang menangani anak. Yang jelas, berbagai terapi yang menstimulasi otak diharapkan dapat mengurangi kecacatan yang mungkin timbul. Semisal, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan sebagainya.



Milis Ida-Krisna Show

Hamil? Jauhi Perokok

Hamil? Jauhi Perokok

Perokok pasif sama bahayanya dengan seorang Ibu hamil yang juga merokok.

Bagi wanita hamil, ternyata tidak cukup hanya berhenti merokok. Untuk melindungi pertumbuhan janin, seluruh anggota keluarga juga harus berhenti merokok dan calon ibu sebaiknya menghindari kontak dengan siapapun yang merokok.

Data yang dihimpun selama tiga tahun terakhir oleh Stephen G.Grant, menunjukkan bahwa wanita yang menjadi perokok pasif melahirkan bayi yang mengalami mutasi genetik, sama halnya dengan wanita perokok.

"Perokok pasif memiliki pengaruh buruk bagi janin seperti halnya perokok pasif", Ucap Stephen G.Grant yang menjadi peneliti kesehatan lingkungan di Universitas Pittsburgh. Hasil penelitiannya baru-baru ini dimuat dalam online Jurnal BMC Pediatrik.

Dalam penelitiannya, sampel darah dari tali pusar bayi yang baru lahir dites untuk melihat perubahan gen HPRT, yang berada di kromosom X atau kromosom yang dibawa wanita.

Studi tersebut membandingkan tingkat mutasi gen pada bayi yang baru lahir dari ibu yang perokok, berhenti merokok selama kehamilan, tinggal atau bekerja di lingkungan perokok atau sama sekali tidak kontak dengan perokok.

"Kami menemukan bahwa ketiga lingkungan tersebut memiliki hasil yang hampir sama, kecuali pada wanita yang sama sekali tidak kontak dengan perokok, hasilnya sama sekali berbeda" ujar Grant.

"Dokter seharusnya menganjurkan para suami berhenti merokok bila istrinya sedang hamil", saran dr.Barry Finette, dokter anak di Universitas Vermont.

"Banyak bukti kuat yang menunjukkan bahwa perokok pasif memiliki gangguan kesehatan, baik pada mereka atau janinnya," ucapnya lagi.

Jadi jika Anda merencakan kehamilan, rencanakan juga untuk menghindari para perokok. (Detroit News/AN)

Kematian Sejati

Kematian Sejati

Sampai sejauh ini, tak ada orang yang hidup kembali dari kematiannya sehingga dapat berbagi cerita tentang pengalamannya, di alam kematian. Dengan demikian, mengetahui perihal kematian, melalui Alquran.

Kematian, sebagaimana dijelaskan dalam Alquran, sangat jauh berbeda dari kematian medical. Hal ini terkait dengan Surat Al-Waqiah: Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. (QS. Al Waqiah: 83:85).

Tidak seperti kematian orang kafir, kematian orang beriman penuh berkah: (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik, oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): Salaamunalaikum. Masuklah kamu ke dalam surga itu, disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32)

Ayat-ayat ini menguak fakta penting tak terbantah tentang kematian: saat datangnya kematian, jalan yang dilalui oleh orang mati dan hal-hal yang dapat diamati merupakan pengalaman yang berbeda-beda. Misalnya, seseorang yang menghabiskan seluruh hidupnya sebagai seorang kafir dan degil barangkali nampak mengalami 'kematian yang damai'. Akan tetapi, ruh, yang berada pada dimensi berbeda, merasakan kematian yang menyakitkan. Sedangkan ruh orang beriman, meskipun nampak menderita, meninggalkan jasadnya dalam keadaan 'terhormat'.

Alquran menjelaskan sejumlah kesukaran-kesukaran yang dialami orang kafir ketika nyawa mereka dicabut, karena malaikat membuat perhitungan dengan ruh/jiwa orang kafir saat kematiannya: Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka? Yang demikian itu adalah karena mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa-apa yang menimbulkan) keridlan-Nya (QS. Muhammad: 27-28).

Dalam Alquran dijelaskan pula mengenai 'tekanan-tekanan sakaratul maut', di mana saat itu malaikat mengabarkan tentang adanya azab yang kekal: Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ''Keluarkan nyawamu!'' Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar, dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al-An’am: 93).

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): Rasakan olehmu siksa neraka yang membakar” (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (QS. Al- Anfal: 50-51).

Sebagaimana dijelaskan oleh ayat di atas, kematian orang kafir diliputi kesengsaraan. Ketika orang-orang di sekitarnya melihatnya begitu tenang di pembaringan, sesungguhnya azab fisik dan spiritual sedang dialaminya. Malaikat maut mencabut nyawanya, menimpakan penderitaan dan kehinaan baginya. Dalam Alquran, malaikat yang mencabut nyawa orang-orang kafir digambarkan: Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras (QS. An-Naziat: 1).

Tahap terakhir bagaimana nyawa atau ruh dicabut dijelaskan sebagai berikut: Sekali-kali jangan! Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya); Siapakah yang dapat menyembuhkan? dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (QS. Al-Qiyamah: 26-28).

Saat itu, orang kafir mendapati kebenaran yang dibantahnya semasa hidupnya. Dengan kematian, ia akan menerima segala konsekuensi dari dosa dan bantahannya Malaikat memukul punggungnya dan mencabut nyawanya dengan keras, dan itu hanya sebagian kecil dari duka panjang yang menantinya.

Sebaliknya, kematian orang-orang beriman merupakan awal dari kebahagiaan abadi. Tidak seperti orang kafir yang menderita kepahitan, jiwa orang beriman dicabut dengan lemah lembut (QS. An-Nazi’at: 2). Malaikat berkata; Salaamunalaikum! Masuklah kamu kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan (QS. An-Nahl: 32).

Ini sama seperti dalam keadaan tidur. Dalam tidur, jiwa/ruh masuk ke dimensi lain, seperti digambarkan dalam ayat berikut: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan (QS. Az-Zumar: 42).

Ini adalah kebenaran tak terbantahkan mengenai kematian. Penampakan luar dari seseorang yang menjelang ajal yaitu tatkala malaikat memukul wajah dan punggungnya, maupun ketika nyawanya sampai ke kerongkongannya. Hanya jiwa orang-orang yang mengalaminya yang dapat merasakan dan melihat gambaran ini. Akan tetapi, kematian sejati dirasakan di dalam setiap sudut oleh orang yang sedang sakaratul maut dalam dimensi yang sama sekali tidak dikenal oleh orang yang menyaksikan kematian dari luar. Dengan kata lain, apa yang dialami dalam kematian adalah 'perubahan dalam dimensi'.





republika

Sebuah Parade Ukhuwah

Sebuah Parade Ukhuwah
Penulis: Jimmi Abdullah

Sebuah kisah nyata seperti yang di utarakan oleh Drs. Umar Ali Yahya dan Syarifuddin. Ukhuwah intinya 'MEMBERI'. Memberi tanpa mengharapkan balasan Dan mengharap balasan hanya dari Allah SWT.

Ukhuwah dan keimanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, maka dari itu jika salah satu tidak ada maka yang lainnya pun sirna. Tingkat ukhuwah terendah ialah bersih hati dan berbaik sangka pada saudaranya sedangkan tingkat ukhuwah tertinggi ialah mendahulukan saudaranya daripada dirinya [Drs. Umar Ali Yahya].

Alkisah disebuah Madrasah Tsanawiyah di daerah Bangka Jakarta Selatan, berkumpul sekelompok anak-anak sekolah yang sedang istirahat mengerumuni abang penjual rujak, rupanya siang itu anak-anak sedang membeli rujak.Diantara sekumpulan anak-anaktersebut terdapatlah seorang anak bernama Ubaidurrahman (Ubay) yang saat itu ingin sekalimembeli rujak namun uangnya ketinggalan di kelas.Keinginan Ubay itu ditangkap oleh temannya Hamad tanpa terlewat sedikitpun. Saat itu Hamad pun sebetulnya ingin membeli rujak juga, namun uangnya tinggal seribu rupiah saja, dan itupun untuk ongkos pulang.

'Pake uangku saja dulu Ubay,' seru Hamad pada Ubay yang terlihat sangat ingin sekali membeli rujak. 'Terima kasih Hamad, nanti aku ganti uangnya di kelas ya,' jawab Ubay dengan riangnya.

Begitulah, Hamad meminjamkan uangnya yang hanya tinggal seribu itu pada Ubay untuk membeli rujak dengan harapan nanti akan dibayar di kelas. Ketika sampai di kelas ternyata Ubay tidak membayar hutangnya dengan alasan uangnya ternyata sudah terpakai untuk yang lain.

'Masya Allah, Hamad aku lupa uangnya tadi sudah dipakai, besok saja ya...' Hamad menatap Ubay sejenak dan kemudian mengangguk dengan senyum khasnya. Dalam keadaan tidak ada uang sepersen pun, bahkan untuk ongkos pulang sekalipun, Hamad masih tersenyum dan menjalani sisa harinya dengan kegembiraan.

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan waktunya untuk pulang. Tidak terkecuali dengan Hamad, ia pun pulang meskipun tidak seperti hari-hari sebelumnya. Kali ini dia terlihat berjalan kaki, ya.. berjalan kaki dari sekolahnya di Bangka Jakarta Selatan sampai rumahnya di Jatibening Bekasi, yang biasanya memerlukan waktu 1 jam jika ditempuh dengan dengan kendaraan bermotor.

----------

'Hamad kok belum pulang ya Bu? Aku mulai khawatir, coba telepon teman-temannya barangkali memang sedang ada acara di sekolahnya,' pinta Ust. Zufar pada istrinya.Ust. Zufar merupakan ayah dari Hamad. Beliau ialah sosok yang ramah, nama lengkapnya ialah Ust. Zufar Bawazier, Lc, dosen LIPIA dan juga pengurus sebuah Partai Islam di Indonesia.

Saya sempat mengenalnya ketika beliau mengisi sebuah seminar di Bandung dimana saya terlibat sebagai panitia. Saat itu, beliau kami sediakan tiket pulang dengan Kereta Api untuk jadwal kepergian jam 13.00.

Betapa kagetnya saya ketika teman saya memberitahukan bahwa Ust. Zufar sedang berdiri menunggu angkutan umum yang saya yakin beliau tidak hafal rutenya, untuk menuju stasiun. Lebih parah lagi waktu telah menunjukan pukul 12.50, yang artinya hanya 10 menit lagi kereta akan segera pergi.

Saya segera mengambil motor untuk mengantarnya menuju stasiun, saya tidak habis fikir mengapa Ust. Zufar tidak memberi tahu panitia kalau keadaannya seperti ini, atau memang panitianya yang tidak memperhatikan, pikirku.

Aku susuri jalanan kota Bandung dengan kecepatan tinggi, bahkan sempat melanggar beberapa rambu lalu lintas, aku tak peduli, saat itu fikiranku hanya mengantar Ust. Zufar agar tidak ketinggalan kereta menuju Jakarta.

Dan memang akhirnya Ust. Zufar bisa mendapatkan keretanya, walaupun harus dengan berlari setelah sebelumnya masih sempat menyalamiku sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Itulah kenangan terakhir dan satu-satunya pertemuanku dengan Ust. Zufar.

----------

'Kriiing...' telepon di rumah Pak Umar berdering. Telepon itu ternyata dari Ust. Zufar yang kemudian memberitahukan kepada Pak Umar bahwa anaknya saat itu pulang malam sekali. Pak Umar adalah kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah dimana Hamad bersekolah. Lalu Ust. Zufar pun menjelaskan penyebab anaknya hingga pulang selarut itu kepada Pak Umar.

Esok harinya, Pak Umar memanggil Hamad dan Ubay ke Kantor. Tidak ditemukan wajah kesal atau kecut dari Hamad, suatu pancaran ketenangan jiwa dari seorang anak yang masih bersih hatinya.

Lalu Pak Umar berkata pada Ubay, 'Lihatlah, sepatu temanmu rusak karena kamu menyia-nyiakan kebaikannya...' Pak Umar terkenal akan kebijaksanaannya, beliau digelari 'Pembina Sejati' oleh teman saya di Bandung yang pernah merasakan sentuhannya pula. Saya beruntung pernah menjadi binaanya selama setahun. Waktu yang cukup singkat untuk sebuah pembinaan yang bertajuk Ta'lim Rutin Kader Partai Keadilan Sejahtera. Namun waktu yang singkat itu telah cukup baginya untuk meniup kuncup dalam diri ini sehingga mekar menjadi bunga.

Sepatu tua Hamad terlihat rusak, yang memang sebelumnya sudah lusuh. Ubay menangkap semua itu tanpa terlewat sedikitpun. 'Maafkan aku ya Hamad, ini pakai saja sepatuku, aku punya dua sepatu kok di rumah.'

Begitulah kisah mereka berdua, ibarat sebuah parade ukhuwah mereka begitu mempesona setiap orang yang melihatnya.





sumber : alhikmah.com [3.04.2004]

Lauh Mahfuzh (Kitab Terpelihara)

Lauh Mahfuzh (Kitab Terpelihara)

Sejauh ini, kita telah menyaksikan kesimpulan ilmu pengetahuan tentang alam semesta dan asal-usul mahluk hidup. Kesimpulan ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta dan kehidupan itu sendiri diciptakan dengan menggunakan cetak biru informasi yang telah ada sebelumnya.

Kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan modern ini sungguh sangat bersesuaian dengan fakta tersembunyi yang tercantum dalam Alquran sekitar 14 abad yang lalu. Dalam Alquran, Kitab yang diturunkan kepada manusia sebagai Petunjuk, Allah menyatakan bahwa Lauh Mahfuzh (Kitab yang terpelihara) telah ada sebelum penciptaan jagat raya. Selain itu, Lauh Mahfuzh juga berisi informasi yang menjelaskan seluruh penciptaan dan peristiwa di alam semesta.

Lauh Mahfuzh berarti terpelihara (mahfuzh), jadi segala sesuatu yang tertulis di dalamnya tidak berubah atau rusak. Dalam Alquran, ini disebut sebagai Ummul Kitaab (Induk Kitab), Kitaabun Hafiidz (Kitab Yang Memelihara atau Mencatat), Kitaabun Maknuun (Kitab Yang Terpelihara) atau sebagai Kitab saja. Lauh Mahfuzh juga disebut sebagai Kitaabun Min Qabli (Kitab Ketetapan) karena mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang akan dialami umat manusia.

Dalam banyak ayat, Allah menyatakan tentang sifat-sifat Lauh Mahfuzh. Sifat yang pertama adalah bahwa tidak ada yang tertinggal atau terlupakan dari kitab ini:

Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kcuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Al An’aam, 6:59)

Sebuah ayat menyatakan bahwa seluruh kehidupan di dunia ini tercatat dalam Lauh Mahfuzh:

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al An’aam, 6:38)

Di ayat yang lain, dinyatakan bahwa di bumi ataupun di langit, di keseluruhan alam semesta, semua makhluk dan benda, termasuk benda sebesar zarrah (atom) sekalipun, diketahui oleh Allah dan tercatat dalam Lauh Mahfuzh:

Kami tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya.

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebi besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)

Segala informasi tentang umat manusia ada dalam Lauh Mahfuzh, dan ini meliputi kode genetis dari semua manusia dan nasib mereka:

(Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: Ini adalah suatu yang amat ajaib. Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS. Qaaf, 50:2-4)

Ayat berikut ini menyatakan bahwa kalimat Allah di dalam Lauh Mahfuzh tidak akan ada habisnya, dan hal ini dijelaskan melalui perumpamaan:

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman, 31:27)

Fakta-fakta yang telah kami paparkan dalam tulisan ini membuktikan sekali lagi bahwa berbagai penemuan ilmiah modern menegaskan apa yang diajarkan agama kepada umat manusia. Keyakinan buta kaum materialis yang telah dipaksakan ke dalam ilmu pengetahuan ternyata malah ditolak oleh ilmu pengetahuan itu sendiri.

Sejumlah kesimpulan ilmu pengetahuan modern tentang informasi berperan untuk membuktikan secara obyektif siapakah yang benar dalam perseteruan yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Perselisihan ini telah terjadi antara paham materialis dan agama.

Pemikiran materialis menyatakan bahwa materi tidak memiliki permulaan dan tidak ada sesuatu pun yang ada sebelum materi. Sebaliknya, agama menyatakan bahwa Tuhan ada sebelum keberadaan materi, dan bahwa materi diciptakan dan diatur berdasarkan ilmu Allah yang tak terbatas.

Fakta bahwa kebenaran ini, yang telah diajarkan oleh agama-agama wahyu seperti Yahudi, Nasrani dan Islam sejak permulaan sejarah, telah dibuktikan oleh berbagai penemuan ilmiah, merupakan petunjuk bagi masa berakhirnya atheis yang sebentar lagi tiba. Umat manusia semakin mendekat pada pemahaman bahwa Allah benar-benar ada dan Dialah yang Maha Mengetahui. Hal ini sebagaimana pernyataan Alquran kepada umat manusia dalam ayat berikut:

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (QS. Al Hajj, 22:70)

(1) George C. Williams. The Third Culture: Beyond the Scientific Revolution. (ed. John Brockman). New York, Simon & Schuster, 1995, pp. 42-43
(2) Stephen Meyer, "Why Can't Biological Information Originate Through a Materialistic Process", Unlocking the Mystery of Life, DVD, Produced by Illustra Media, 2002
(3) Phillip Johnson, The Wedge of Truth: Splitting the Foundations of Naturalism , Intervarsity Press, Illinois, 2000, p. 123
(4) Werner Gitt. In the Beginning Was Information. CLV, Bielefeld, Germany, pp. 107, 141
(5) Gerald Schroeder, The Hidden Face of God, Touchstone, New York, 2001, p. xi





republika

Fisika + Kimia = Kenyataan Gaib

Fisika + Kimia = Kenyataan Gaib

Untuk membayangkan bahwa materi memiliki wujud di luar otak adalah tipuan belaka. Penampakan yang kita saksikan sangat mungkin berasal dari sumber tiruan.

Hal ini dapat dipahami dengan contoh berikut. Pertama-tama, marilah kita anggap kita dapat mengeluarkan otak dari tubuh kita dan menjaganya agar tetap hidup dalam sebuah toples kaca. Lalu kita ambil komputer dengan beragam informasi yang dapat direkam di dalamnya. Terakhir, marilah kita masukkan sinyal-sinyal listrik dari semua data yang dapat memunculkan situasi seperti gambar, suara dan rasa ke dalam komputer ini.

Marilah kita hubungkan komputer ini dengan pusat penginderaan dalam otak kita menggunakan kabel elektroda, dan mengirim data yang telah terekam ke otak kita. Di saat otak kita merasakan sinyal-sinyal ini, ia akan melihat dan hidup dalam situasi yang dimunculkan sinyal-sinyal ini.

Dari komputer ini, kita juga dapat mengirim ke otak kita sinyal-sinyal tentang gambaran diri kita. Misalnya, kita dapat mengirim ke otak kita sinyal-sinyal yang berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran dan peraba yang kita rasakan ketika kita duduk di kursi. Dalam keadaan ini, otak kita akan menganggap dirinya sebagai seorang pebisnis yang sedang duduk di kantornya.

Dunia bayangan ini akan berlangsung selama rangsangan terus-menerus datang dari komputer tersebut. Kita tak pernah menyadari bahwa kita hanya terdiri dari otak.

Sungguh sangat mudah kita terkecoh dan mempercayai penampakan, yang tanpa disertai wujud materi, sebagai hal yang nyata. Inilah yang sebenarnya terjadi dalam mimpi kita.

Bagi anda, sesuatu yang nyata adalah segala yang dapat disentuh dengan tangan dan dilihat dengan mata. Dalam mimpi, anda dapat pula menyentuh dengan tangan anda dan melihat dengan mata anda, namun pada kenyataannya anda tidak memiliki tangan atau mata, tidak ada pula sesuatupun yang dapat disentuh atau dilihat. Sehingga, ketika mempercayai apa yang anda rasakan dalam mimpi sebagai keberadaan secara materi, anda telah tertipu.

Sebagai contoh, seseorang yang tidur pulas di pembaringannya dapat melihat dirinya berada dalam dunia yang sama sekali berbeda dalam mimpinya. Ia mungkin bermimpi bahwa ia seorang pilot dan menjadi komandan pesawat raksasa, dan ia bekerja sangat serius mengomandani pesawat tersebut. Padahal orang ini tidak beranjak selangkah pun dari tempat tidurnya.

Dalam mimpinya, ia mungkin berada pada sejumlah keadaan yang berbeda dan bertemu kawan, berbicara dengan mereka, makan dan minum bersama. Kendatipun sekedar penampakan yang tidak memiliki wujud materi, pengalaman dalam mimpi ini terasa sama sekali nyata. Hanya ketika bangun dari mimpinya ia kemudian menyadari bahwa semua ini hanyalah penampakan.

Jika kita dapat dengan mudah hidup dalam dunia semu mimpi kita, maka hal yang sama dapat berlaku pada dunia yang kini kita huni.

Ketika kita terbangun dari mimpi, tidak ada alasan logis untuk tidak berpikir bahwa kita telah memasuki mimpi yang lebih panjang yang kita sebut kehidupan nyata. Alasan kita menganggap mimpi kita sebagai khayalan, sedangkan dunia sebagai alam nyata, hanyalah akibat kebiasaan dan prasangka kita.

Ini menunjukkan bahwa mungkin saja terbangun dari kehidupan di bumi yang kita anggap sedang kita jalani saat ini, persis sebagaimana ketika kita terbangun dari mimpi.

Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan yang paling penting. Jika peristiwa di alam materi yang kita ketahui pada hakikatnya adalah sekedar penampakan, bagaimana dengan otak kita? Oleh karena otak kita adalah materi sebagaimana lengan kita, kaki, atau benda lain, ia mestinya juga sekedar penampakan sebagaimana semua benda lainnya.

Contoh lain akan lebih menjelaskan hal ini. Marilah kita anggap bahwa kita memanjangkan syaraf-syaraf yang menuju ke otak kita dan meletakkan otak tersebut di luar kepala kita sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita. Pada keadaan ini, kita akan dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa otak kita juga tidak lebih dari sebuah penampakan yang dibentuk oleh indera penglihatan dan peraba.

Lalu, kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain jika bukan otak? Siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba dan merasakan rasa dan bau? Siapakah wujud ini, yang berpikir, beralasan, memiliki perasaan dan bahkan berkata ''Saya adalah saya''?

Salah seorang pemikir terkemuka abad ini Karl Pribram juga memiliki pertanyaan yang sama:

Sejak jaman Yunani, para filsuf telah memikirkan tentang 'hantu di dalam mesin', 'manusia kecil dalam manusia kecil' dan lain sebagainya. Dimanakah 'saya', seseorang yang menggunakan otaknya? Siapakah dia yang melakukan perbuatan mengetahui? Sebagaimana perkataan Saint Francis dari Assisi: 'Apa yang kita cari adalah sesuatu yang melihat (Ken Wilber, Holographic Paradigm, hal. 37)

Ternyata, wujud gaib yang menggunakan otak, yang melihat dan merasakan ini adalah ruh. Apa yang kita sebut dengan alam materi adalah sekumpulan penampakan yang dilihat dan dirasakan oleh ruh ini. Sebagaimana tubuh yang kita punyai dan alam materi yang kita lihat dalam mimpi tidak memiliki wujud fisik, alam semesta yang kita tempati dan tubuh yang kita miliki saat ini juga tidak memiliki wujud fisik.

Begitulah, kendatipun kita memulai dengan anggapan bahwa materi adalah nyata, hukum-hukum fisika, kimia dan biologi, semuanya menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan; dan pada kenyataan pasti tentang adanya wujud gaib.

Jadi, siapakah yang menjadikan ruh kita melihat tanah, manusia, tumbuhan, tubuh kita dan segala hal lain yang kita lihat? Sangat jelas bahwa ada Pencipta Maha Agung.

Wujud absolut sesungguhnya Allah. Segala sesuatu selain-Nya hanyalah bayangan yang Dia ciptakan. Kenyataan ini dijelaskan oleh ulama besar Islam Imam Rabbani sebagaimana berikut:

Allah 'Materi pembentuk wujud-wujud yang Dia ciptakan ini hanyalah ketiadaan'. Dia menciptakan segalanya di dunia indra dan khayalan. Keberadaan alam semesta adalah di dunia indra dan khayalan, dan ia bukanlah materi. Pada kenyataannya, tiada sesuatu pun di alam luar kecuali Wujud Yang Maha Suci, (Dialah Allah) (Imam Rabbani Hz. Mektuplari (Letters of Rabbani), Vol.II, 357. Letter, p.163)

Di semua empat penjuru jagat raya yang terbentuk oleh beragam penampakan adalah Wujud Allah sebagai wujud nyata satu-satunya. Karenanya, wujud paling dekat kepada manusia adalah Allah. Fakta ini dijelaskan dalam Alqur'an dengan ayat, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (Surah Qaf: 16)

Dimanapun kita berada, Allah bersama kita. Ketika anda membaca tulisan ini, wujud terdekat dengan anda adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu yang anda lihat setiap saat.

Selama Allah menjadikan kita melihat gambar dan merasakan apa yang ada di dunia ini, kita akan terus hidup di dunia ini. Ketika ia menghentikan gambar dan cita rasa tentang dunia ini, lalu menampakkan malaikat maut kepada kita dan memberikan penampakan tentang dimensi yang berbeda, ini berarti kita telah meninggal dunia. Hari Kebangkitan, Penghisaban, Surga, Neraka dan semua kehidupan abadi akan diciptakan dengan cara yang sama untuk kita.





republika

Andunisia, Andalusia, dan Lelaki Muda

Andunisia, Andalusia, dan Lelaki Muda


eramuslim - Cuaca sembab di penghujung petang. Sejak pagi angin bertiup kencang, disertai terbangan debu yang memerihkan mata. Matahari hilang entah ke mana. Aku masih setia duduk menanti trem kota yang membawaku pada tujuan.

Satu jam berlalu, namun trem kota yang menjadi sahabat karibku belum juga muncul. Aku sibuk merapikan syal yang melilit leher rapat-rapat. Dingin semakin membeku. Orang-orang yang senasib denganku hanya beberapa. Mungkin lantaran cuaca muram, orang-orang jadi malas keluar rumah. Kalau bukan hal ihwal mendesak, aku tak keluar pula. Lebih baik berdiam melahap buku-buku atau berselingkup di balik selimut tebal.

Tiba-tiba seorang lelaki muda berusia 30-an mengajak bercakap. Setelah basa-basi sekedarnya, kami terlibat pembicaraan. Aku pikir, di negeri ini basa-basi masih berperan penting. Sehingga, kalau awak tak kuasai barang sedikitpun, tak bakal diperhatikan.

Bukan lantaran aku tertarik pada basa-basinya. Karena bagiku, basa-basi sangat menjemukan. Ia mengisahkan perjalanannya ke negeri-negeri Timur Jauh. Ia mengaku pernah menjenguk Cina, Jepang dan Korea. Banyak hal aku belajar dari mereka. Bangsa-bangsa tadi sangat menghargai waktu dan berdisiplin tinggi. Sehingga satu detik sangat berharga sekali.

Tak seperti trem listrik yang tengah kami nanti. Satu jam lebih berlalu tak terasa. Sedangkan cuaca semakin memburuk. Tak lupa ia menanyakan tentangku. Aku katakan padanya. Ana min Andunisia? Min Jazirah Sumathrah? Biasanya, setiap kukatakan 'Min Sumathrah' selalulah mereka langsung paham. Apalagi dalam pelajaran geografi mereka, jazirah ini pernah disinggung. Apalagi kalau mengingat pengembaraan Ibnu Baitutah yang pernah mencatat kesultanan Islam yang menyerucup di pulau sebesar Inggris tersebut.

Kalau kita menyimak dalam masterpiece 'Rihlah Ibnu Baitutah' antara lain dicatat tentang kesultanan di Aceh. Aku memang belum menamatkan kitab 'Rihlah Ibnu Baitutah' secara tuntas. Cuma, ketika aku menukil selintas, bagaimana sejarawan dan penjelajah Qordova tersebut mencatat setiap hal yang ditemuinya di pulau tersebut. Karena tertawan keindahan pulau itu, ia lantas menyebut "Andalusia fi Syarqiah" (Andalus di Timur). Seorang penjelajah Eropa berkebangsaan Italia, Marcopolo, pernah bertandang ke pulau perca tersebut. Ia juga mencatat setiap peristiwa yang ditemui dan ditulis dalam sebuah buku. Sayangnya, aku belum pernah memiliki bukunya.

Tapi bukan lantaran sejarah yang kami singgung dalam percakapan tadi yang menarik hatiku. "Kadang aku berpikir, aku sudah mendatangi negeri-negeri jauh, namun sekejap pun aku belum pernah mendatangi Baitullah di Mekkah." Aku pikir hanya basa-basinya lagi. Rupanya bukan, dengan penuh keterharuan ia ceritakan harapannya mengunjungi tanah suci tersebut.

"Terus terang aku tidak tahu banyak tentang haji. Kalau kau berbaik hati, di manakah bisa aku dapatkan tentang haji," katanya.

"Kau bisa dapatkan di buku-buku manasik haji, bukankah banyak ulama telah mencucurkan penanya membahas rukun Islam satu ini? Kalau kau tertarik, kau bisa beli karya Syeikh Nashiruddin Albani, Syeikh Abdul Aziz Ibn Baz dan alim-ulama lainnya. Di setiap maktabah, akan kau dapatkan dengan mudah. Insya Allah secara panjang lebar telah dijelaskan alim-ulama itu," ujarku.

"Apakah kau sudah pergi haji?" tanyanya.

"Alhamdulillah, aku sudah menunaikan ibadah haji dua tahun lepas. Tepatnya tahun 2002 lalu."

"Bisa tidak kau kisahkan padaku tentang hajimu? Sungguh, aku sama sekali tak tahu tentang haji. Kalau kau tak keberatan, berceritalah tentang tawaf, hajar aswad, maqam Ibrahim As, Hijr Ismail, Zamzam, sai antara safa-marwah hingga selesai."

Aku pun berkisah tentang ibadah haji panjang lebar. Aku ceritakan semua padanya. Untuk memudahkan bayangannya, aku keluarkan secarik kertas dan pena. Aku terangkan mana posisi Ka'bah, hajar aswad, hijr Ismail, rukun Iraqi, rukun Yamani, maqam Ibrahim dan sebagainya. Ia menyimak dengan tekun.

"Apakah Maqam Ibrahim itu memang benar-benar makamnya?" tanyanya. "Bukan!" ujarku. "Itu hanya bekas telapak kakinya berpijak ketika mendirikan Ka'bah bersama anaknya Ismail a.s. Dulu bekas tapak-tapak dalam bangunan sangat merepotkan bagi jemaah haji yang bertawaf. Seiring pengembangan Masjidil Haram, maka untuk memudahkan jemaah haji yang mau bertawaf, akhirnya jejak-jejak yang membekas dalam batu tersebut diletakkan dalam sekotak kaca beratap yang bisa dilihat dari seluruh penjuru."

Panjang lebar kami membicarakan tentang haji. Tiba-tiba ia bertanya, "Apakah haji membekas padamu?" Aku terdiam beberapa saat, sambil melebarkan daun telinga dan menajamkan pendengaran. "Apa katamu tadi?" tanyaku. "Ya, apakah orang-orang yang sudah menunaikan haji memiliki bekas tersendiri?" tanyanya. Kembali aku terdiam. "Tentang satu ini, maaf, aku tak bisa jawab". Selang sesaat azan maghrib memenuhi langit. "Mohon izin, aku mau ke masjid dulu," kataku.

Habis sholat maghrib, ketika hendak keluar masjid, seorang perempuan muda bertanya padaku, "Di manakah tempat sholat kaum perempuan?" "Di atas sana," kataku, sambil menunjuk pintu masuknya. Hatiku terasa sejuk. Tapi mana lelaki muda, kawan satu tujuanku tadi. Ah, agaknya ia telah pergi bersama trem listrik yang datang saat aku tengah sholat tadi. Sampai akhir pembicaraan tadi, kami tak saling berkenalan. Hanya aku tahu, ia satu tujuan denganku dan kebetulan bertemu di mahattah (halte) yang sama.

Lagi-lagi aku ingat haji. Aku berdoa pada Allah, agar hajiku lalu diterimanya sebagai Hajjan Mabruuran. Agar segala salah silap dosaku diampuni Allah. Biar aku terasa 'dilahirkan' kembali. Agar selanjutnya, hidupku meniti tuntunan-Nya.

Minggu lalu aku baca tulisan guru sastraku yang selalu muncul tiap pekan dengan judul 'Partir' dan 'Sujud' tentang pengalaman hajinya. Tiba-tiba aku ingat lelaki muda tadi. Kawan sepercakapan, namun tak saling kenal.

Besoknya, aku dapat kabar, seorang kawan mudaku tak dapat Paspor dan Visa Hajinya. Sabarlah, Dek!

Ahmad David Kholilurrahman
*Mahasiswa Universitas Al-Azhar-Mesir.

Hakikat Sabar

Hakikat Sabar


republika - Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa suatu hari Nabi SAW menemukan seorang wanita yang sedang menangis di hadapan sebuah kuburan. Beliau bersabda kepadanya, ''Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.'' Wanita tersebut menjawab, ''Pergilah! Jangan ikut campur dalam urusanku, engkau tidak tertimpa seperti apa yang menimpaku.''

Setelah wanita tersebut sadar dan menyesal, ia pergi ke rumah Nabi SAW. Ia menyampaikan penyesalannya dengan berkata, ''Aku tidak mengenalmu.'' Beliau bersabda, ''Hakikat sabar itu akan terlihat pada saat-saat pertama terjadinya malapetaka.''

Dalam kamus-kamus bahasa, kata sabar diartikan sebagai menahan, baik dalam pengertian fisik material, seperti menahan seseorang dalam tahanan, maupun nonfisik (immaterial), seperti menahan diri atau jiwa dalam menghadapi sesuatu yang diinginkannya. Dari akar kata shabara diperoleh sekian bentuk kata dengan arti yang beraneka ragam, antara lain berarti menjamin, pemuka masyarakat yang melindungi kaumnya, gunung yang tegar dan kokoh, awan yang berada di atas yang lain dan melindungi yang di bawahnya, batu-batu yang kokoh, tanah yang gersang, sesuatu yang pahit atau menjadi pahit, dan sebagainya.

Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, pahit, yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Dari sini tidak heran jika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan sabar, sebab di dalamnya terdapat kewajiban ibadah puasa yang esensi pokoknya adalah pengendalian diri hingga berakhir dengan kemenangan.

Seorang yang menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia behenti (putus asa), meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat.

Pengertian sabar yang demikian tersirat dalam sabda Rasulullah SAW. Suatu hari kaum muslimin bertemu dengan musuh dalam suatu peperangan, maka Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu musuh, mohonlah kepada Allah keselamatan, namun jika kalian bertemu musuh maka bersabarlah, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya surga itu di bawah tajamnya pedang.'' (HR. Bukhari-Muslim).

Dengan demikian, sabar tidak identik dengan sikap lemah atau menerima apa adanya, namun sabar merupakan perjuangan yang menggambarkan kekuatan jiwa pelakunya sehingga mampu mengalahkan dan mengendalikan keinginan nafsunya. Bahkan sabar di saat ini menjadi kekuatan moral dalam menghadapi berbagai kejahatan, kezaliman, serta teror yang dilakukan oleh mereka yang tidak ingin kejahatan dan kezalimannya terbongkar. Allah SWT berfirman: ''Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.'' (QS al-Baqarah: 153). [Muhammad Bajuri]