Rabu, 02 Januari 2008

Syarat-syarat Diterimanya Syahadat

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. (QS. Al Hujurat: 15)
Dua kalimat syahadat merupakan pintu gerbang ajaran Islam. Mereka yang memasukinya berarti mereka memproklamirkan dirinya sebagai muslim. Pernyataan diri sebagai muslim menuntut memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dengan kalimat syahadat ini berarti mereka perlu pemahaman yang mendalam tentangnya. Memahaminya akan menghantarkan manusia kepada syurga. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. "Barangsiapa yang mati sedang ia mengetahui bahwa tiada ilah selain Allah, maka ia masuk syurga.".(HR Muslim). Tetapi kalimat ini tidak akan memberikan kebaikan kepada manusia hanya dengan mengulang-ulang pengucapannya atau menghafal lafaz-lafaznya. Karena kalimat ini bukanlah bak mantra-mantra sihir yang ketika dibacanya akan memberikan pengaruh meskipun tanpa mengetahui makna yang diucapkannya. Akan tetapi kalimat ini memiliki konsekwensi pemenuhan syarat-syaratnya. Wahab bin Munabbih pernah ditanya: "Bukankah laa ilaaha Illallah merupakan pintu syurga?” Kemudian Wahab menjawab, "Benar", tetapi tidak ada kunci kecuali ia mempunyai gigi-gigi. Apabila engkau datang sambil membawa gigi-giginya, maka syurga akan dibukakan untukmu. Kalau tidak, maka syurga tidak akan dibukakan untukmu”. Yang dimaksud gigi-gigi di sini adalah syarat-syarat diterimanya laa ilaaha Illallah.
Dengan demikian syahadat sebagai rukun pertama ajaran Islam ini menjadi syah manakala mereka yang mengucapkannya memenuhi syarat-syaratnya. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan di sini adalah mengetahui makna yang dimaksudkan dari kalimat syahadat tersebut. Ada dua hal penting di dalamnya, yaitu sesuatu yang dinafikan (ilaah) dan yang ditetapkan (Allah). Dengan mengetahuinya secara tepat dan benar dapat menangkal kebodohan. Oleh sebab itu memiliki pengetahuan tentang syahadat menjadi tuntutan ajaran ini agar dapat mengamalkannya dengan baik. Sedang kebodohan atau ketidak mengertian makna kalimat syahadat dapat menjadi penghambat pengamalannya. Mughirah bin Syu’bah sebelum mengikuti ajaran Rasulullah SAW. Ia mengetahui betul arti kalimat itu. Malah ia meprediksi bahwa dengan kalimat itu Rasulullah SAW. akan dimusuhi komunitas Arab dan Non Arab. Firman Allah, " Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu." [QS. Muhammad:19].
2. Penerimaan
Maksudnya, menerima apa yang dituntut oleh kalimat ini dari hati secara bulat menerima nilai-nilai serta kandungan yang terdapat dalam kalimat syahadat. Menerima segala tuntutan maupun resikonya yang pahit. Bilal bin Rabah ra. menerima semua akibat dari kalimat syahadat yang ia ucapkan. Meski diseret-seret di padang pasir, dijemur pada teriknya sinar matahari, ditindih badannya dengan batu besar ataupun bentuk resiko lainnya. Tidak ada keberatan dan tanpa ada rasa terpaksa sedikit pun. Perilaku keimanan yang terpancar dari pengetahuannya akan selalu menerima secara total keputusan dari Allah dan Rasul-Nya.. Penerimaan yang mutlak tanpa reserve dapat menangkal sikap pembangkangan. Allah mengkisahkan kabar generasi masa lampau tentang keselamatan bagi yang menerima Laa ilaha Illallah dan siksaan bagi orang yang menolak. “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya). Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan azab yang pedih. (QS. Ash Shaffat: 35 – 38).
3. Keyakinan
Maksudnya orang yang mengucapkan kalimat tauhid harus yakin terhadap pengertian yang terdapat didalamnya dengan sepenuh hati. Sebab keimanan tidak dapat dilandasi oleh praduga dan prasangka [QS. Al Hujurat:15]. Yakin terhadap yang diucapkan membawa dirinya pada sikap istiqamah sedangkan keragu-raguan akan menimbulkan kemunafikan. Iman yang benar tidak bercampur dengan keraguan. Dengan itu akan akan menjadi ringan dalam memberikan pengorbanan untuk memperjuangkan Islam. Adanya rasa keyakinan dapat menangkal keraguan. Rasulullah SAW bersabda: “Saya bersaaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasul Allah. Dengan dua kesaksian ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, seorang hamba tidak akan bertemu Allah kecuali ia masuk surga” (HR Muslim dari Abu Hurairah ra.)
4. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan dasar yang paling kukuh dalam pelaksanaan syahadat. Karena ia menjadi bagian dari pengamalan ibadah kepada Allah SWT. Memurnikan amalan ibadah dilakukan dengan niat yang baik dan benar. Keikhlasan dapat melepaskan atau menangkal dari berbagai bentuk syirik [QS. Az Zumar: 3]. "Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku adalah orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah secara mumi dari hatinya." [HR Bukhari] "Sesungguhnya Allah mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan laa ilaaha Illallah, yang dengan ucapannya itu ia hendak mengharapkan wajah Allah Azza wa Jalla." [HR Muslim]
5. Kejujuran
Maksudnya ia harus mengucapkan kalimat tauhid itu dari sanubarinya dengan jujur dan benar tanpa dicampuri sedikit pun kebohongan. Kejujuran akan menimbulkan ketaatan dan kebohongan akan menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan. Bahkan kejujuran dapat menafikan kedustaan dan kemunafikan. Ia membuktikan ikrarnya dengan amal nyata dalam kesehariannya. Perbuatannya seperti yang diucapkannya. Ucapannya keluar dari keyakinan dalam hatinya. Semua terpancar dalam kejujuran sikapnya terhadap kalimat syahadat tersebut. [QS. Al Ankabut:1-3]. "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasulnya dengan sebenarnya dari hati, melainkan Allah mengharamkan neraka baginya." [HR Bukhari dari Muadz bin Jabal]
6. Kecintaan
Ucaran laa ilaha Illallah tidak akan berarti bila tak disertai dengan segenap rasa cinta dalam mengamalkannya. Kecintaan sebagai ungkapan rasa suka yang melapangkan dada. Dengan rasa cinta segala beban akan ringan segala yang sulit menjadi mudah. Ia merupakan unsur yang sangat penting, karena untuk menegakkan kalimat tauhid ini diperlukan pengorbanan lahir dan batin. Cinta dan pengorbanan merupakan dua ikatan yang tidak dapat dipisahkan [QS. Al Baqarah:165]. Kecintaan dapat menafikan kebencian. Hubaib bin Ady ra. adalah sosok yang menggambarkan bentuk kecintaan dan pengorbanan sebagai konsekwensi dari kalimat syahadat yang ia yakini. Ia tidak rela bila Rasulullah SAW. mengalami kesulitan dan ia lebih memilih dirinyalah yang akan menanggung segala kesulitan tersebut karena cintanya pada Rasulullah SAW.
"Tiga perkara barang siapa yang berada di dalamnya, maka akan mendapatkan kenikmatan dan manisnya iman, atau menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai daripada semua cintanya selain kepada keduanya, seseorang mencintai yang lain, ia tidak mencintainya melainkan karena, Allah; dan menolak kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu sebagaimana ia menolak untuk dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR Bukhari]
7. Kepatuhan
Maksudnya tunduk patuh dan berserah diri kepada apa yang ditunjukkan serta apa yang dinafikan atau terus mengikuti dan terikat pada kalimat ini. Mukmin yang komitmen pada keyakinannya akan mematuhi ketentuan yang digariskan kepadanya. Ia akan tunduk pada ketentuan itu dengan ridha dan lapang hati. [QS. Luqman: 22]. Ketundukkan dapat menangkal penolakan. "Tidak beriman di antara kamu sehingga menjadikan kecenderungannya mengikuti apa yang kubawa." (Al Hadits).
(Drs. DH. Al Yusni)

Tidak ada komentar: