Sabtu, 21 Juni 2008

AMRADHUD DA'WAH

AMRADHUD DA’WAH
Ust. M Ihsan ArliansyahTanjung

Amradhud Da’wah merupakan materi yang membahas tentang penyakit-penyakit dalam da’wah. Amradhud Da’wah terbagi menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Penyakit-penyakit da’wah terkait dengan ma’nawiyah (moral)

Amradhud Da’wah kelompok ini terdiri dari:

a. Munculnya da’wah-da’wah yang bersifat infi’aliyah (reaktif )
Da’wah ini hanya memberikan reaksi karena aksi pihak lain. Da’wah ini adalah da’wah yang tidak menyentuh substansi permasalahan karena ia akan bergarak setelah ada aksi pihak lain yang tidak memiliki program tersendiri.

b. Da’wah yang munculnya Al Wujahiyah (adanya figuritas)
Da’wah ini hanya mengharapkan hadir tidaknya seorang figur dan da’wah seperti ini tidak akan langgeng. Dalam Hadistnya Rasulullah berwasiat ketika haji wada’ “ Telah aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang dengannya kalian tidak akan sesat jika memeganggang teguh keduanya yaitu Al Qur’an dan As Sunnah” , ini berarti Rasulullah mendidik untuk berorientasi kepada program bukan kepada figur. Da’wah seperti ini banyak menimbulkan masalah karena jika figur dalam organisasi da’wah tersebut menghilang maka tercerai belahlah da’wah itu.

c. Da’wah yang bersifat Al ‘itijaziyah
Da’wah ini bersifat bahwa hanya kelompok da’wahnyalah yang terbaik sehingga para anggota kelompok da’wah tersebut merasa ujub (paling hebat) dan mengakibatkan tidak dapat melihat kekurangan atau kelemahan dirinya. Da’wah ini juga menyebabkan anggotanya menjadi ghurur (terlena).

d. Da’wah yang bersifat Al intiqasiyah
Da’wah yang selalu mengecilkan pihak lain sehingga organisasi-organisasi da’wah yang lain tidak dianggap mitra da’wahnya . Penyakit da’wah seperti ini biasanya seiring dengan sifat da’wah Al ‘Itijaziyah.




2. Penyakit-penyakit da’wah yang terkait dengan amaliyah (operasional)

Amradhud da’wah yang terkait dengan amaliyah terdiri dari :

a. Da’wah yang juz’iyah (bersifat lokal)
Da’wah ini hanya bersifat sektoralisme yang seharusnya sumuliyah (segala aspek).

b. Da’wah yang At Ta’lidiyah
Da’wah ini membuat para anggotanya hanya mengikuti sesuatu tanpa memahami. Dalam kelompok da’wah harus dilakukan secara bashiroh (hujjah yang nyata) sebagaimana dalam Qs.12 : 108. Imam Hasan Al Bana menekankan dalam merumuskan pilar-pilar komitmen pada da’wah Islamiyah adanya 10 rukun bai’at pada rukun yang pertamanya dan utama adalah rukun Al Fahmu.

c. Da’wah yang Al Afwaiyah atau Al Irtijaliyah
Da’wah yang tidak mempunyai kejelasan, tidak ada sasaran dan perencanaan sehingga tidak ada yang dapat dievaluasi. Setiap anggota da’wah harus mempunyai wawasan kedepan sesuai dengan Qs. 59 : 18.

d. Da’wah yang At Tarki’iyah
Da’wah yang tambal sulam yang seharusnya da’wah inqilabiyah yaitu menginginkan perubahan yang total. Ungkapan Sayyid Qutb “Bagaiman mungkin dunia yang sekarang tengelam dalam kejahiliyahan kemudian sekali-sekali meminta Islam memberikan solusi kepada permasalahannya. Semestinya Jalankan dahulu Islam secara menyeluruh baru menanyakan masih adakah masalah yang dapat diselesaikan oleh Islam”. Da’wah ini harus menjelaskan kepada seluruh manusia ketika jalan hidup yang ditempuh bukan jalan Allah sesungguhnya jalan tersebut adalah jalan yang bathil yang harus ingkari. Dan mengajak umat manusia khususnya umat Islam kepada Islam yang menyeluruh.

Sebagai solusi terhadap penyakit-penyakit da’wah baik dalam ma’nawiyah atau amaliyah adalah dengan jalan membentuk Hizbullah yaitu suatu tandzim (organisasi) dimana seluruh umat Islam masuk kedalam tandzim tersebut. Dizaman yang tidak tegak khilafah Islam sekatrang ini maka tidak dapat mengharapkan tandzim yang dapat menghimpun seluruh umat Islam. Sejak runtuhnya khilafah Islam terakhir yaitu Daulah Usmani di Turki pada tahun 1924 Sekarang ini munculnya Jama’atul-Jama’atul minal Muslimin, seperti berdirinya Ikhwanul Muslimin di Mesir dengan pendirinya Imam Hasan Al Bana, Hizbut Tahrir di Yordania, Jama’ah Tabligh di Pakistan, Salaffi di Saudi Arabiyah dll. Ini merupakan usaha untuk memberikan suatu penawaran kepada umat Islam pentingnya ada hizbullah untuk menghimpun umat Islam yang penataannya mendunia yang sifatnya tunggal dengan kepemimpinan yang mempersatukan umat Islam yang disebut jama’atul Muslimin.Sekarang ini belum ada Jama’ah Muslimin tetapi sudah terbentuk jama’ah minal Muslimin dan diharapkan jama’ah-jama’ah minal Muslimin saling fastabikul khairat dan saling bekerja sama.

Pertanyaan:
1. Bagaimana solusi mencari figuritas dizaman sekarang ini yang dapat dijadikan tauladan selain Rasullah?
2. Bagaimana merasa kalau kelemahan umat Islam karena dirinya?

Jawaban :
1. Pada Qs. 33 : 21 menjelaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang terbaik, ini berarti hanya Rasulullah yang patut dijadikan tauladan yang tidak mempunyai sisi kelemahan sedangkan dizaman sekarang ini jika ditemukan figur yang dijadikan tauladan pasti akan ditemukan ketidak sempurnaan. Sekarang ini tidak dapat diharapkan individual leader tetapi yang harus ada adalah kolektif leadership yang terdiri dari beberapa sosok yang saling mengisi. Seperti yang dikatakan oleh Imam Hasan Al Bana Sesungguhnya sebaik-baiknya Qiyadah (pemimpin) adalah jika dalam hal istifadah ilmiah (pemanfaatan keilmuannya) dia seorang ustad, dalam hal ribatil qulb (keterikatan hatinya) dia seorang ayah, dalam hal tarbiyah ruhiyah dia seorang syekh dan dalam hal siasia da’wah dia seorang panglima.
2. Sikap seperti itu baik karena jangan dibiasakan ketika terdapat permalahan mencari kambing hitam tetapi sebaiknya nmenyalahkan lebih dahulu. Tetapi ada sisi kelemahannya kalau sikap ini terlalu dominan akan menyebabkan rendah diri sampai akhirnya tidak akan melakukan da’wah lagi. Sikap ini akan terpuji jika memacunya untuk memaksimalkan kerjanya dengan keterbatasan dirinya.

Pertanyaan :
Apa tanggapan ustad dengan masyarakat sekarang ini yang tidak dapat membedakan antara budaya hidup modern dan western sedang mereka banyak terperangkap dengan pengaruh buruk dari budaya western?

Jawaban :
Hal ini banyak terjadi pada kaum muslimin khususnya bagi mereka yang sempat merasakan pendidikan di barat (luar negeri) dan sebelum pergi ke barat mereka belum mempunyai kepribadian Islam yang matang sehingga belum kebal terhadap budaya hidup di barat, terlebih lagi terleena dan terpesona dengan kemajuan di negeri barat dan bahayanya lagi setelah pulang menganggap Islam tidak dapat memberi kontribusi apa-apa. Muslim harus bersikap seperti yang disabdakan Rasulullah “ Hikmah adalah barang mutiara milik muslim” jadi dimanapun ditemukan seorang muslimlah yang paling berhak memanfaatkannya.

Pertanyaan:
Darimana umat Islam memulai untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya?
Jawaban:
Dari munculnya Hizbullah dari suatu barisan umat Islam yang telah dihasilkan dari proses kaderisasi yang kader-kadernya mempunyai beragam potensi dan kafaah (keahlian) masing-masing dan merekan diberikan peluang seluas-luasnya untuk mengekspresikannya sehingga akan muncul proses proyeksi, promosi dan nominasi kepemimpinan yang akan datang. Dan proses itulah yang dilakukan Rasulullah saw ketika mulai menggagaskan penataan barisan umat Islam sejak di Mekkah. Kongkrotnya dilakukan dengan small islamic inpirement harus membentuk kelompok-kelompok kecil, lingkungan pergaulan kaum muslimin yang berada didalam suatu proses kaderisasi tarbiyah yang dibimbing oleh seorang murabbi (pembina) yang mengoptimalkan potensi dan kafaah binaannya.

Pertanyaan :
Apakah ada cara terbaik untuk menyelesaikan permasalahan umat Islam secara keseluruhan?
Jawaban :
Gerakan da’wah menjadi inti perubahan umat maka aktivis da’wah harus memperbaiki diri sendiri dahulu baru da’wah kepada orang lain. Sekarang ini proyek Islam yang harus ditekankan pada kegiatan da’wah dan tarbiyah. Da’wah dalam konteks yang umum mengajak orang yang tidak faham Islam untuk mengenali Islam sedangkan tarbiyah untuk mengajak orang yang sudah kenal Islam agar berubah menjadi kader-kader inti dalam da’wah.

ALAM KUBUR

ALAM KUBUR


Tahapan-tahapan Kehidupan
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari [1] tanah (at-turab) dan ruh. Allah SWT membekalinya dengan hati, akal dan jasad, sehingga manusia memiliki tekad (al-‘azmu), ilmu dan amal. Dengan berbekal ketiganya manusia diberi amanah oleh Allah SWT, sebuah amanah yang makhluk-makhluk lain yang besar-besar, jauh lebih besar dari manusia, seperti langit, bumi dan gunung-gunung, menolak untuk menerimanya (33:72). Amanah yang diterima manusia berupa ibadah (51:56) yang merupakan tujuan penciptaannya dan khilafah (2:30) yang merupakan fungsi manusia di dunia. Kedua amanah ini kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir.
Sesungguhnya manusia hidup bukan hanya di dunia saja, tetapi telah menjalani kehidupan lain sebelum ke dunia dan akan menjalani kehidupan lainnya lagi setelah di dunia. Itulah tahapan-tahapan kehidupan manusia. Allah SWT berfirman:
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (1), lalu Allah menghidupkan kamu (2), kemudian kamu dimatikan (3) dan dihidupkan-Nya kembali (4), kemudian kepada-Nya-lah kamu.” (2:28).
Secara garis besar penjelasan ayat di atas ditunjukkan oleh Tabel 1.
Tabel 1 Mengapa kamu kafir kepada Allah??
No Potongan Ayat Keterangan
1 padahal kamu tadinya mati Mati
2 lalu Allah menghidupkan kamu Hidup
3 kemudian kamu dimatikan Mati
4 dan dihidupkan-Nya kembali Hidup
5 kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan Dikembalikan
Secara lebih rinci, seluruh tahapan kehidupan yang telah dan akan dialami manusia ditunjukkan oleh Tabel 2. Seluruh manusia akan mengalami 14 (empatbelas) alam, dari alam ruh hingga surga/neraka. 11 alam di antaranya adalah alam setelah manusia mati. Sungguh perjalanan yang sangat panjang menuju surga/neraka.



Tabel 2 Seluruh tahapan kehidupan manusia
AYAT ALAM ANTARA ALAM UTAMA
padahal
kamu tadinya mati 1) Alam Kesatu : ALAM ROH /ALAM ARWAH
yakni alam Awal manusia diciptakan dan tidak ada satupun manusia mengetahuinya karena bagi Allah SWT tidak ada batas Ruang / Waktu dan Tempat
lalu Allah menghidupkan kamu 2) Alam Kedua : ALAM RAHIM
yakni alam dimana manusia tercipta melalui suatu proses pembenihan di dalam Rahim/ kandungan yang lamanya sudah ditentukan 9 bulan 3) Alam Ketiga : ALAM DUNIA
yakni alam ujian sebagaimana yang kita sedang alami bersama sekarang ini.
kemudian kamu dimatikan 4) Alam Keempat : ALAM SAKARATUL MAUT
yakni alam pada saat roh manusia dicabut oleh Allah swt yakni alam antara Dunia menuju alam kubur 5) Alam Kelima : ALAM KUBUR atau ALAM BARZAH,
yakni alam di mana manusia akan memperolah Siksa atau Nikmat kubur tergantung perbuatannya selama hidupnya di dunia sambil menunggu datangnya hari kiamat. Dan bagi yang memperoleh nikmat kubur, mereka para ahlul kubur seperti tidur saja layaknya
dan dihidupkan-Nya kembali 6) Alam Keenam : KIAMAT atau disebut AKHIR ZAMAN atau Yaumul Qiyamah yakni alam dimana Allah swt memusnahkan Bumi - mahluk hidup beserta seluruh isinya Lihat Situs kiamat
7) Alam Ketujuh: KEBANGKITAN 8) Alam Kedelapan : ALAM MASYHAR yakni alam dimana Manusia dibangkitkan kembali dari Alam Kubur oleh Allah swt serta berkumpul di Padang Masyhar dan masing masing manusia tidak mengenal satu sama lainnya
kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan 9) Alam Kesembilan: BALASAN
10) Alam Kesepuluh: DIHADAPKAN KEPADA ALLAH DAN PERHITUNGAN
11) Alam Kesebelas: KOLAM
12) Alam Keduabelas: TIMBANGAN
13) Alam Ketigabelas: JALAN 14) Alam Kesembilan : SORGA DAN NERAKA
a) ALAM SORGA: alam kenikmatan bagi manusia yang selamat setelah dihisab oleh Allah SWT
b) ALAM NERAKA: alam kesengsaraan/siksaan bagi manusia yang tidak selamat setelah dihisab oleh Allah SWT

Alam Kubur (Al-Barzakh)
Alam kubur disebut juga alam barzakh (dinding), karena kubur adalah dinding yang memisahkan antara dunia dan akhirat. Di dalam al-Qur’an kata ”barzakh” disebut di tiga ayat, yaitu 23:100, 25:53 dan 55:20. Barzakh yang bermakna kubur terdapat pada surat 23:100. Allah SWT berfirman, ”Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Sedangkan surat 25:53 dan 55:20 berkaitan dengan dinding pemisah antara dua lautan.
Allah SWT banyak menyebutkan tentang kubur di dalam al-Qur’an baik secara eksplisit maupun implisit, begitu pula Rasulullah SAW di dalam haditsnya yang mulia. Firman Allah SWT tentang alam kubur:
”dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (22:7).
”dan tidak sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (35:22)
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.” (60:13)
”pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala.” (70:43)
”kemudian Dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur.” (80:21)
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur.” (100:9)
”sampai kamu masuk ke dalam kubur.” (102:2)
”yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (17:52)
”Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (9:84)
”Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (23:16)
”Berkatalah orang-orang yang kafir:"Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; apakah sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)?” (27:67)
”Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (43:11)
Rasulullah SAW bersabda: ”Apabila seseorang dari kamu berada dalam keadaan tasyahhud, maka hendaklah dia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara dengan berdoa: yang bermaksud: Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon perlindungan kepadaMu dari siksaan Neraka Jahannam, dari siksa Kubur, dari fitnah semasa hidup dan selepas mati serta dari kejahatan fitnah Dajjal.”
Dalam Lu’lu’ wal Marjan hadits no. 1822 – 1826 [4] disebutkan sabda Nabi SAW:
”Sesungguhnya seorang jika mati, diperlihatkan kepadanya tempatnya tiap pagi dan sore. Jika ahli sorga, maka diperlihatkan sorga, dan bila ia ahli nereka (maka diperlihatkan neraka). Maka diberitahu: Itulah tempatmu kelak jika Allah membangkitkanmu di hari kiamat.” (HR. Bukhori dan Muslim)
”Nabi SAW keluar ketika matahari hampir terbenam, lalu beliau mendengar suara, maka bersabda: Orang Yahudi sedang disiksa dalam kuburnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
”Sesungguhnya seorang hamba jika diletakkan dalam kuburnya dan ditinggal oleh kawan-kawannya, maka didatangi dua malaikat, lalu mendudukannya keduanya dan menanyakan: Apakah pendapatmu terhadap orang itu (Muhammad SAW)? Adapun orang beriman maka menjawab, ’Aku bersaksi bahwa dia hamba Allah dan utusanNya.’ Lalu diberitahu: Lihatlah tempatmu di api neraka, Allah telah mengganti untukmu tempat di sorga, lalu dapat melihat keduanya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
”Seorang mu’min jika didudukkan dalam kuburnya, didatangi dua malaikat, kemudian dia mengucapkan, ’Asyhadu an laa ilaaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah’ maka itulah arti firman Allah, ’Allah akan menetapkan orang yang beriman dengan kalimat yang kokoh (14:27)’.” (HR. Bukhori dan Muslim)
”Ketika selesai Perang Badr, Nabi SAW menyuruh supaya melemparkan dua puluh empat tokoh Quraisy dalam satu sumur di Badr yang sudah rusak. Dan biasanya Nabi SAW jika menang pada suatu kaum maka tinggal di lapangan selama tiga hari, dan pada hari ketiga seusai Perang Badr itu, Nabi SAW menyuruh mempersiapkan kendaraannya, dan ketika sudah selesai beliau berjalan dan diikuti oleh sahabatnya, yang mengira Nabi akan berhajat. Tiba-tiba beliau berdiri di tepi sumur lalu memanggil nama-nama tokoh-tokoh Quraisy itu: Ya Fulan bin Fulan, ya Fulan bin Fulan, apakah kalian suka sekiranya kalian taat kepada Allah dan Rasulullah, sebab kami telah merasakan apa yang dijanjikan Tuhan kami itu benar, apakah kalian juga merasakan apa yang dijanjikan Tuhanmu itu benar? Maka Nabi ditegur oleh Umar: Ya Rasulallah, mengapakah engkau bicara dengan jasad yang tidak bernyawa? Jawab Nabi: Demi Allah yang jiwaku di TanganNya, kalian tidak lebih mendengar terhadap suaraku ini dari mereka.” (HR. Bukhori dan Muslim)

KISAH NABI NUH A.S

Nabi Nuh adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.


Dakwah Nabi Nuh Kepada Kaumnya

Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah" masa kekosongan di antara dua rasul di mana biasanya manusia secara beransur-ansur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang meninggalkan mereka dan kembali bersyirik meninggalkan amal kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di bawah pimpinan Iblis.
Demikianlah maka kaum Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala ialah patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya sebagai tuhan-tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak segala kesengsaraan dan kemalangan.berhala-berhala yang dipertuhankan dan menurut kepercayaan mereka mempunyai kekuatan dan kekuasaan ghaib ke atas manusia itu diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan selera kebodohan mereka.Kadang-kadang mereka namakan berhala mereka " Wadd " dan " Suwa " kadangkala " Yaguts " dan bila sudah bosan digantinya dengan nama " Yatuq " dan " Nasr ".

Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik dan penyembahan berhala dan kembali kepada tauhid menyembah Allah Tuhan sekalian alam melakukan ajaran-ajaran agama yang diwahyukan kepadanya serta meninggalkan kemungkaran dan kemaksiatan yang diajarkan oleh Syaitan dan Iblis.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang diciptakan oleh Allah berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang-bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekayaan yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya keesaan Tuhan yang harus disembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri.Di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada gajaran yang akan diterima oleh manusia atas segala amalannya di dunia iaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.

Nabi Nuh yang dikurniakan Allah dengan sifat-sifat yang patut dimiliki oleh seorang nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang dikemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.

Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tanaganya berdakwah kepda kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecekapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang mahupun malam dengan cara berbisik-bisik atau cara terang dan terbuka terbyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dpt menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tingi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari dakwahnya dan sesekali tidak merelakan melepas agamanya dan kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan mengagalkan usaha dakwah Nabi nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:"Bukankah engkau hanya seorang daripada kami dan tidak berbeda drp kami sebagai manusia biasa. Jikalau betul Allah akan mengutuskan seorang rasul yang membawa perintah-Nya, nescaya Ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan manusia biasa seperti engkau hanya dpt diikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya dakwah dan ajakanmu itu. Cuba agama yang engkau bawa dan ajaran -ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu. kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang dipandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudak kami menerima ajakanmu dan dakwahmu.Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soaL-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup.kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui drpmu tentang hal itu semua.nya.Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahawa engkau adalh pendusta belaka."

Nuh berkata, menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:"Adakah engkau mengira bahwa aku dpt memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang-orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran dakwahku dan tetap mempertahakan pendirianmu yang tersesat yang diilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.Aku hanya seorang manusia yang mendpt amanat dan diberi tugas oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu. Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allah yang diutuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allah untuk menentukan hukuman-Nya dan gajaran-Nya keatas diri kamu. Aku hanya pesuruh dan rasul-Nya yang diperintahkan untuk menyampaikan amanat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azab dan seksaan-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.Dialah pula yang berkuasa menurunkan seksa danazab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian. Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, maha pengasih dan Maha Penyayang.".

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:"Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamaba-hamba sahaya itu. Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dpt bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. Dan bagaimana kami dpt menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa."

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:"Risalah dan agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya mahupun miskin, majikan ataupun buruh ,diantara peguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama trehadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dpt ku harapkan akan meneruskan dakwahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan drpku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. Dan bagaimanakah aku dpt mempertanggungjawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahawa aku telah membalas kesetiaan dan ketaatan mereka dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dpt diterima oleh akal dan fikiran yang sihat. Sesungguhnay kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata-kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:"Wahai Nabi Nuh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu."

Nabi Nuh Berputus Asa Dari Kaumnya

Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berdakwah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninmggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allah Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama yang diwahyukan oleh Allah kepadanya, mangangkat darjat manusia yang tertindas dan lemah ke tingak yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat-sifat sombong dan bongkak yang melekat pd para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong diantara sesama manusia. Akan tetapi dalam waktu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan an menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya beriman, bertauhid dan beribadat kepada Allah kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghinaan, ejekan dan cercaan makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan dtg masanya di mana kaumnya akan sedar diri dan dtg mengakui kebenarannya dan kebenaran dakwahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesedaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahawa sinar iman dan takwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis. Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya tidak akan seorang drp kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka jgnlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan."
Dengan penegasan firman Allah itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya. Ia memohon kepada Allah agar menurunkan Azab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:"Ya Allah! Jgnlah Engkau biarkan seorang pun drp orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini. Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir spt.mereka."

Doa Nabi Nuh dikalbulkan oleh Allah dan permohonannya diluluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allah dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh Membuat Kapal

Setelah menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bhn yang diperlukan untuk maksud tersebut, kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembinaan kapal yang diperintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya, agar dpt bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan pembinaan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemuhan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu. Mereka mengejek dan mengolok-olk dengan mengatakan:"Wahai Nuh! Sejak bila engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?Bukankah engkau seorang nabi dan rasul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk ditarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang ankan menarik kapalmu ke laut?"Dan lain-lain kata ejekan yang diterima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:"Baiklah tunggu saja saatnya nanti, jika kamu sekrg mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bg kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.Tunggulah saatnya azab dan hukuman Allah menimpa atas diri kamu."

Setelah selesai pekerjaan pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah:"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda drp-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah mahupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Dengan iringan"Bismillah majraha wa mursaha"belayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut. Di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamat diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama "Kan'aan" timbul tenggelam dipermainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allah itu. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang.

Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu. Bertaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allah agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allah." Kan'aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:"Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan dijangkau oleh air bah ini."

Nuh menjawab:"Percayalah bahawa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini. Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allah yang telah ditimpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi rahmat dan keampunan-Nya."
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.

Nabi Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan kafir tidak beriman dan belum mengenal Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allah:"Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bahagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalha janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa."Kepadanya Allah berfirman:"Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir drp kaummu.Coretlah namanya dari daftar keluargamu.Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dpt engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya danterjamin keselamatan jiwanya.Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu, mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh."

Nabi Nuh sedar segera setelah menerima teguran dari Allah bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allah terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri. Ia sedar bahawa ia tersesat pd saat ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang didorong oleh perasaan naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan taat kepada Allah harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda. Ia sangat sesalkan kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah memohon ampun dan maghfirahnya dengan berseru:"Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari godaan syaitan yang terlaknat, ampunilah kelalaian dan kealpaanku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya. Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfirah serta menurunkan rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi."

Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zalim sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit " Judie " dengan iringan perintah Allah kepada Nabi Nuh:"Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para mukmin yang menyertaimu dengan selamat dilimpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi umat yang menyertaimu."

Kisah Nabi Nuh Dalam Al-Quran

Al-Quran menceritakan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah "Hud" ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta keadaan banjir yang menimpa di atas mereka.

Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh A.S.

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin karena ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al-Quran yang bermaksud:"Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara." Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w.yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri."Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."

NABI IDRIS A.S

Tidak banyak keterangan yang didpti tentang kisah Nabi Idris di dalam Al-Quran mahupun dalam kitab-kitab Tafsir dan kitab-kitab sejarah nabi-nabi.Di dalam Al-Quran hanya terdpt dua ayat tentang Nabi Idris iaitu dalam surah Maryam ayat 56 dan 57:
"Dan ceritakanlah { hai Muhammad kepada mereka , kisah } Idris yang terdpt tersebut di dalam Al-Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sgt membenarkan dan seorang nabi. 57 - Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi." { Maryam : 56 - 57 }

Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam putera dari Yarid bin Mihla'iel bin Qinan bin Anusy bin Syith bin Adam A.S. dan adalah keturunan pertama yang dikurniai kenabian menjadi Nabi setelah Adam dan Syith.
Nabi Idris menurut sementara riwayat bermukim di Mesir di mana ia berdakwah untuk agama Allah mengajarkan tauhid dan beribadat menyembah Allah serta membeeri beberapa pendoman hidup bagi pengikut-pengikutnya agar menyelamat diri darii seksaan di akhirat dan kehancuran serta kebinasaan di dunia. Ia hidup sampai usia 82 tahun.

Diantara beberapa nasihat dan kata-kata mutiaranya ialah : ~
1 . Kesabaran yang disertai iman kepada Allah membawa kemenangan.
2 . Orang yang bahagia ialah orang yang berwaspada dan mengharapkan syafaat dari Tuhannya dengan amal-amal solehnya.
3 . Bila kamu memohon sesuatu kepada Allah dan berdoa maka ikhlaskanlah niatmu demikian pula puasa dan solatmu.
4 . Janganlah bersumpah dalam keadaan kamu berdusta dan janganlah menuntup sumpah dari orang yang berdusta agar kamu tidak menyekutui mereka dalam dosa.

5 . Taatlah kepada raja-rajamu dan tunduklah kepada pembesar-pembesarmu serta penuhilah selalu mulut-mulutmu dengan ucapan syukur dan puji kepada Allah.
6 . Janganlah iri hati kepada orang-orang yang baik nasibnya, karena mereka tidak akan banyak dan lama menikmati kebaikan nasibnya.
7 . Barang siapa melampaui kesederhanaan tidak sesuatu pun akan memuaskannya.
8 . Tanpa membagi-bagikan nikmat yang diperolehnya seorang tidak dpt bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diperolehinya itu.

Dalam hubungan dengan firman Allah bahawa Nabi Idris diangkat kemartabat tinggi Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya meriwayatkan bahawa Nabi Idris wafat tatkala berada di langit keempat dibawa oleh seorang Malaikat Wallahu a'alam bissawab.

KISAH NABI ADAM AS

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.

Kekhuatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

.

Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."
Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."


Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:
"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."

Adam Menghuni Syurga.

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."

Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran.

Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25


Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.

Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf.Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.

Kamis, 19 Juni 2008

BAHAYA LIDAH

BAHAYA LIDAH

Pendahuluan
Lidah memiliki urgensi yang tinggi, karena lidah dapat membawa seseorang ke surga Allah bila digunakan untuk taat kepada-Nya. Sebaliknya lidah dapat menjerumuskan seseorang ke dalam neraka jika digunakan untuk maksiat kepada Allah.
Sahl bin Sa’id berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Siapa yang menjamin untukka apa yang ada diantara dua jenggutnya dan dua kakinya maka aku menjamin untuknya surga.” (HR Bukhari).
DariBarro’ bin ‘Azib, ia berkata, seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah saw seraya berkata, “Tunjukkanlah kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkan diriku ke dalam surga.”
Nabi saw bersabda, “Berilah makan orang yang lapar, berilah minum orang yang haus, perintahkan yang ma’ruf dan cegahlah yang munkar. Jika kamu tidak sanggup maka tahanlah lidahmu kecuali dari kebaikan.” (HR Ibnu Abid Dunya dengan sanad jayyid).
Allah swt berfirman, “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat yang ma’ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (An-Nisa’ :114).
Sesungguhnya perkataan terbagi dalam empat bagian, perkataan yang berbahaya sepenuhnya, perkataan yang mengnadung manfaat dan bahaya (kedua perkataan ini harus ditinggalkan), dan perkataan yang tidak mengandung bahaya dan tidak mengandung manfaat (menyibukkan diri dengannya berarti menyia-nyiakan waktu dan berakibat beratnya hisab), serta perkataan yang bermanfaat sepenuhnya.
Berikut ini adalah penyakit-penyakit lidah yang harus dihindari:
1. Pembicaraan yang tidak berguna
Berbicara sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak diperlukan meskipun tidak berdosa (mubah) akan berakibat beratnya hisab di hari kiamat kelak. Karena menyibukkan diri dengan pembicaraan semacam itu berarti menyia-nyiakan waktu, dan telah menggantikan ucapan-ucapan yang baik dengan ucapan yang lebih rendah. Rasulullah saw bersabda,
“Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” (HR Ibnu Majah dan Turmudzi).

2. Melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil
Yaitu berbicara tentang berbagai kemaksiatan, seperti memceritakan ihwal perempuan, kesenangan orang fasik dan lain sebagainya. Nabi bersabda,
“Orang yang paling besar dosanya pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak melibatkan diri dalam pembicaraan yang batil.” (HR Ibnu Abid Dunya secara mursal dan para perawinya terpercaya). Ibnu Sirrin berkata, seorang Anshar melewati suatu majlis, lalu berkata kepada majlis tersebut, “Berwudhulah kalian, karena sebagian yang kalian ucapkan lebih buruk dari hadats.”
3. Perbantahan dan perdebatan
Nabi saw bersabda,
“Janganlah kamu mendebat saudaramu, dan janganlah kamu bersenda gurau dan janganlah kamu membuat janji dengannya lalu tidak kamu tepati.” (HR Turmudzi).
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah menunjuki mereka kecuali karena mereka melakukan perdebatan.” (HR Turmudzi)
Motivasi yang menggerakkan penyakit ini adalah rasa superioritas dengan menampakkan keunggulan diri disertai serangan terhadap orang lain dengan merendahkannya dan menampakkan kelemahannya.
4. Memaksakan bersajak dan membuat-buat kefasikan dan mengatakan dengan membuat perumpamaan di luar batas kewajaran.
Semua itu termasuk perkataan yang tercela karena menyebabkan bertele-telenya pembicaraan, bahkan menimbulkan kesalahfahaman.
Nabi bersabda,
“Akan datang suatu masa kepada manusia, mereka mengunyah pembicaraan dengan lidah seperti sapi mengunyah makanan dengan lidahnya.” (HR Ahmad).
5. Berkata keji, jorok dan cacian.
Ia tercela dan dilarang karena menjadi sumber keburukan dan kehinaan, Nabi bersabda,
“Mencaci-maki mukmin adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya adalah kekafiran.” (HR Bukhari Muslim)
“Orang mukmin itu bukanlah orang yang suka melukai, melaknat, berkata keji dan bukan pula orang yang suka berkata kotor.” (HR Turmudzi)
“Kamu harus bertaqwa kepada Allah, jika seseorang mencelamu dengan sesuatu yang diketahuinya ada pada diri maka janganlah kamu membalas mencelanya dengan sesuatu yang ada pada dirinya, niscaya dosanya kembali kepadanya dan pahalanya untuk kamu, dan janganlah kamu mencela sesuatu.” (HR Ahmad dan Thabrani)
6. Melaknati
Baik melaknati binatang, benda mati atau manusia, semua itu adalah tercela. Rasulullah Saw bersabda,
“Orang mukmin itu bukan orang yang suka melaknat.” (HR Turmudzi).
Sifat-sifat yang menyebabkan pelaknatan : kafir, bid’ah dan kefasikan.
Dilihat dari sasarannya maka pelaknatan itu ada 3 tingkatan :
a. Pelaknatan terhadap sikap-sikap yang lebih umum (misal : laknat Allah bagi orang yang kafir) hal ini dibolehkan.
b. Pelaknatan terhadap terhadap sifat yang lebih khusus (misal : laknat Allah kepada orang Yahudi, Nasrani dan para pezina dll), hal ini dibolehkan.
c. Pelaknatan terhadap perorangan (laknat Allah terhadap Zaid), hal ini mengandung “bahaya” kecuali terhadap orang-orang tertentu yang telah nyata dilaknat oleh Allah.
5. Nyanyian dan syair
Perkataan syair yang baik –yang tidak mengandung kata-kata yang dibenci adalah baik, tetapi yang isinya buruk haruslah ditinggalkan. Tetapi berkonsentrasi penuh untuk syair adalah tercela, khususnya untuk jenis syair yang batil. Nabi saw bersabda,
“Bahwasanya bagian dalam salah seorang diantara kalian terisi penuh dengan nanah sampai mamatahkannya, sungguh itu lebih baik daripada ia penuh dengan syair.” (HR Muslim)
6. Senda gurau
Awalnya tercela dan dilarang kecuali dalam kadar yang sedikit. Rasulullah saw bersabda,
“Janganlah berbantah-bantahan dengan saudaramu, dan janganlah bersenda gurau.” (HR Turmudzi)
Senda gurau yang dibolehkan adalah yang isinya tidak menyakiti, tidak dusta dan tidak berlebihan, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi.
7. Ejekan dan cemoohan
Allah berfirman dalam Surat 49 : 11.
Nabi saw bersabda,
“Barangsiapa yang menjelek-jelekkan saudaranya dengan suatu dosa yang ia telah bertaubat darinya, maka orang itu tidak akan mati sebelum melakukan dosa itu.” (HR Turmudzi)
Olok-olokan tersebut haram, jika yang diolok-olak merasa sakit hati. Jika yang diolok-olok merasa senang atau bahkan membuat dirinya menjadi olok-olokan maka hal ini termasuk senda gurau.
8. Menyebarkan rahasia
Nabi bersabda,
“Apabila seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan kemudian berpaling dari isi pembicaraan tersebut adalah amanah.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi)
9. Janji palsu dan berdusta
Anas RA berkata, Rasulullah saw bersabda,
“Sambutlah aku dengan enam hal, niscaya aku akan menyambut kalian dengan surga. Para shahabat bertanya, “Apa saja?”. Nabi bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu berbicara, maka janganlah berdusta, apabila berjanji janganlah mengingkari, apabila dipercaya janganlah berkhianat, tundukkanlah pandangan jangalah kemaluanmu, dan tahanlah tangan kalian.” (HR Al Hakim)
“Sesungguhnya dusta membawa kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan menyeret ia kepada neraka, dan sesungguhnya seseorang berdusta hingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR Bukhari Muslim)
Adapun dusta yang dibolehkan adalah dusta yang terpaksa dilakukan demi tercapainya tujuan yang benar. Sebagaimana sabda Nabi,
“Bukan seorang pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bersengketa) yang kemudian menimbulkan kebaikan atau berkata baik.” (HR Bukhari Muslim)
10. Menggunjing (Ghibah)
Ghibah adalah menyebut saudaranya dengan hal yang tidak disukainya seandainya ia mendengarnya (baik penyebutannya dengan lisan, tertulis, isyarat atau dengan cara “menyemangati” seseorang untuk menggunjing saudaranya).
Nabi saw bersabda,
“Janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.”
Adapun penyebab ghibah antara lain : melampiaskan marah, berbasa-basi kepada kawan, membanggakan diri, dengki, bersenda gurau, ingin cuci tangan dari perbuatan yang dituduhkan kepadanya, merendahkan teman, mendahului menjelek-jelekkan di sisi orang yang disegani.
Beberapa alasan yang memberikan rukhshah dalam ghibah antara lain :
- mengadukan kedzaliman.
- Menjadi sarana untuk mengubah kemunkaran, dan mengembalikan orang bermaksiat ke jalan yang benar.
- Meminta fatwa.
- Memperingatkan orang muslim dari keburukan.
- Jika orang yang disebutkan sudah terkenal cacatnya.
- Jika orang yang disebutkan malakukan kefasikan secara terang-terangan.
Kafarat ghibah :
Orang terlanjur menggunjing harus berbuat dan menyesali perbuatannya serta meminta pembebasan dari orang yang digunjing agar terbebas dari tuntutan balasan kedzalimannya, meskipun dalam hal ini ulama berbeda pendapat (At-Tahrim : 10)
11. Perkataan yang berlidah dua
Yaitu perkataan orang yang bolak-balik antara dua orang berselisih dan kepada masing-masing ia mengatakan apa yang disetujuinya. Nabi bersabda,
“Kalian mendapati di antara hamba Allah yang paling buruk pada hari kiamat adalah orang yang memiliki dua wajah. Yang datang kepada dua pihak dengan suatu pembicaraan dan datang kepada pihak (lain) dengan pembicaraan yang (lain pula).”
12. Sanjungan
Sanjungan dapat tersusupi oleh enam penyakit : empat diantaranya terdapat pada orang yang menyanjung, sedangkan dua diantaranya terdapat pada orang disanjung.
Penyakit yang terdapat pada orang yang menyanjung adalah :
a. Berlebih-lebihan sehingga sampai kebohongan.
b. Dapat tersusupinya.
c. Kadang-kadang mengatakan hal yang tidak sebenarnya.
Nabi bersabda,
“Celaka kamu, kamu telah memenggal leher temanmu seandainya dia mendengarnya niscaya dia tidak akan beruntung.”
d. Bila jadi sanjungan tersebut membuat senang orang yang disanjung padahalia orang dzalim atau fasiq.
Penyakit yang terdapat pada orang yang disanjung adalah:
a. Kesombongan dan ujub.
b. Menyenangi sanjungan dan puas terhadap dirinya.
Sedangkan orang yang disanjung –agar tidak terjerumus ke dalam penyakit kesombongan, ujub dan future- maka ia harus berupaya :
- mengenal dirinya secara baik.
- merencanakan bahaya riya’.
- menunjukkan ketidaksukaan terhadap sanjungan.
Nabi bersabda,
“Taburkan pasir di wajah orang-orang yang menyanjung.” (HR Muslim).
13. Kurang cermat dalam berbicara
Banyak bicara adalah ancaman yang berbahaya bagi seseorang kecuali jika lidahnya “fasih”, didukung ilmu yang luas, sifat waro’, hati-hati dan pengawasan yang ketat. Sabda Nabi saw,
“Barangsiapa diam maka pasti selamat.” (HR Turmudzi)
14. Melibatkan diri secara bodoh pada beberapa pengetahuan dan pertanyaan yang menyulitkan.
Nabi saw bersabda,
“Biarkan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena banyak bertanya, dn menentang Nabi mereka. Apa yang aku larang untuk kalian maka hendaklah kalian menjauhinya, dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka hendaklah kalian mengerjakannya sedapat mungkin.” (HR Bukhari Muslim)
15. Namimah (menghasut)
Nabi bersabda,
“Tidak masuk surga orang yang suka menghasut.” (HR Bukhari Muslim).
Namimah adalah membeberkan apa saja yang tidak disukai pembebernya –baik oleh yang dilaporkan, atau yang dilapori atau pihak ketiga- baik pembeberan tersebut dilakukan dengan lidah, tulisan, isyarat dan lain sebagainya. (lihat QS. Al Qalam : 11 ; At Tahrim : 10)

Maraji’:
1. Sa’id Hawa, Menyucikan Jiwa
2. Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin.

ADAB TILAWAH

ADABUT TILAWAH


Muqaddimah

Generasi pertama Islam adalah generasi yang dikenal dengan sebutan "generasi Qur'ani". Mereka adalah generasi yang sangat sadar bahwa perubahan besar baru akan terjadi dalam diri mereka ketika mereka berinteraksi secara total dengan Al Qur'an. Tentu saja interaksi total baru dapat dilakukan ketika mereka memiliki tashawur (persepsi) yang utuh (kamil) dan jelas (wadhih) tentang Al Qur'an. Bagi mereka Al Qur'an adalah pedoman hidup mereka yang sangat mereka sadari bahwa al Qur'an merupakan karunia yang amat besar yang diberikan Allah kepada mereka setelah mereka mendapatkan karunia Islam. Al Qur'an lah yang merupakan kitab yang mereka jadikan guide line (Marja') hidup mereka. Sayyid Qutb mengatakan:

…. Al Qur'anlah satu-satunya sumber tempat pengambilan mereka, standard yang menjadi ukuran mereka dan tempat dasar mereka berpikir. Hal itu terjadi bukan karena manusia di zaman itu tidak mempunyai peradaban, atau pengetahuan, atau ilmu, atau buku, atau studi. Bukan! Waktu itu ada kebudayaan Romawi, pengetahuan, buku dan hukum Romawi, yang sampai sekarang masih dihayati di Eropa, atau kelanjutannya masih dihayati Eropa. Juga terdapat bekas-bekas peninggalan peradaban, logika, falsafat, dan kesenian Yunani kuno. Dan sampai sekarang masih tetap merupakan sumber pemikiran Barat. Juga ada peradaban Persia, dengan seninya, sasteranya, dongengnya, kepercayaannya dan juga sistem pemerintahannya…..

Di bagian lain Sayyid Qutb mengatakan:

…. Generasi pertama itu, memandang Al Qur'an bukan untuk tujuan menambah pengetahuan atau memperluas pandangan. Bukan untuk tujuan menikmati keindahan sasteranya, dan menikmati rasa nikmat yang ditimbulkannya. Tidak ada di antara mereka yang mempelajari Al Qur'an untuk menambah perbendaharaan ilmu hanya karena ilmu saja. Bukan untuk menambah perbendaharaannya dalam masalah ilmu pengetahuan dan ilmu fiqh. Sehingga otak mereka menjadi penuh.

Mereka mempelajari Al Qur'an untuk menerima perintah Allah tentang urusan peribadinya, tentang urusan golongan dimana ia hidup, tentang persoalan kehidupan yang dihidupinya, ia dan golongannya. Ia menerima perintah itu untuk segera dilaksanakan setelah mendengarnya. Persis sebagaimana perajurit di lapangan menerima "perintah harian"nya untuk dilaksanakan segera setelah diterima.

Wajar saja jika kemudian generasi pertama itu merasakan nikmatnya hidup di bawah naungan Al Qur'an. Kesadaran dan pemahaman yang benar terhadap Al Qur'an itu membuat mereka tidak mau melepaskan hubungan diri dengan Al Qur'an.

Di antara cara mereka berhubungan dengan Al Qur’an adalah dengan membacanya. Bagi mereka membaca adalah kebutuhan. Membaca al Qur’an tidaklah sama dengan membaca kitab lainnya.

Adab-adab

Oleh karena al Qur’an adalah kalamullah, maka dalam membacanya harus dengan memperhatikan beberapa persyaratan yang harus dilakukan. Di antaranya harus melakukan persyaratan ruhiyah dalam membacanya. Di antara persiapan ruhiyah yang harus dilakukan adalah:
1. Memahami sumber firman; memahami keagungan dan ketinggian firman, karunia Allah dan kasih sayang-Nya kepada makhluk dalam menurunkan al Qur’an dari ‘Arsy kemuliaan-Nya ke derejat pemahaman makhluk-Nya.
2. Ta’zhim (mengagungkan mutakallimin {Allah}); seorang pembaca harus menghadirkan dalam hatinya keagungan Allah (al-Mutakallimin), dan mengetahui bahwa apa yang dibacanya bukanlah pembicaraan manusia. Dan untuk membaca kalam Allah merupakan hal yang sangat penting. Allah berfirman “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (al-Waqi’ah,:79). Harus diketahui bahwa ta’zimul kalam sama dengan ta’zimul mutakallimin. Sementara keagungan mutakallimin tidak akan bisa terhadirkan selagi tidak terpikirkan sifat-sifat, kemuliaan, dan amal perbuatan-Nya.
3. Kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa. Dalam surat Maryam,:12 dikatakan “Wahai Yahya, ambillah kitab dengan kekuatan”. Adapun makna al Quwwah adalah dengan konsentrasi penuh, sungguh-sungguh dan serius. Oleh karenanya seseorang dalam membaca al Qur’an haruslah dengan konsentrasi, sungguh-sungguh, dan serius. Itulah sebabnya dalam mengawali membaca al Qur’an seseorang dianjurkan untuk isti’azah.
4. Tadabbur. Menurut Sa’id Hawwa, tadabbur yaitu sesuatu di luar ‘kehadiran hati’, karena bisa jadi ia tidak berpikir tentang selain al Qur’an tetapi hanya mendengarkan al Qur’an dari dirinya sendiri padahal ia tidak mentadabburinya. Untuk tadabbur, disunnahkan dalam membaca al Qur’an dengan tartil. Sebab dengan tartil secara zhahir akan memungkinkan tadabbur dengan batin. Ali ra berkata
لا خير فى عبادةٍ لا فقه فيها ولا فى قراءة لا تدبر فيها
yang artinya “tidak ada kebaikan pada ibadah yang tanpa pemahaman di dalamnya dan tidak ada kebaikan dalam tilawah yang tidak ada tadabbur di dalamnya.”
Untuk melakukan tadabbur seseorang dapat membaca satu ayat berulang-ulang.
5. Tafahum (memahami secara mendalam). Maksudnya adalah mencari kejelasan dari setiap ayat secara tepat. Ibn Mas’ud pernah mengatakan “Barangsiapa menghendaki ilmu orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian maka hendaklah ia mendalami al Qur’an.”
6. Meninggalkan hal-hal yang dapat mengurangi pemahaman. Oleh karena seseorang tidak dapat memahami makna al Qur’an karena beberapa sebab dan penghalang yang dipasang syetan di dalam hati mereka; sehingga mereka tidak dapat memahami berbagai keajaiban rahasia al Qur’an. Adapun penghalang dimaksud adalah pertama, perhatiannya tertuju pada penunaian bacaan huruf-hurufnya saja, sehingga perenungannya hanya terbatas pada makharijul huruf. Hal ini menyulitkannya untuk mengungkap makna-maknanya; kedua taqlid kepada mazhab yang didengarnya, terpaku dan fanatik padanya, sehingga hanya mengikuti apa yang didengarnya tanpa berusaha memahami dengan bashirah dan musyahadah; ketiga, terus menerus dalam dosa dan sombong atau secara umum terjangkiti penyakit syahwat. Tentu saja ini menimbulkan karat hati yang tebal sehingga sulit baginya menerima hidayah; keempat, karena telah membaca “tafsir zhahir” dan meyakini tidak adanya makna lain kecuali apa yang sudah disebutkan oleh para imam Tafsir seperti Ibn Abbas, Mujahid dan semisalnya. Kemudian meyakini bahwa orang di luar itu sebagai penganut tafsir bi al ra’yi, sementara orang yang menafsirkan al Qur’an dengan pendapatnya sendiri (hawa nafsunya) adalah salah dan tempatnya adalah neraka. Tentu saja ini mempersulit bagi pembaca al Qur’an (khususnya pemula) untuk mencoba merenungkan makna al Qur’an.
7. Takhsihsh. Yaitu menyadari bahwa dirinya adalah sasaran yang dituju oleh setiap khitab (nash) yang ada dalam al Qur’an. Muhammad bin Ka’ab al Qurthuby berkata: “Orang yang telah sampai al Qur’an kepadanya sama dengan orang yang diajar bicara oleh Allah”. Apabila telah menyadari hal ini, maka ia tidak hanya mengkaji al Qur’an saja tetapi juga membacanya seperti seorang budak membaca surat tuannya yang ditulis kepadanya untuk direnungkan dan berbuat sesuai dengan isinya.
8. Ta’atsur (mengimbas ke dalam hati). Yaitu hatinya terimbas (terpengaruh) dengan imbasan yang berbeda sesuai dengan beragamnya ayat yang diyahatinya. Sesuai dengan pemahaman yang dicapainya demikian pula keadaan dan imbasan yang dirasakan oleh hati berupa rasa sedih, takut, harap dan lain sebagainya.
9. Taraqqi. Yakni meningkatkan penghayatan sampai ke tingkat mendengarkan kalam dari Allah bukan dari dirinya sendiri. Karena derejat bacaan ada tiga:
 Derejat yang paling rendah, yaitu seorang hamba merasakan seolah-olah ia membacanya kepada Allah, berdiri di hadapan-Nya, sementara itu Dia menyaksikan dan mendengarkannya; sehingga dengan gambaran perasaan seperti ini ia dalam posisi selalu memohon, merayu, merendahkan diri dan berdo’a.
 Menyaksikan dengan hatinya seolah-olah Allah melihatnya dan mengajaknya bicara dengan berbagai taufiq-Nya, memanggilnya dengan berbagai ni’mat dan kebaikan-Nya; sehingga ia berada dalam posisi malu, ta’zhim, mendengarkan dan memahami.
 Melihat Mutakallimin dalam setiap kalam yang dibacanya, melihat sifat-sifat-Nya dalam kalimat-kalimat yang ada, sehingga ia tidak lagi melihat diri dan bacaannya, juga tidak melihat kepada keterkaitan pemberian ni’mat kepada dirinya bahwa dia telah diberi ni’mat, tetapi perhatiannya terkonsentrasi hanya kepada Mutakallimin, pikirannya tertambat pada-Nya, seolah hanyut dalam menyaksikan Mutakallimin sehingga tidak melihat kepada selain-Nya. Ini merupakan derejat Muqarrabin, sedangkan tingkat sebelumnya adalah derejat ash-habul Yamin. Di luar derejat tersebut adalah derejat al ghafilin.
10. Tabarriy. Melepaskan diri dari daya dan kekuatannya, dan memandang kepada dirinya dengan pandangan ridho dan tazkiyah. Misalnya ketika membaca ayat-ayatr janji dan sanjungan pada orang-orang shalih. Perasaannya langsung teringat pada orang-orang yang sudah memperoleh derejat dimaksud, dan ia berharap kepada Allah agar disusulkan oleh-Nya pada derejat dimaksud.

Itulah beberapa persiapan ruhiyah yang harus dilakukan para pembaca al Qur’an sebagaimana disebutkan oleh Sa’id Hawwa dalam buku yang berjudul al Mustakhlash Fi Tazkiyatil anfus.

Selanjutnya adalah adab yang berkaitan dengan zhahiriyah si pembaca. Dalam hal ini seorang pembaca harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Berkenaan dengan kondisi pembaca. Dimana dia harus dalam keadaan berwudhu’. Dalam membaca al Qur’an dapat dilakukan dengan duduk, menghadap qiblat dan menundukkan kepala; dengan tidak bersila, tidak bertelekan dan tidak duduk dalam keadaan sombong. Duduknya sendirian, seperti duduk di hadapan guru yang berwibawa.. Seutama-utama membaca al Qur’an adalah membacanya ketika berdiri (dalam sholat) di dalam masjid. Membacanya pada saar qiyamul lail lebih utama ketimbang pada siang hari. Hal ini karena pada malam hari pikiran dalam keadaan sangat bebas (dari urusan-urusan lain).
2. Berkenaan dengan banyaknya jumlah bacaan. Di antara yang dianjurkan dalam membacanya adalah sebagaimana dinyatakan dalam hadist Rasulullah saw yang berbunyi “Barangsiapa yang membaca al Qur’an dalam waktu kurang dari tiga hari, maka ia tidak memahaminya.” Hadits tersebut menunjukkan bahwa membaca al Qur’an secepat-cepatnya adalah tiga hari untuk sekali khatam. Dalam Ihya’ ‘Ulumuddin Imam al Ghazali menegaskan bahwa Nabi saw memerintahkan Abdullah ibn ‘Amr ra untuk menyelesaikan (mengkhatam) Al Qur’an dalam waktu tujuh hari. Demikian juga sekelompok sahabat menkhatamkan al Qur’an pada tiap hari Jum’at seperti Ustman, Zaid bin Tsabit, Ibn Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab ra. Dalam mengkhatam al Qur’an itu ada empat macam tingkatan, yaitu:
• Khatam dalam sehari semalam, ini dimaksudkan oleh sekelompok ulama
• Khatam dalam setiap bulan, setiap hari satu juz
• Dalam satu minggu sekali khatam
• Dalam satu minggu dua kali khatam, kurang lebih tiga hari..
3. Mengenai segi pembagian. Maksudnya adalah pola pembagian al Qur’an menjadi beberapa bagian untuk memudahkan dalam pembacaan. Seperti misalnya Ustman bin ‘Affan ra yang membaca pada malam Jum’at surat al Baqarah sampai surat al Maidah, pada malam Sabtu membaca surat al An’am sampai surat Hud, malam Ahad membaca surat Yusuf sampai surat Maryam, malam Senin membaca surat Thaha sampai Tha Sin Min Musa dan Fir’aun . Malam Selasa membaca surat al Ankabut sampai surat Shad, malam Rabu membaca surat as Sajdah sampai surat ar Rahman, Malam kamis ia menyelesaikan sisanya.
4. berkenaan dengan Tulisan. Hendaklah dipilih mushaf yang memudahkan dalam membacanya, khususnya dalam masalah khat. Sebaiknya dipilih yang bagus, tajam dan jelas. Dianjurkan pula tidak membaca mushaf yang masih asing khotnya.
5. Membaca dilakukan dengan perlahan dan jelas (Tartil). Ibn Abbas mengatakan: “Sungguh, membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan tartil lebih saya sukai daripada membacanya secara keseluruhan dengan cepat. “ Iapun mengatakan “Membaca Idzadzulzilat.. dan al Qari’ah dengan tartil lebih aku sukai ketimbang membaca al Baqarah dan Ali Imran dengan cepat.” Harus diketahui bahwa disunnatkan tartil dalam membaca al Qur’an oleh karena lebih memudahkan perenungan terhadapnya dan lebih mudah memberikan ke dalam hati.
6. Menangis. Rasulullah saw bersabda “Bacalah al Qur’an dan menangislah, jika kamu tidak menangis, maka paksalah dirimu untuk menangis.” Dalam kesempatan lain dikatakan “Sesungguhnya al Qur’an itu diturunkan dengan kesedihan, maka bila kamu membacanya maka bersedihlah kamu.” Ibn Abbas berkata “Jika kamu membaca Sajdah Sunhana, maka janganlah kamu tergesa-gesa sujud sehingga kamu menangis. Jika mata salah seworang kamu tidak menangis maka hendaklah hatimu menangis. Sungguh jalan membebankan diri untuk menangis adalah dengan jalan hatinya mendatangkan kesedihan, dari sedih itu timbullah tangis.”
7. Memenuhi hak ayat-ayat al Qur’an yang dibaca. Maksudnya adalah ketika ia menjumpai ayat yang membutuhkan sujud, maka hendaklah ia sujud. Atau ketika membaca ayat-ayat azab segera mohon perlindungan kepada Allah, dan ketika membaca ayat-ayat nikmat memohon kepada Allah agar iapun diberikan nikmat tersebut.
8. Berkenaan dengan doa sebelum dan sesudah membaca al Qur’an. Di awal bacaan hendaklah dibaca:
اعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم, رب اعوذبك من همزات الشياطين و اعوذبك رب ان يحضرون
“Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi maha Melihat, dari godaan syetan yang terkutuk, Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari bisikan syetan dan dari kedatangannya kepadaku.”

Selanjutnya pembaca dianjurkan membaca surat Muawwadzatain dan al Fatihah. Sementara pada saat menutup bacaan dianjurkan untuk membaca:

صدق الله تعالى و بلّغ رسولالله صلعم اللهم انفعنا به و بارك لنا فيه الحمد لله رب العالمين و استغفراللهَ الحيَّ القيُّوْمَ
“Maha Benar Allah, Yang Maha Tinggi atas Firman-Nya dan yang mengutus Rasul Saw kepada kami, Ya Allah berilah manfaat dan keberkahan dengan al Qur’an ini kepada kami. Segala puji sanjung bagi Allah, Tuhan semesta alam, aku memohgon ampun kepada Allah yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya).”
9. Berkenaan dengan mengeraskan bacaan Al Qur’an. Dianjurkan dalam membaca agar terdengar, minimal oleh si pembaca sendiri. Seedangkan tentang bacaan yang sampai didengar orang banyak, terdapat perbedaan dalam menyikapinya. Jika bacaan dengan maksud mendapatkan pujian orang banyak, tentu sangat dilarang karena dapat menjadi riya. Namun jika tanpa riya, di dalamnya bukan tidak mungkin terdapat kebaikan, di antaranya adalah:
a) Dengan bacaan yang keras akan dapat melibatkan aktifitas lain yang lebih banyak
b) Manfaatnya juga bisa diambil oleh orang lain
c) Bacaan keras akan mampu membangkitkan hati pembaca sendiri, dan menyatukan perhatiannya untuk merenungkan makna-makna al Qur’an serta mengarahkan pendengaran kepada bacaan
d) Dapat menghalau kantuk dan mengangkat suara
e) Dapat menambah semangat dan mengurangi malas
f) Bisa membangunkan orang yang sedang tidur
g) Dapat membangkitkan semangat orang yang semula hanya mendengar atau melihat.

10.Membaguskan dan mentartil bacaan dengan cara mengulang-ulang suara tanpa pemanjangan yang keterlaluan dan tanpa merubah susunan. Rasulullah saw bersabda: “Hiasilah al Qur’an dengan suaramu”. Beliau Saw juga bersabda: “Bukan dari golongan kami orang yang tidak melagukan al Qur’an.”

Itulah beberapa adab lahir yang selayaknya dilakukan oleh para pembaca al Qur’an yang menginginkan mendapat pahala dan manfaat darinya. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita untuk membaca al Qur’an dengan sebenar-benarnya.

MARAJI
Imam, An Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin, Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, At tibyan fi adab hamalatil Qur'an Sayyid Quthb, Mukadimah Zhilal, Bahi Al Khuli Tadzkiratud Du'ah,