Minggu, 11 Januari 2009

Surat Al Buruuj

Kajian Tafsir Juz 30


Muqoddimah
Surat Al Buruujterdiri atas 22 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Asy-Syams. Dinamai "Al Buruuj" (gugusan bintang) diambil dari perkataan "Al Buruuj" yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

• Pokok-pokok Isi Surat Al-Buruj [1]
1. Sikap dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti seruan para rasul;
2. Bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah;
3. Isyarat dari Allah bahwa orang-orang kafir Mekah akan ditimpa azab sebagaimana kaum Fir'aun dan Tsamud telah ditimpa azab;
4. Jaminan Allah terhadap kemurnian Al Quraan

• Hubungan surat Al-Insyiqaq dengan surat Al-Buruj [1]:
1. Kedua surat ini sama-sama menerangkan janji-janji Allah kepada orang-orang mu'min serta ancaman-anacaman-Nya kepada orang yang mengingkari seruan Rasululah s.a.w.
2. Pada surat Al-Insyiqaaq diterangkan sikap orang-orang musyrik terhadap seruan rasululah s.a.w., sedang surat Al-Buruuj menerangkan sikap orang-orang musyrik dan tindakan-tindakan mereka yang biasa mereka lakukan sejak dahulu terhadap orang-orang yang menerima seruan para rasul

• Keutamaan Surat Al-Buruj [2]
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW dalam shalat Isya’nya acapkali membaca was-samaai zaatil buruuj (al-Buruj) dan was-samaai wath-thaariq (ath-Thariq). (HR. Ahmad)

• Ringkasan Isi Surat
Sayyid Quthb mengatakan [3] bahwa surat yang pendek ini mengetengahkan hakikat akidah, prinsip-prinsip dasar iman, perkara-perkara yang agung, dan memancarkan cahaya kuat di sekelilingnya.
Di belakang nilai-nilai spiritual dan hakikat yang diungkapkan oleh hampir seluruh ayat (kalimat) di dalam teks ini, membukakan jendela-jendela pemandangan ke suatu alam luas yang lingkari hakikat.
Obyek langsung yang dibicarakan surah ini adalah peristiwa orang-orang yang menggali parit (ashhabul ukhdud), yaitu bahwa sekelompok dari orang-orang beriman sebelum Islam (ada yang mengatakan orang-orang Nashrani yang mu’min) melepaskan diri dari musuh-musuh mereka yang kejam dan jahat di mana musuh-musuh ini menghendaki agar mereka menukar kepercayaan (murtad), tetapi mereka enggan dan menentang mereka itu dengan keyakinan yang kuat. Kemudian musuh-musuh jahat dan kejam itu menggali parit-parit untuk mereka, yang di dalamnya dinyalakan api. Kemudian orang-orang mu’min itu dimasukkan kedalamnya hingga mati terbakar.
Maksud dari pemandangan berupa timbunan mayat yang dilakukan orang-orang yang berkuasa itu adalah, supaya dapat disaksikan bagaimana cara mereka membantai sekelompok orang-orang mu’min secara kejam dan keji, dan untuk membayangkan kegembiraan orang-orang zhalim itu menyaksikan penyiksaan yang mereka lakukan, membakar anak cucu Adam yang mu’min, karena orang-orang mu’min tersebut beriman kepada Allah.
Maka surah ini mengaitkan antara langit dan gugusan bintang yang mengagumkan, dan hari yang dijanjikan serta peristiwa-peristiwa hebat di dalamnya, dan gerombolan manusia yang menyaksikan serta peristiwa-peristiwa yang disaksikan di sana, semuanya. Antara peristiwa-peristiwa serta kemarahan langit atas orang-orang kejam itu, terdapat ikatan kuat.
Kemudian surat ini memperlihatkan suatu lintasan pemandangan yang mengerikan, peristiwa keji yang mengiris-iris perasaan, disertai keagungan akidah yang mematahkan tindakan kejam yang dilakukan manusia atas orang-orang mu’min. Allah membinasakan mereka dengan neraka, serta mengalahkan kehidupan mereka itu sendiri. Akhirnya bagaimana akidah mengangkat derajat manusia ke puncak ketinggian.
Selain itu, memberitahukan tentang perbuatan keji serta segala kezhaliman, kejahatan dan kehinaan yang terkandung di dalamnya. Lalu diikuti dengan ketinggian, kebebasan dan kesucian orang-orang mu’min.
Sesudah ini, datanglah secara berturut-turut ayat-ayat pendek yang berisi counter terhadapa persoalan besar yang menyangkut urusan da’wah, dan akidah serta prinsip iman yang murni:
• Isyarat tentang kerajaan Allah di langit dan di bumi, serta penyaksian dan kehadiranNya dalam setiap peristiwa di langit dan bumi
• Isyarat tentang adzab nereka Jahannam dan siksa yang membakar, yang disediakan untuk orang-orang zhalim yang jahat dan hina itu. Kemudian tentang ni’mat syurga sebagai keberuntungan yang besar bagi orang-orang mu’min yang memilih akidah dari pada hidup
• Pemberitahuan tentang adzab Allah yang keras, yang menciptakan manusia dari permulaan dan mengembalikannya lagi
Ini adalah hakikat yang langsung berhubungan dengan kehidupan yang dimusnahkan di dalam peristiwa tersebut, dan di balik peristiwa ini terdapat pancaran yang jauh.
Sesudah itu, disertakan sifat-sifat Allah. Dan setiap sifat itu mengena bagi suatu urusan. Kemudian isyarat cepat mengenai orang-orang zhalim tempo dulu di mana mereka memegang senjata.


Tafsir Ayat 1 – 10 [2]
Demi langit yang mempunyai gugusan bintang (ayat 1): Allah SWT bersumpah dengan menyebut nama langit dan gugusan-gugusannya, yakni bintang-bintangnya yang besar-besar, seperti dalam surat al-Furqon: 61. Al-Buruj artinya:
• Bintang-bintang (Ibnu Abbas, Mujahid, Adh-Dhahhak, Al-Hasan, Catada dan As-Saddi)
• Yang ada penjaganya (Mujahid)
• Gedung-gedung yang terdapat di langit (Yahya bin Rafi’)
• Bentuk yang baik (Al-Minhal bin Amr)
• Manzilah-manzilah matahari dan bulan, yang semuanya ada 12 buruj: matahari menempuh tiap-tiap manzilah itu selama satu bulan, sedangkan bulan berjalan pada masing-masing darinya selama 2/3 hari, yang berarti 28 malam, sedangkan yang 2 malamnya bulan bersembunyi (Ibnu Jarir)
Dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan (ayat 2-3): ada banyak pendapat

PENDAPAT Hari yang dijanjikan Yang menyaksikan Yang disaksikan
Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Khuzaimah Hari kiamat Hari Jum’at Hari Arafah
Imam Ahmad Hari Jum’at Hari kiamat
Imam Ahmad, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, Ibnu Zaid Hari kiamat Hari Jum’at Hari Arafah
Abu Malik al-Asy’ari dan Said bin Musayyab Hari kiamat Hari Jum’at Hari Arafah
Ibnu Abbas, Al-Hasan bin Ali, Al-Hasan Al-Bashri Muhammad SAW (4:41) Hari kiamat (11:103)
Mujahid, Ikrimah, Adh-Dhahhak Anak Adam Hari kiamat
Ikrimah Muhammad SAW Hari Jum’at
Ali Ibnu Thalhah Allah SWT Hari kiamat
Ibnu Abi Hatim Manusia Hari Jum’at
Ibnu Abbas Hari Arafah Hari kiamat
Sufyan Ats-Tsauri Hari Raya Qurban Hari Arafah
Abu Darda Hari Jum’at
Said bin Jubair Allah (48:28) Kita semua
Kebanyakan ulama Hari Jum’at Hari Arafah
Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, ang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, etika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman (ayat 4 – 7). Terkutuklah para pembuat parit itu. Ukhdud bentuk jama’nya akhadid (galian). Hal ini menceritakan perihal suatu kaum yang kafir. Mereka dengan sengaja menangkap orang-orang mu’min yang ada di kalangan mereka; orang-orang mu’min itu lalu mereka paksa untuk murtad dari agama mereka, tetapi orang-orang mu’min itu menolaknya. Oleh karena itu kaum kafir itu membuat suatu galian untuk orang-orang mu’min yang mereka tangkap itu, kemudian mereka nyalakan di dalamnya api yang besar, dan mereka menyediakan kayu bakar yang cukup untuk membuat api itu tetap bergejolak. Setelah itu mereka membawa orang-orang mu’min yang mereka tangkap itu ke dekat galian, lalu ditawarkan kepada mereka untuk murtad, tetapi ternyata orang-orang mu’min itu menolak dan tidak mau menerimannya. Akhirnya orang-orang mu’min itu dilemparkan ke dalam parit yang ada apinya itu. Mereka menyaksikan apa yang dilakukan terhadap orang-orang mu’min itu.
Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji (ayat 8): orang-orang mu’min itu tidak mempunyai salah terhadap mereka kecuali hanya karena iman mereka kepada Allah yang Maha Perkasa yang tidak tersia-sia orang yang berlindung di bawah naunganNya yang sangat kokoh, lagi Dia Maha Terpuji dalam semua perbuatan dan ucapanNya, dan dalam syariat dan takdirNya. Sekalipun Dia telah menakdirkan atas hamba-hambaNya yang beriman itu berada di tangan kekuasaan orang-orang kafir yang memberlakukan mereka seperti apa yang disebutkan di atas, maka Dia tetap Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, walaupun penyebab hal itu tidak diketahui oleh kebanyakan orang.
Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu (ayat 9): termasuk sifat Allah yang sempurna ialah Dia memiliki semua alam langit dan alam bumi berikut apa yang ada di antara keduanya dan juga yang ada di dalamnya. Tiada sesuatu pun yang tidak kelihatan bagiNya di langit dan di bumi, dan tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.
Ada beberapa pendapat tentang tempat terjadinya peristiwa parit api itu:
• Penduduk negeri Persia (Ali)
• Suatu kaum di Yaman (Ali)
• Penduduk negeri Habasyah (Ali)
• Segolongan orang-orang dari Bani Israil (Al-Aufi)
• Mereka adalah Nabi Danial dan para pengikutnya (Adh-Dhahhak dan Ibnu Muzahim)
• Kalangan sebelum Nabi Muhammad dengan seorang raja yang memiliki tukang sihir yang sudah lanjut usia (Ahmad, Muslim, Nasa’i). At-Turmudzi menambahkan: di masa pemerintahan Umar pemuda itu dikeluarkan dari kuburnya, sedangkan telunjuknya berada di pelipisnya seperti sedia kala saat dia terbunuh. At-Turmudzi menambahkan lagi bahwa hadits ini hasan gharib.
• Penduduk negeri Najran pada masa fatrah atau kekosongan kenabian antara Isa as dan Muhammad SAW di mana ada seorang raja yang memiliki tukang sihir yang sudah lanjut usia (Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar)
• Peristiwa di masa fatrah ketika sekelompok orang-orang beriman memisahkan diri dari masyarakat yang rusak, tapi dipaksa oleh raja zhalim untuk kembali murtad (Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Jarir)
• Kisah suatu kaum sesudah zaman Nabi Ismail as (Abu Bakar alias Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia)
Ibnu Katsier melakukan hipótesis: peristiwa ini banyak terjadi di berbagai kawasan, sebagaimana dikatakan oleh
• Ibnu Abi Hatim dari Abdurrahman bin Jubair: peristiwa parit terjadi di negeri Yaman di masa Tubba’, di Konstantinopel di masa Kaisar Konstantinopel, di Irak di daerah Babilonia yang rajanya bernama Bukhtanasar.
• Asbat dari As-Saddi: parit di masa lalu ada tiga: di Irak, Syam, dan Yaman
• Muqatil: peristiwa parit itu ada tiga, di Najran (Yaman), Syam, dan Persia. Pelakunya Yusuf alias di Zu Nuwas (Yaman), Antonius (Syam) dan Bukhtanasar (Persia).
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar (ayat 10): mereka adalah orang yang membakar mereka yang tidak mau menghentikan perbuatannya yang sewenang-wenang itu dan tidak menyesali apa yang telah mereka lakukan, maka mereka akan dimasukkan ke neraka Jahannam. Demikian itu karena pembalasan disesuaikan dengan jenis perbuatannya. Al-Hasan Al-Bashri mengatakan: “Perhatikanlah olehmu kemuliaan dan kemurahan ini, mereka telah membunuh kekasih-kekasihNya. Walaupun demikian, Dia menyeru mereka untuk bertobat dan meraih ampunanNya.”

Tafsir Ayat 11 – 22 [2]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar (ayat 11): berbeda dengan apa yang disediakanNya bagi musuh-musuhNya, yaitu api yang membakar dan neraka Jahim, orang-orang beriman memperoleh sorga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang besar.
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras (ayat 12): sesungguhnya adzab dan pembalasan Allah terhadap musuh-musuhNya yang telah mendustakan rasul-rasulNya dan menentang perintah-perintahNya benar-benar keras, besar, lagi kyat. Karena sesungguhnya Allah SWT memiliki kekuatan yang Mahakokoh, yang segala sesuatu yang dikehendakiNya pasti terjadi menurut apa yang dikehendakiNya dalam sekejap atau lebih cepat dari itu. Untuk itulah maka disebutkan dalam ayat 13: Sesungguhnya Dia-lah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). Bahwa kekuatan dan kekuasaanNya yang sempurna dapat menciptakan makhluk dan menghidupkannya kembali seperti semula, tanpa ada yang dapat menghalang-halangi atau mencegahNya.
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih (ayat 14): Dia memberi ampunan dosa orang yang bertobat kepadaNya dan tunduk patuh padaNya betapapun besarnya dosa yang bersangkutan.
Yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia (ayat 15): yang memiliki ‘Arsy yang besar lagi tinggi di atas semua makhluk. Lafazh “al-majiid” ada dua qiraat:
• Al-majuud (dirafa’kan) karena menganggapnya menjadi sifat Allah
• Al-majiid (dijarrkan) karena menganggapnya menjadi sifat ‘arsy
Keduanya dibenarkan.
Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya (ayat 16): apapun yang hendak dilakukanNya tiada hambatan bagi keputusanNya, dan tiada yang menanyakan apa yang dikerjakanNya. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra ketika dikatakan kepadanya saat ia menjelang ajalnya, “Apakah tabib telah memeriksanmu?” Abu Bakar menjawab, “Ya.” Mereka bertanya, “Apakah yang dikatakannya?” Abu Bakar menjawab, “Dia berkata kepadaku, ‘Sesungguhnya Aku Mahakuasa berbuat apa yang Aku kehendaki’.”
Sudahkah datang kepadamu berita kaum-kaum penentang, (yaitu kaum) Fir'aun dan (kaum) Tsamud? (ayat 17 – 18): apakah pernah kamu dengar pembalasan yang ditimpakan kepada mereka dan adzab yang diturunkanNya kepada mereka tanpa ada seorang pun yang dapat menolaknya dari mereka? Hal ini merupakan penegasan dari makna yang terkandung dalam ayat 12 (sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras). Apabila Dia menghukum orang zhalim, maka Dia menghukumnya dengan hukuman yang keras, sebagaimana layaknya hukuman dari Robb yang Maha Perkasa lagi Mahakuasa. Ketika Nabi SAW melewati seorang wanita yang membaca ayat ini, maka beliau menjawab: “Ya, telah datang kepadaku (نَعَمْ قَدْ جَاءَنِي)” (HR. Ibnu Abi Hatim)
Sesungguhnya orang-orang kafir selalu mendustakan (ayat 19): mereka selalu berada dalam keraguan, kebimbangan, kekufuran, dan keingkaran.
Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka (ayat 20): Dia berkuasa atas mereka lagi mengalahkan, mereka tidak dapat luput dariNya dan tidak dapat melarikan diri dari kekuasaanNya.
Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh (ayat 21 – 22): Al-Qur’an yang agung lagi mulia, yang terpelihara dari segala bentuk pengurangan, penambahan, perubahan, dan penyimpangan. Tentang lauh mahfuzh ada beberapa pendapat:
• Lauh mahfuzh yang disebutkan di atas itu terletak di kening malaikat Israfil (Ibnu Parir dari Anas bin Malik)
• “Tiada sesuatu pun yang telah ditetapkan oleh Allah, baik berupa al-Qur’an, dan yang sebelumnya dan yang sesudahnya melainkan berada di Lauh Mahfuzh. Dan Lauh Mahfuzh ini berada di antara kedua mata Malaikat Israfil, tidak diizinkan baginya melihat kepadanya” (Ibnu Abi Hatim dari Abdurrahman bin Salman)
• Sesungguhnya al-Qur’an yang mulia ini berada di sisi Allah di Lauh Mahfuzh. Dia menurunkan sebagian darinya menurut apa yang dikehendakiNya kepada siapa yang dikehendakiNya dari kalangan makhlukNya (Al-Hasan Al-Bashri)
• Tidak ada ilah kecuali Allah semata, agamaNya Islam, dan Muhammad adalah hamba dan rasulNya. Maka barangsiapa yang beriman kepada Allah dan membenarkan janjiNya serta mengikuti rasul-rasulNya, maka Allah akan memasukkannya kedalam sorga” (Al-Baghawi)
• Lauh adalah lembaran dari mutiara yang putih, panjangnya sama dengan jarak antara bumi dan langit, dan lebarnya sama dengan jarak antara masyriq dan maghrib, sedangkan kedua sisinya dari mutiara dan yaqut, dan sampulnya dari yaqut merah, qalamnya dari cahaya, dan kalamNya telah tertulis di ‘Arsy dan pokoknya berada di pangkuan seorang malaikat (Ibnu Abbas). Pendapat ini didukung oleh sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menciptakan Lauh Mahfuzh dari mutiara yang putih, lembaran-lembarannya dari yaqut merah, dan qalamnya dari nur serta tintanya dari nur pula. Setiap hari Allah memerintahkan kepada Lauh Mahfuzh sebanyak 360 perintah untuk menciptakan, memberi rizki, mematikan, menghidupkan, memuliakan, menghinakan, dan Dia berbuat menurut apa yang dikehendakiNya.” (HR. Thabrani)
• Lauh Mahfuzh berada di sebelah kanan ‘Arsy (Muqatil)



Bojonggede, 25 Agustus 2005
Abdul Wahid Surhim


Rujukan:
1. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI
2. Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al-Imam Abul Fida Ismail, Tafsir Ibnu Kasir Juz 30: An-Naba 1 s.d. An-Nas 6, Halaman 180-204, Sinar Baru Algensindo, Bandung 2004
3. Qutb, Sayyid, Fi Zhilaalil Qur’an Juz Amma – Tafsir Di Bawah Naungan Al-Qur’an, H. Bey Arifin & Jamaluddin Kafie (Penerjemah), 1984, Bina Ilmu, Surabaya
4. Ibnu Katsir, Khalid bin Musthafa Salim Abu Shaleh (Muhaqqiq), Farizal Tirmizi (Penerjemah), Tafsir Juz Amma, Penerbit Buku Islam Rahmatan, Cetakan Keenam, November 2004
5. Ibnu Katsir, Tasfirul Qur’anil Azhim, Juz 4, Maktabah wa Mathba’ah Thaha Putra Semarang


Kemampuan yang Diharapkan
Setelah mengikuti Kajian Tafsir Surat Al-Buruj, peserta diharapkan mampu:
1. Menjelaskan bahasan yang ada pada surat ini.
2. Menjelaskan makna dari kosakata baru yang pada surat ini.
3. Menerangkan secara global makna dari surat ini sambil menjelaskan setiap bahasan yang ada dalam surat ini.
4. Meneybutkan setia rukun qasam yang ada pada surat ini (al-muqsim, al-muqsam bihi dan al-muqsam alaih)
5. Menjelaskan hubungan antara setiap rukun qasam.
6. Menerangkan siapa yang dimaksud dengan as-haabul ukhduud
7. Menjelaskan makna yang dimaksud dari ayat: “qutila ashaabul ukhduud”
8. Menceritakan kisah ashaabul ukhduud dan apa yang mereka lakukan terhadap orang-orang beriman melalui rujukan riwayat yang shahih dari sunnah bukan cerita isarailiyyat atau hadits-hadits yang maudhu’.
9. Menejelaskan hubungan antara kisah ashaabul ukhdud dengan keadaan orang-orang yang beriman di mekkah ketika itu (zaman nabi Muhammad SAW), serta bagaiman seharusnya kita mensikapi kejadian yang berhubungan dengan dakwah kita di setiap zaman.
10. Menjelaskan apa yang dimaksudkan Allah SWT dalam firmannya: ínna batsya robbika lasyadiid, innahu huwa yubdi’u wa yu’iid, wah huwal ghafuuru –waduud, dzul-‘arsyil majiid dan fa’aalun lima yuriid”.
11. Menjelaskan hubungan antara ayat-ayat yang ada pada surat ini dan rangkaian ayat yang terdapat pada surat sejenis.
12. Mengambil pelajaran yang ada pada ayat-ayat di surat ini, baik itu yang berhubungan dengan aqidah, akhlak, sejarah dan nilai-nilai tarbawiyyah.

Tidak ada komentar: